Chapter 94

42 13 1
                                    

Sangkakala
Chapter 94

"Isinya cuma air, Has." Shin di dalam mobil menuju IGD berkata lemah.

"Iya tahu, tadi gak kecium baunya. Niat banget lu sampe kemasannya rapi seakan-akan belum kebuka. Emangnya kalau ternyata Akmal nerima, lu seneng gitu Shin?"

Shin diam aja.

"Lu seneng gitu kalau Akmal balik lagi minum khemer? Lu seneng dan akan ngikutin dia?" Hasani bertanya galak bodo amat melihat Shin nyender ke jendela mobil sambil memegangi kepalanya dengan handuk kecil agar darah tidak terus turun.

"Morphin .. minta morphin." Shin mengeluh.

"Dan ngapain lu becandain talaq? Lu sebenernya hijrahnya tulus gak sih, Shin?" Hasani bertanya lagi gak peduli dengan permintaan Shin.

"Ya Allah Has, gue tulus tapi jangan tuntut gue kebanyakan. Udah banyak yang gue tinggal. Gue udah berusaha! Gue gak sanggup harus lebih lagi." Shin memejamkan mata menahan sakit.

"Maaf-maaf, tapi ya .. aduh gua pusing mikirin Akmal jadinya." Hasani ngomong sendiri.

"Cepet Has! Sakit banget kepala gue." Shin meminta.

"Paling cuma harus dijahit aja pala lu, Akmal mukulnya kan di samping. Pan lu tahu teknik mukul kepala." Hasani ngecilin.

"Iyaaaaa tapi sakit iniiiii!" Shin mulai teriak.

"Rasain! Orang lagi stress dibecandain. Pan udah gua bilang seharian ini Akmal rese banget. Lu nya aja yang lemot." Hasani masih tetep ngomel.

Shin dibawa ke IGD untuk dijahit. Sesuai dugaan tidak ada luka yang berarti. Shin tidak harus rawat inap kembali ke apartemen hanya untuk ambil mobil lalu balik ke pondok sedang Hasani kembali ke kamar, membereskan bekas darah dan pecahan beling, baru naik ke atas ranjang untuk tidur.

Selama bebersih, Akmal tidak terbangun sama sekali.

*

"Walaupun lu bilang gak peduli kalau ada yang jatuh cinta tapi lunya juga hati-hati dong! Emang lu ga tahu ada laki-laki yang bisa melakukan segala hal untuk mendapatkan cintanya?"

Olin teringat nasihat Hasani. Membuat dirinya semakin ragu untuk menghubungi Elvano  mengadu masalah tekanan dari Winnie. Panggilan untuk tandatangan kontrak sudah datang namun hanya dari team legal perusahaan. Ketika Olin datang ke sana, dikabarkan Bapak Elvano Adhitama sedang ke luar negri. Olin mempertimbangkan meminta maaf kepada Winnie

Olin menghubungi nomor Winnie ternyata telah diblokir.

Olin teringat Umey, bagaimana kalau menghubungi Winnie melalui dia? Olin mengirim pesan.

Eeeh diblokir juga?

Olin akhirnya menemui Ocim di ruangannya.

"Lo diblokir Umey?" Ocim heran.

"Iya Cim, perkiraan gue gara-gara Pak Obi dikasarin Janu." ucap Olin.

"Bukannya Januari sudah mengeluarkan permintaan maaf secara resmi melalui team legal? Bahkan sudah menggunduli rambut sendiri."

"Ya istri mana yang redho suaminya digituin orang?" Olin termangu agak merasa sedih kehilangan Umey. Tapi ya sudahlah.

"Bentar gue hubungi Obi." Ocim mengambil hape.

"Jangaaaan!" Olin mencegah. "Udah Cim biarkan saja. Gue gak mau berkesan ngemis-ngemis pertemanan." Olin berkata kesal.

"Tabayyun kan wajib, Lin." Ocim mengingatkan.

"Bukan hanya itu, lo sendiri akan dituduh yang enggak-enggak lagi kalau ikut ngurusin masalah remeh gini. Udahlah Cim, perusahaan kita lagi banyak urusan. Emangnya lo masih pingin gue nyari informasi soal Umey? Lo masih kepo sama Umey?" tanya Olin.

Sangkakala (Book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang