Sangkakala
Chapter 15Hari-hari berlalu dengan tenang. Semua kembali ke rutinitas masing-masing tanpa ada ketegangan dan masalah.
Anting Hasani benar-benar tidak bisa dilepas karena sudah diganti password sidik jarinya oleh Katya ketika Hasani pingsan sejenak gara-gara ditonjok Januari. Semenjak itu oleh Akmal, Hasani dilarang balik ke pondok yang posisinya di Citayam. Khawatir jadi fitnah penduduk sekitar. Begitu alasan Akmal.
Pagi itu Hasani baru balik dari kontrol petani buah di Malang langsung ke kantor perusahaan exportir buah yang lokasinya di rumah Babe Naimin alias mertua Akmal. Di sana seperti biasa ada ikhwan ABC anak buah setia Akmal.
"Akmal mana?" tanya Hasani sambil duduk di sofa. Dilepas jaket mahalnya yang seharga lima juta pemberian Olin karena merasa gerah. Lalu digantung baik-baik di balik pintu.
"Masih molor di masjid keknya." jawab Ikhwan B.
"Gua juga molor deh, capek nyetir dari semalam. Jangan brisik ya! AC-nya gedein dong! Gerah banget perasaan gua dah." Hasani rebahan di sofa.
"Hihi." Ikhwan ABC ngikik-ngikik. Hasani melirik judes. "Napeee? Heran ngeliat gua pake anting?"
"Lu jadi kayak begal Has, hihi." Ikhwan A komentar sambil cekikikan.
"Lah dia emang tadinya begal pan, wkwk. Ingat kagak lu dia pernah punya tato." Ikhwan B masih ingat aja.
"Astaghfirullah, aib orang jangan diungkit-ungkit! Kalian nih." Ikhwan C yang makin lebat jenggotnya mengingatkan.
"Tuh denger kata Olil!" Hasani menanggapi sambil merem.
"Astaghfirullah." Ikhwan A dan B istighfar merasa bersalah.
"Mamah Shin dah lama gak kemari perasaan dah." Ikhwan B kangen.
"Sibuk ngurusin anak pondok. Kalian dong ke sana!" Hasani ngomong sambil merem.
"Ogaaaah!" Ikhwan ABC menjawab serempak.
"Serem ih, gua takut dicopet." Ikhwan A masih aja suka ngomong sembarangan.
"Masih mending dicopet, gimana kalau diperkosa?" Ikhwan B sok imut.
"Mereka kalo nyari mangsa juga yang ganteng." Hasani ngeledek.
"Gua kan lumayan ganteng untuk ukuran kampung sini." Ikhwan B gak terima dibilang gak ganteng.
"Ya selevel di atas pak RT tapi masih di bawah Babe Naimin, Dran." Ikhwan A ikut ngatain ikhwan B.
"Emangnya gua engkong-engkong. Jomblo nih gua." Ikhwan B belum nikah juga.
Hasani tidak ikut nimbrung lagi. Pikirannya sudah jalan ke mana-mana. Kenapa Katya pergi lagi? Dan kenapa Olin kok gak pernah menghubunginya? Bertahun-tahun punya anting secanggih itu perasaan gak pernah ada gunanya buat dia.
Hasani memegang antingnya sambil merem. Dia merasa kesedihannya bertambah-tambah. Sebenarnya sudah lama Hasani merasa sudah move on dari Katya. Namun melihatnya lagi membangkitkan semua kenangan. Biarpun Katya adalah perempuan dengan sejuta keburukan tapi dialah yang ada di samping Hasani ketika terpuruk. Katya membuatnya bisa move on dan sibuk belajar. Walaupun yang dipelajarinya skill untuk menjadi kriminal.
Hasani menghela napas. Buat apa dia bisa ngerakit peledak? Buat apa bisa lock picking? Buat apa bisa meretas alarm? Buat apa bisa maen skateboard dan surfing? Buat apa bisa naek gantole? Buat apaaaa?
Duitnya yang hampir 1 milyar hasil upah berbuat kriminal semuanya diberikan ke Akmal untuk biaya operasional pondok. Sebagai gantinya Hasani mendapatkan bagian keuntungan dari perusahaan esportir buah dan juga gaji bulanan. Diusianya yang baru 26 tahun tabungan Hasani sudah sangat banyak ditambah juga mendapatkan warisan dalam jumlah besar dari Ibundanya yang telah tiada.
