Chapter 21 : Permata hijau

605 96 1
                                    

Cornelia PoV

Pria yang berbahaya, pria yang menginginkan kematianku. Dallas Earnest, kini telah meninggalkan ruanganku dengan sebuah secarik pesan dan sekantung kecil berisi coklat.

Aku tak bisa melakukan apapun, aku hanya terlihat lemah dan gemetar di depan pria itu. Apa dengan begini dia akan berpikir bahwa aku adalah sasaran empuk bahkan hingga usiaku 17 tahun nanti?

Di depan seseorang yang menginginkan dirimu mati, siapa yang tak akan merasa takut hingga ingin menghilang dari dunia ini?

Aku terus memenggam secarik pesan yang Duke berikan dengan rasa takut hingga malam datang, aku tak memiliki keberanian untuk membacanya. Aku tak ingin mengetahui keberadaan sosok yang akan menggantikan tempatku di hati Ayah.

Namun aku tak bisa terus diam seperti ini, ini membuatku frustasi.

Kubaringkan tubuhku di tempat tidur empuk. Hening dan sunyi, tak ada siapapun di kamarku kecuali penjaga dan Clara yang berjaga di luar.

Mungkin aku harus membacanya, saat rasa penasaran di hatiku meluap itu terasa sangat sesak dan menyakitkan.

"Kau kuat Cornelia, kau hanya perlu membaca kata demi kata yang ditulis oleh seorang gadis kecil," ujarku meyakinkan diri, "Kau seorang wanita dewasa! Kau ... kau payah," tambahku dengan perasaan kecewa.

Aku duduk di meja riasku dan menatap diriku, ini bukan diriku yang lama. Sesuatu yang orang sebut dengan reinkarnasi ini membuatku harus merasa tertekan dengan dibayang-bayangi kematian.

Percobaan pembunuhan, sihir jahat dan perbuatan keji yang aku dapatkan tanpa sepengetahuanku kini membuatku muak.

Aku hanya memiliki dua pilihan setelah membaca surat ini, mati atau melanjutkan hidupku.

Aku membuka amplop itu dan menarik sebuah surat dari dalamnya. Aku tak bisa mengeluarkan suara apapun bahkan berbicara kini sangat sulit bagiku.

"Anda akan menyukainya suatu hari nanti, saya pikir memang akan seperti itu."

Menyukainya? Kata-kata Duke sangatlah konyol. Sebaik apapun Chelsea menyembunyikannya, tak akan ada seorangpun yang tahu isi hatinya.

Gadis itu menginginkan tempatku, posisiku, kamarku dan segalanya yang aku milikki ... termasuk Ayah dan kakak.

"Oh Ibu yang berada di sana, tolong beri aku keberanian untuk membaca surat ini dalam bentuk apapun!" gumamku.

Baru saja aku akan membuka kertas yang dilipat itu, seseorang membuka pintu kamarku.

"Hei! Maaf jika aku tidak sopan, tapi apa kau punya makanan?" tanyanya dengan wajah polos.

"Arthur?!" ucapku terkejut.

"Aku melihatmu gemetar dan berkeringat tadi sore, aku berniat untuk melihat keadaanmu sembari memakan beberapa hidangan penutup," sahut Arthur.

"Kau benar-benar lapar? Kau tidak takut mati karena terlalu kenyang?" tanyaku.

"Kenapa aku harus takut? Setidaknya aku mati dengan perut penuh!" jawab Arthur penuh semangat.

"Cornelia!!" seru seseorang yang ku yakini pemilik suara Caesar yang cerewet.

"Kenapa kau juga datang?" tanya Arthur.

"Memangnya aku perlu meminta izin padamu untuk memasuki kamar Cornelia?" tanya Caesar sembari mengatur napasnya.

"Ini sudah malam, kecilkan suara kalian!" titahku dengan berbisik, "Tolong tenanglah! Aku sedang membaca!" seruku.

"Tapi bahkan kau belum selesai membuka kertas itu," ujar Caesar dengan menunjuk kertas yang kini berada di tangan Arthur.

Reincarnated as an Evil PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang