Home - #2

34 8 0
                                    

"Hm... Kok dia tau ap yang gua pikirin?, Ah udahlah lupain aja" ucap Haruto dalam hati

     Haruto menuju lokernya ingin meletakkan baju olahraganya disana. Dia juga ingin membuat lokernya terlihat bagus dan rapih. Tetapi nyatanya.. Loker dia penuh dengan tempelan kertas dan sampah karena dia lupa mengunci lokernya.

"Bisu ya lo?"

"Masih baru aja udah sombong"

    Bahkan masih banyak kertas - kertas lainnya. Loker Haruto jadi tampak sangat kotor karena ulah orang - orang di Sekolah. Banyak sampah makanan dan minuman, Dan sangat bau. Dan tidak sampai disitu.. Tiba - tiba seorang guru memarahinya karena dia kira Haruto menyimpan semua bekas makanan dan air di dalam lokernya.

    Setelah membereskan lokernya, Haruto pulang ke Rumah dan menuju kamarnya. Dia merenung bingung, dan sedih. Seketika itu Haruto melihat tangannya mulai gemetar dan detak jantungnya semakin cepat. Dia tahu bahwa panic attacknya mulai kambuh.

Dia mulai mencari obatnya agar tidak  semakin parah, Tetapi dia tidak bisa menemukan obatnya.

"Sial, Obat gue dimana sih?" ucap Haruto dengan kesal

Dan akhirnya dia menemukan obatnya..

"Untung keburu, ck" ucap Haruto lagi

"Tok tok tok!" tiba - tiba ada yang mengetok pintu

     Haruto sudah mengetahui bahwa orang yang mengetok pintu adalah mamanya. Dia juga sudah mengetahui jika dia akan dipukuli oleh mamanya karena membuat keributan di Sekolah. Namun.. Dia bahkan tidak membuat pembelaan saat dimarahi. Haruto terlihat mulai pasrah, rasanya seperti ditumbuk berkali - kali hari ini.

"Gue mandi abis itu tidur aja, Mau istirahat" katanya dalam hati

-------------

     Keesokan harinya Haruto mendengar ada suara teriak - teriak dan barang yang pecah, dan saat itu juga dia menyadari bahwa sekarang sudah pukul 9 lewat 23 menit. Artinya Haruto sudah telat untuk ke Sekolah. Suasana dirumahnya pun terlihat tidak enak, jadi dia merencanakan pergi setelah selesai mandi. Dia segera pergi ke kamar mandi untuk mandi dan lain - lain.

Namun..

"YAUDAH KITA CERAI AJA"

     Kata - kata itu terdengar hingga kamar mandi Haruto. Dia berusaha mandi dengan cepat agar bisa cepat - cepat pergi dari rumah. Rasanya Haruto ingin loncat dari gedung yang tinggi. Dia tidak ada tempat bersandar saat ini.

"Huh.. Udah ditempat tinggi tinggal loncat.." batin Haruto

Tetapi tiba - tiba...

"HARUTO JANGAN" terdengar suara teriakan dari belakang

Siapa lagi kalau bukan..

"Wonyoung? Lo gak sekolah?" tanya Haruto dengan kaget

"Lo ngapain disini? Turun! Ikut gue!" teriak Wonyoung dengan kesal

     Setelah turun, Wonyoung memarahi Haruto karena tiba - tiba dia naik ke atas gedung yang tinggi dan duduk di pinggiran gedung itu. Wonyoung khawatir bagaimana jika Haruto tiba - tiba terjatuh?. Mereka menjadi semakin dekat semenjak kejadian kemarin. Haruto juga mendapat pesan dari Wonyoung, jika dia butuh sandaran, Berceritalah ke Wonyoung.

     Saat itu juga Haruto merasa jika dia mempunyai senderan jika dia merasa capek. Tetapi tetap saja, dia tidak akan menceritakan semuanya. Dia tidak ingin terlihat lemah di depan orang. Bagaimana pun juga dia tahu bahwa setiap orang mempunyai titik lemahnya masing - masing, Tetapi dia bersikeras untuk tidak menunjukan itu terhadap siapapun.

     Bahkan orang tua Haruto pun tidak tahu bahwa Haruto sering pergi ke Psikolog. Dia benar - benar memendam semua ini sendiri. Haruto terlihat seperti anak yang sangat kuat. Namun.. Apa yang akan terjadi jika bom yang dia pendam selama ini meledak?

UnhappinessWhere stories live. Discover now