Chapter 68

54 13 30
                                    

Sangkakala
Chapter 68

Olin berjalan kaki berdampingan dengan Elvano. Dua caddy, bodyguard dan golf chart mengikuti jauh di belakang.

"Kamu tidak apa berjalan kaki?" tanya Elvano.

"Santai aja! Aku hidup sehat selama ini alhamdulillah." Olin mau ngasih tahu kalau berbisnis dengan orang sehat itu lebih baik.

"Alhamdulillah. Jadi bidang expertise kamu fashion? Sudah berapa lama kerja di bidang itu?" tanya Elvano lagi.

"Ah masa gak tahu? Katanya keluarga Angkasa kalau mau ngajak bisnis pasti udah menyelidiki dulu. Hehehe, gak apa-apa kok ngaku aja." ucap Olin ketawa-ketiwi.

Elvano mengangguk-anggukan kepala. "Kalau begitu saya ingin bertanya, sudah berapa lama kamu kenal Abdurrohim? Karena tidak ada di data-data yang diberikan kepada saya." Elvano mengaku.

"Semenjak menjalin kerja sama. Sudah 20 bulan sepertinya." jawab Olin.

"Yang saya tidak mengerti kenapa suami kamu yang masih berumur 21 tahun saat itu bisa menjadi CEO? Sedangkan dia hanya lulusan SMU dan sama sekali belum pernah ada pengalaman kerja." Elvano bertanya lagi.

"Waktu itu aku hampir gak jadi join karena suami tidak mengijinkan. Tapi Ocim memberi jalan tengah dengan memutuskan menjadikan suami aku sebagai CEO." jawab Olin formal.

Mereka berdua berhenti di area tee box untuk memukul bola.

"Ladies first!" Elvano mempersilahkan.

Olin mengambil posisi lalu melihat sasaran yang dituju. Lapangan golf ini tidak terlalu besar. Wajar aja karena milik pribadi.

"Kalau boleh saya saran gunakan stick yang ini!" Elvano mengambilkan satu stick dari tas caddy yang cewek. Olin menerima lalu mengganti sticknya.

TASH! Olin memukul. Not bad, lumayan jauh. Selanjutnya Elvano memukul tentu saja lebih jauh hasilnya. Tapi dalam berbisnis, bukan olahraga golfnya yang penting melainkan bisa jalan bersama sambil ngobrol.

Mereka berdua meneruskan jalan setelah memberikan tongkat golf ke caddy masing-masing.

"Apa tujuan hidup kamu, Nak Olin?" Elvano mulai memanggil dengan sebutan anak. Olin merasa lega berarti dia gak bakalan dijadiin sugar baby.

"Mati enak masuk surga." jawab Olin santai.

"Itu tujuan setelah mati, namun semasa hidup bagaimana?" Elvano tidak menerima jawaban itu.

"Aku .. hanya ingin mengejar karir dan mempersiapkan hari tua yang berkecukupan." jawab Olin.

"Seberapa tinggi target karir kamu?" tanya Elvano lagi.

"Mungkin batasnya adalah napas. Seperti Bapak yang masih berbisnis di hari tua." jawab Olin tanpa bermaksud menghina.

"Apakah kamu tidak tahu kalau hal itu sangat menyedihkan? Masih tetap berbisnis di hari tua?" Elvano berkata sedih.

"Akan sangat menyedihkan kalau hanya mengejar uang. Tapi  jika menjaga amanah itu berbeda. Bapak sudah mempunyai perusahaan yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Masa mau dicuekin? Perusahaan hancur ya banyak korbannya." jawab Olin membesarkan hati.

"Betul sekali. Tapi sebenarnya saya sudah ingin berhenti namun belum punya penerus. Putra pertama saya memiliki perusahaan sendiri. Putra kedua  sibuk belajar dan tidak ada hasrat mengurus perusahaan, malah terakhir berkata ingin terjun ke dunia dakwah. Putra ketiga saya, baru masuk ke perusahaan. Jalan dia masih jauh sekali. Kadang hidup itu sungguh misteri. Saya punya istri tiga tapi masih kesulitan mencari penerus. Sedangkan saudara saya istrinya satu namun dua perusahaan miliknya sudah jalan tanpa dirinya. Heh heh heh saya selalu kalah dengannya. Heran saya heh heh heh." Elvano terkekeh sendiri.

Sangkakala (Book 2)Where stories live. Discover now