13

7.5K 821 57
                                    

Vote dan komen biar gue semangat nulisnya 🤧

Happy reading

•••

"Geo mau keluar lagi, hiks!"

Geo sudah beberapa jam lalu. Saat ia akan memasuki kamar dan bermanja dengan Mora, ia malah mendapatkan Mora yang berselimut rapat dengan badan panas dan menggigil.

Mungkin ini karena dirinya yang meninggalkannya di lantai yang dingin. Dan mengakibatkan Mora menjadi demam tinggi dan flu.

Tangan kanannya mengambil tisu karena tangan kirinya ia gunakan untuk menahan bobot Mora, dia akan sangat sensitif dan tingkah manjanya semakin bertambah.

Padahal kata-kata terakhir sebelum dirinya kehilangan kesadaran adalah kata-kata benci untuk Geo.

Namun, saat melihat Geo datang, dirinya yang kemarin ingin memaki Geo menghilang. Hatinya malah berkata untuk mendekatinya.

Entah kenapa, saat memeluk tubuh Geo, Mora merasa sangat terlindungi. Dan nyaman. Terkadang dirinya merasa bersalah saat melihat ketulusan di mata Geo. Namun bagaimana lagi, ini hanya misi.

"Gak bisa nafas..." Geo sedikit kewalahan menghadapi tingkah Mora yang sedang sakit.

Mora terus merengek ini itu. Dia menyembunyikan kepalanya yang berputar di leher Geo. Menyenderkan kepalanya yang terasa pusing di pundak kokoh Geo.

Dulu, jika dirinya sedang sakit seperti ini, Mora akan merawat dirinya sendiri atau akan tidur sepanjang hari agar rasa sakitnya berkurang. Ayah dan kakak perempuannya tidak memperdulikannya walau dirinya sekarat sedikit pun.

"Tidur aja ya?" Ia bisa merasakan dengan jelas nafas Mora yang panas di area lehernya.

"Enggak mau nanti kalau bobok malah tambah gak bisa nafas!" Tanpa di sadari, Mora mengganti kosa katanya seperti anak kecil. Geo jadi berasa mengurus bayi sekarang.

Ia menghela nafas saat Mora mengelap ingusnya di kemeja hitamnya.

"Meler..." adu Mora memperlihatkan ingusnya yang meler. Geo terkekeh, tak ada raut jijik sedikitpun.

Lantaran persediaan tisu di kamarnya sudah habis, Geo berjalan menuju brangkas di samping ranjangnya dengan Mora yang tetap berada di gendongannya.

Sedikit mencondong ke depan membuat Mora bergelantungan. Namun karena tangan Geo yang menahan badannya ia tak jadi terjatuh.

Mempercepat beberapa nomor sandi, nomor sandinya adalah tanggal pertemuannya dengan Mora. Katakan saja Geo bucin.

Geo mengeluarkan segepok uang yang ia simpan untuk berjaga-jaga, contohnya seperti sekarang. Berkas-berkas penting tak ia simpan disini, menurutnya di sana kurang aman.

Awalnya Mora bingung melihat Geo mengeluarkan segepok uang dollaran, namun melihat pergerakan Geo selanjutnya membuat Mora paham.

"Keluarkan," titah Geo yang tak Mora bantah.

Geo sedikit memencet uang dollaran itu agar ingus Mora langsung keluar. "Lega!" ucap Mora dengan sumringah.

Geo terkekeh dan membuang uang yang tak ada nilai di matanya itu ke kasur yang berada di sampingnya.

"Yah, uangnya kebuang..." Dengan tatapan sedih, Mora menatap satu lembar uang yang berisi ingusnya.

"Gak papa sayang, aku masih punya banyak," ujar Geo santai. Mora

Mora memincingkan matanya menatap Geo lalu mencibir pelan.

Tangannya dengan gesit mengambil satu lebar dollaran di tatanan satu gepok uang itu. Menolehkan kepalanya dan menutup hidungnya dan bersin.

GEORGE [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang