51. VAREZO, GEBYTA [END]

25.5K 1K 196
                                    

Kamu membuatku sembuh dari luka lama, namun kini kamu yang membuatku terluka lebih dalam. - Varezo

••🦋••

Geby sedari tadi tak henti-hentinya tersenyum. Perempuan itu dengan lihai memasukkan sup ayam spesial kedalam mangkuk. Hari ini adalah hari dimana Varezo pulang dari Bali.

Sebisa mungkin Geby memasak makanan enak untuk menyambut kedatangan sang suami. Di meja sudah banyak aneka macam makanan kesukaan Varezo. Tidak lupa jus alpukat kesukaan cowok itu.

Selesai dengan urusan memasak, Geby beralih mengecek ponselnya. Pukul tiga sore, masih ada waktu sekitar dua jam lagi sebelum Geby menjemput Varezo di bandara.

Geby melangkah menuju kamar. Ia akan mandi terlebih dahulu sebelum melaksanakan kewajibannya sebagai umat Islam, sholat ashar.

Beberapa menit setelah menyelesaikan sholatnya, perempuan itu langsung memakai jilbab pashmina hitam dan gamis berwarna putih polos. Tak lupa merias wajahnya agar terlihat lebih segar.

Saat di rasa sudah cukup. Geby segera menyambar tote bag di atas meja lalu segera melangkah menuju garasi mobil.

••🦋••

Geby turun dari mobil setelah memarkirkan kendaraan roda empat itu. Senyumnya tak pernah luntur, bahkan ada beberapa orang yang menatap dirinya dengan tatapan beragam. Tetapi Geby tidak perduli dengan itu, Pikirannya saat ini hanya tertuju pada suami tercintanya.

Tanpa mau berlama-lama lagi, wanita hamil itu segera memasuki bandara dan duduk di bangku yang sudah tersedia di sana. Ia kembali mengeluarkan ponsel dan mengirimkan pesan kepada Varezo.

Tiga puluh menit menunggu akhirnya pesawat yang di tunggu-tunggu mendarat dengan selamat. Geby menggigit bibir dalamnya, entah mengapa dia gugup.

Kaki Geby bergerak di bawah sana. Jantung wanita itu tak hentinya berdetak kencang. Sesekali ia membuang napas guna menetralkan kegugupannya yang kian menjadi-jadi. Apa lagi setelah beberapa penumpang sudah keluar dari pesawat.

Mata Geby seketika berkaca-kaca saat di depan sana Varezo berjalan sambil menyeret satu koper. Cowok itu berjalan dengan Septian di belakangnya.

"VAREZO!"

Geby melambaikan tangan ke arah Varezo. Sontak Varezo terkejut dengan kehadiran Geby. Dengan cepat Varezo berlari, meninggalkan koper begitu saja. Mau tidak mau Septianlah yang membawanya. Dasar anak duhakka!

"Sayang." Varezo memeluk tubuh sang istri. "Kenapa datang ke bandara? Padahal kan tunggu di rumah juga bisa."

Geby menggeleng. "Udah gak kuat. Aku terlalu rindu sama kamu ... Mas."

Varezo sontak membeku mendengar kalimat terakhir yang diucapkan istrinya. Dia melepas pelukan lalu menatap terkejut kearah Geby. "M-mas?"

Wanita hamil itu menahan senyuman. "Mulai sekarang aku mau manggil Mas ke kamu, gak pa-pa kan? Soalnya kalau panggil nama dong kesannya kurang sopan."

Mata Varezo berkaca-kaca. "Aku malah seneng di panggil Mas sama kamu, Yang."

Geby mengambil tangan Varezo untuk di genggaman begitu erat, seakan tak ingin jauh-jauh lagi dari suaminya. Varezo mengangkat tangan di genggamannya untuk dikecup begitu lama.

Satu tangan Varezo bergerak mengelus perut istrinya. Kemudian turun untuk mendaratkan kecupan hangat disana. "Dedek bayi, ayah pulang. Setelah ini, ayah gak bakalan ninggalin kalian bertiga lagi."

"Itu emang harus ayah!"

Keduanya lantas tertawa.

"Kamu tau gak, By. Disana aku beneran gak bisa tidur karena kepikiran kalian terus," oceh Varezo. Tangannya masih setia mengelus perut Geby.

VAREZO [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang