Sangkakala
Chapter 65Dari sebelum pertandingan dimulai Akmal sudah resah karena istrinya berkata tidak mau masuk ke dalam. Mereka berdua bertengkar melalui telepon karena Akmal sudah tidak bisa keluar lagi. Nurhala mau pulang padahal jalan dari gudang hingga ke gerbang itu jauh sekali. Sedang Akmal khawatir istrinya jalan sendiri. Namun Nurhala tetap ngotot pulang, katanya jalan segitu saja bukan masalah dengannya. Diakhir pembicaraan Nurhala berkata.
"Semoga menang ya Bang supaya Olin senang."
Klik!
Akmal kaget sambil melihat hapenya. Begitu saja obrolan terputus. Akmal mencoba menelepon lagi tapi istrinya tidak mau mengangkat. Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba disebut nama Olin?
Karena memikirkan istrinya, Akmal tidak fokus sepanjang pertarungan. Benar kata Ocim, Bilal tidak bisa diremehkan karena masih aktif berlatih bela diri mosdef. Sedang Akmal hanya punya kemampuan parkour yang sebenarnya sudah jarang diasah juga.
Akmal merasa pernikahannya semakin jauh dari kenyamanan. Istrinya semakin sering uring-uringan karena merasa dicuekin. Diajak ngedate, ngobrol jarang nyambung. Di rumah melulu juga gak tahu harus ngapain. Apalagi semenjak Hasani sibuk di Bolin, Akmal harus menggantikan tugasnya ke luar kota kontrol petani. Shin pulang ke Ciamis gak balik-balik. Akmal jadi sering ke pondok karena tidak ada satu orangpun yang bisa dipercaya mengawasi.
Terkadang Akmal memegang jidatnya. Apakah dia mengalami kebotakan dini?Jika Akmal mengeluh ke istrinya hanya akan dijawab dengan semprotan. "Kan Abang yang mau semua itu? Abang yang ngajak Hasani dan Shin kerja. Terbukti kan mereka tidak tanggung jawab?"
Akmal merasa lelah namun juga merasa malu. Kata orang begitulah kehidupan pernikahan. Indah di awal lalu ujian demi ujian akan datang. Jika mengaku laki-laki maka haruslah kuat dengan setiap keadaan. Dia telah memilih istri maka harus menerima segala kondisi. Telah merasakan kebaikannya maka harus menerima kekurangan. Walau Akmal juga tidak bisa mendefinisikan kekurangan istri.
Akmal tahu istrinya tidak salah tapi ada satu jeritan kecil di dalam hati.
Apakah anti tidak mengenal ana? Jangan hidupkan lagi monster yang masih bersemayam. Jangan bangkitkan lagi kegelapan yang ada di dalam jiwa. Anti adalah pemegang kunci. Genggamlah dan simpan dengan erat.
Karena jika Yaroslav memberontak maka Akmal tidak akan menang melawannya.
Hasani menghampiri ketika istirahat babak pertama. "Mal, kok lu gak kayak biasanya?"
"Memang biasanya ana seperti apa?" tanya Akmal sambil meminum sebotol pellegrino.
"Lu kan lincah Mal. Benar kata Janu kali ya? Lu kegendutan Mal." Hasani gak maksud ngeledek. Akmal diam aja memeriksa hape dan mengirim pesan bertanya istrinya ada di mana.
"Saya menunggu dekat mobil." jawab istrinya.
Akmal menjambak rambutnya kesal. Ya Allah istrinya kenapa sih? Kenapa harus malam ini ngambeknya? Memang sih acara malam ini tidak penting. Apa sih yang dianggap penting oleh istrinya yang bisa mencari uang sendiri? Semua yang Akmal lakukan memang tidak penting.
"Saya tidak butuh uang sebanyak itu."
"Berbuat demi umat? Benerin dulu ngaji Abang, hapalin Quran, urusin anak. Abang gak pernah ngajarin mereka ngaji, gak pernah ngajarin istrinya ngaji."
"Abang bisa mikirin Hasani dan Shin tapi Abang gak mikirin anak. Kapan terakhir kali Abang ngajak anak main?"Akmal merasa diperlakukan tidak adil. Tidak adakah kebaikan dirinya di mata istri?
Akmal berdiri tiba-tiba.
"Mau ke mana, Mal?" tanya Hasani.
"Has, tolong awasi acara. Kalau mau mulai babak dua hubungi ana." Akmal berjalan keluar masih dengan baju besi walau tanpa helm.
