"enggak enggak sayang, jangan nangis nanti malah tambah sakit, ya?"Jean mengeluh sakit, anak itu terus melihat tangannya yang ditancapi selang infus. Ini pertama kalinya bagi Jean merasakan nyerinya tertusuk jarum juga tidur di atas bangsal rumah sakit.
"ngggg sakit"
Rasa tak nyaman yang terus menyerang tubuhnya, ingin tidur tak bisa tapi terjaga tubuhnya terasa sangat lemas. Tengah malam begini Reana terpaksa ikut terjaga karena anaknya, wanita itu tak hentinya mengusap punggung dan kepala Jean bergantian. Menyalurkan rasa nyaman yang setidaknya bisa mengurangi rasa sakit yang di rasa.
Demamnya sudah turun, tak setinggi pagi tadi. Sosok yang Jean tunggu sedari kemarin pun belum menampakkan batang hidungnya, iya, Jaemin. Kalau kata bunda Yoona, mungkin saja Jean sakit karena terlalu merindukan sang papa.
"hiks..ndaa"
Reana yang mendengar rintihan itu sebenarnya ingin ikut menangis namun bebisa mungkin ia tahan, lantas perempuan itu bangun dari posisi tidurnya, turun dari atas bangsal untuk meraih tisu. Dengan telaten menyeka keringat yang bercucuran di dahi sang putra.
"yuk bunda gendong yuk"
"ngghh hiks ndaa"
Jean mengangkat kedua tangannya, sebenarnya mata balita itu sudah sangat sayu tinggal terpejam dan berlari menuju mimpi. Namun, rasa sakit yang terlalu ia rasakan mengalihkan rasa kantuk nan lelahnya.
"mau jalan-jalan?"
Hanya anggukan lemah yang Reana rasakan lewat bahunya, merasakan deru nafas panas yang menerpa kulit leher miliknya. Lantas perempuan itu menggeret tiang infus, membawanya keluar dari ruang inap Jean.
Tengah malam begini sebenarnya lorong rumah sakit terasa sedikit menyeramkan, hanya ada beberapa perawat yang berlalu lalang untuk mengecek pasien. Tak ada tujuan pasti, kaki perempuan itu hanya melaju senyamannya seraya mengucapkan kata pengantar tidur untuk putranya.
"Jean kangen papa ya? sayangnya bunda lagi kangen papa ya"
"papaa hiks"
"sabar ya, papa baru perjalanan"
Sebetulnya Reana tak ingin mengabari Jaemin karena takut pekerjaan lelaki itu belum selesai dan menjadi kacau, namun bunda Yoona bersihkukuh menghubungi putranya. Reana hanya bisa diam saat Jaemin menghubunginya tadi, dengan nada sedikit kecewa bercampur khawatir.
"kenapa gak kabarin dari kemarin?"
"pekerjaan aku emang penting, tapi Jean prioritas buat aku, Reana"
Reana tahu, Jaemin marah padanya. Panggilan nama yang selalu terucap dari bibir lelaki itu menandakan ia sedang marah, kecewa ataupun sedang serius.
"iya maaf, gak usah terlalu khawatir Jaemin, Jean udah mendingan kok"
"aku pulang malem ini"
"hati-hati"
Hanya kata hati-hati yang menjadi akhir dari panggilan mereka berdua.
"nggghh papa hikss"
Karena pegal Reana memutuskan untuk duduk di salah satu bangku yang ada di lantai dasar rumah sakit ini, terasa sedikit ramai oleh orang-orang yang sedang menunggu sanak keluarganya yang juga sedang sakit, keberadaan perawat dan dokter lebih terasa di sini. Berbeda dengan lorong vvip tempat Jean di rawat.
"mana yang sakit, sini bunda tiup biar sakitnya hilang"
Jean mengangkat tangan kanan yang terpasang infus, tatapan balita itu lebih sayu mungkin sebentar lagi akan tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
papa || Na Jaemin [terbit]
Fanfiction"tante jadi bunda Jean yuk!" "eh?" ○ Sebagian bab dihapus ○ End - Book ver/ E-book avail on trakteer only started : september 26th 2021 finished : june 2022 written in bahasa ©hireaa, 2021 | papa