45

15K 1.7K 196
                                    

Tak terasa sudah lebih dari seminggu mereka tinggal bersama, banyak perubahan yang mau tak mau harus Reana lakukan. Seperti harus terbiasa bangun lebih pagi untuk menyiapkan keperluan suami dan putranya, belum keperluannya sendiri juga harus memasak untuk sarapan dan makam malam. Saat di rumah ia tak pernah melakukan itu karena ada mamanya, untungnya soal pekerjaan rumah seperti membersihkan rumah dan mencuci di bantu oleh nini. Jaemin memutuskan untuk meminta nini tinggal bersama mereka karena hanya nini yang Jaemin percaya.

"bunda kaos kaki adek ke mana?"

Jean jadi terbiasa menyebut dirinya sendiri 'adek' karena sekarang sang bunda tak lagi memanggilnya dengan nama.

"di lemari dek, coba minta tolong ambilin sama papa ya"

Jean kembali berlari menuju lantai dua tempat kamar orang tuanya berada, ngomong-ngomong kamar Jean belum dipisah. Sebetulnya ada lima kamar kosong di rumah ini, di lantai dua ada tiga yang salah satunya akan dipergunakan untuk kamar Jean. Semua perabotan seperti ranjang, meja belajar, almari dan komputer bahkan sudah tertata rapi tapi Jean dengan alasan klasik yang membuat Jaemin sebal adalah "gak mau, adek takut tidur sendirian, kalo sama bunda enak di peluk sama di pukpuk"

Jean mana tahu betapa sebalnya Jaemin saat anak tercintanya itu menyerobot masuk ke tengah-tengah saat ia dan Reana sedang bermesraan di atas ranjang. Yang Jean tahu kan sekarang sang bunda telah pindah ke rumahnya, jadi dia bisa menempel setiap hari, tanpa peduli pada kegiatan orang tuanya. Jaemin harus rela membawa Reana pindah kamar saat tengah malam agar tak mengganggu tidur anaknya yang seperti reog kepanasan. Tapi Jean berubah loh, sekarang balita itu tak mengompol karena tidur dengan bundanya.

"papaa kaos kaki"

Jaemin yang sedang menyugar rambut hitamnya seraya berkaca melirik ke arah Jean yang telah rapi dengan tas ransel di punggung. Sudah siap untuk pergi ke sekolah.

"kok nanya papa, ya mana papa tau"

"kata bunda di lemari, ambilin"

Jaemin beranjak menuju lemari laci tempat menyimpan pakaian kecil, meraih satu kaos kaki berwarna biru berlogo paud tempat putranya menimba ilmu, eh belajar atau bermain ya.

"nih"

"terimakasihh papa jelek"

Jaemin melotot pada Jean yang tertawa puas karena berhasil mengejek papanya. Lalu segera berlari keluar kamar dan turun untuk menemui sang bunda, takut papanya balas dendam.

Jaemin dan Reana masih dalam masa cuti kerja, Jaemin benar-benar melepaskan pekerjaannya, memberi tanggung jawab itu pada Soobin, sekertaris pribadinya. Lelaki itu ingin menikmati hari-harinya bersama Reana lebih lama, kalau sudah mulai bekerja kan waktu santai bersama istri hanya bisa ia rasakan setiap sabtu dan minggu.

"masak apa yang?"

Jaemin memeluk istrinya dari belakang, tak peduli jika Jean atau nini melihat. Hanya memeluk, tak lebih karena Jaemin tahu ada anak di bawah umur. Bau semerbak tumis udang yang di campur dengan sayuran jelas membuat perut lelaki itu bertambah lapar.

"lepasih ah, gak enak di lihat nini"

"gak pa-pa mbak, pengantin baru kan ya begini, kalau bahasa anak muda mah suka menebar ke uwu an"

Jaemin terkekeh setuju saat mendengar ucapan nini,

"tuh sayang dengerin"

"sini biar saya aja yang lanjutin masaknya"

Reana terpaksa meninggalkan masakannya saat Jaemin menarik tubuhnya menjauhi peralatan masak.

"habis ini belanja yuk" ajak Jaemin seraya memeluk perut istrinya manja.

papa || Na Jaemin [terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang