Sangkakala
Chapter 78Akmal kembali ke rumah setelah empat hari tidak pulang. Dia ingin mengajak istrinya berbaikan. Walaupun kata-kata Hasani sangat menyebalkan tapi banyak mengandung kebenaran. Akmal tidak mau menjadi orang yang tidak bisa makan nasihat walaupun keluar dari mulut bondan Betawi rese julid mantan kriminal yang ptsd dan jatuh cinta dengan pembullynya.
Saat itu bada maghrib, Akmal membawa pulang ayam eh maksudnya fried chicken yang disukai anak-anaknya. Juga hadiah untuk istrinya berupa kalung emas seberat 15 gram.
Kata-kata pertama istrinya adalah, "Masih ingat pulang?"
"Hala, waktu itu kan anti yang mengusir ana." Akmal mengingatkan.
"Udah jangan ngajak berantem, ada anak-anak." Nurhala menegur. Perasaan yang ngajak berantem bininya, tapi Akmal diam aja. Anak-anak Akmal makan sambil becanda dan berceloteh dan sebentar lagi akan terlelap dibius penulis. Satsetsatset akhirnya mereka pun tidur semua. Barulah Akmal menghampiri istrinya.
Akmal memasukkan tangan ke saku ingin mengambil kotak emas namun Nurhala keburu bicara. "Bang Akmal saya mau nyetrika."
"Kenapa anti yang menyetrika? Bukan Embak?" Akmal bertanya gak jadi ngeluarin kotak emas.
"Sudah berhenti, saya belum sempat cari pengganti." ucap Nurhala sambil berjalan menuju tempat setrika di dekat dapur.
"Sini biar ana saja yang kerjakan." Akmal menawarkan bantuan.
"Gak usah, saya masih paham tugas seorang istri." Nurhala berkata judes. Akmal lalu mengambil kursi dan duduk di samping istrinya yang lagi menyetrika. "Hala ana dapat tawaran besar, Ocim penyelenggara acara tarung yang waktu itu mengajak join bisnis."
Nurhala diam aja.
"Anti gak senang dengarnya?" tanya Akmal sambil memandang wajah istrinya yang dingin.
"Masih kurang duit Abang memangnya?" tanya Nurhala.
"Bukannya kurang tapi kan bisnis ana memang sedang tersendat. Bukan soal penjualan, justru penjualan lagi banyak tapi ana tidak sanggup menangani. Kan ana sudah bilang lagi kekurangan orang. Ana berharap jika kerja sama dengan Ocim maka bisa dibantu soal sdm dan manajemen juga. Ana kan memang kurang ilmu di situ." Akmal terus bercerita.
"Terserah Abang, saya gak ngerti." jawab Nurhala.
Akmal memasukkan tangan ke saku dan mengambil kotak perhiasan. Ditaruhnya di atas meja setrika.
"Apa ini?" tanya Nurhala.
"Buka aja!" ucap Akmal sambil nyengir. Nurhala lalu membukanya. Hanya sebuah kotak kosong.
"Lah mana isinya ya?" Akmal kebingungan. Nurhala lalu memegang lehernya dan membuka kalung yang terlilit di lehernya, lalu ditaruh di dalam kotak.
"Saya kan sudah bilang begini harom." Nurhala berkata.
"Gak haram." Akmal membantah sambil merengut.
"Sulap itu harom, memangnya Bang Akmal gak baca fatwa para ulama?" Nurhala lanjut menyetrika.
"Yang harom itu sulap memakai jin, yang harom adalah pendapatan dari main sulap karena dianggap menipu. Tapi ana hanya ingin menyenangkan istri dengan kecepatan tangan ana. Apakah ana menipu? Bilang istrinya paling cantik di dunia juga menipu, tapi boleeeeeh." Akmal mulai meradang.
"Kata ulama begitu ya samina watona." Nurhala tetap ngotot.
"Anti itu kenapa sih selalu begini sama ana? Bukannya berterima kasih ana berikan perhiasan. Malah mengkritik dan ngajarin suami." Akmal semakin kesal.
