Chapter 34.2 : Pesta

365 46 0
                                    

Cornelia PoV

"Selamat ulang tahun, Yang Mulia Putri Cornelia!" Seseorang menyeru dari belakangku.

Aku berbalik dan mendapati seorang pria bermantel putih tersenyum padaku. Siapa dia?

"Maaf! Anda pasti tidak mengenali saya," ujar pria itu kemudian, "Perkenalkan, saya adalah Charles de Blois dari Ectasy, sebuah kehormatan dapat bertemu dengan Anda!" tambahnya.

Charles de Blois dari Ectasy? Mungkin kah dia Pangeran Mahkota dari Ectasy? Ngomong-ngomong setelah ku perhatikan secara seksama, begitu banyak pria dari negeri asing yang ku temui di pesta ini, namun tak ada satu pun yang membuatku terpesona selain pria ini.

"Se-Senang bertemu dengan Anda juga Yang Mulia Charles, terima kasih telah menyempatkan dirimu untuk hadir di pesta ini," sahutku.

"Tolong jangan panggil saya seperti itu di hari sepenting ini, Anda bisa memanggil saya hanya dengan Charles," balasnya.

"Rasanya kurang sopan memanggil Anda hanya dengan nama, saya tidak bisa melakukannya," ucapku.

Sebelum aku menyadari apa yang terjadi, pria itu mendorongku ke tembok dan mengunciku secara tiba-tiba. Apa-apaan ini?!

Anak-anak kecil dengan sebuah minuman di tangannya tengah berlari dengan riang gembira. Itu membuatku ingat pada apa yang terjadi di dalam novel.

"Maafkan saya, jika saja saya tidak segera bertindak mungkin gaun indah ini akan terkena noda minuman," ujarnya.

Jika saja pria ini tidak mendorongku, hal yang tak ku inginkan bisa saja terjadi.

"Terima kasih lagi, Pangeran Charles." Aku segera melepaskan diriku dari pria itu.

"Ini adalah sebuah kewajiban, mengingat saya adalah salah satu kandidat pertunangan Anda." Aku terdiam begitu mendengar ucapannya.

Apa maksudnya dengan kandidat? Apa yang ia maksud adalah sebuah pertunangan? Aku sudah memiliki seorang tunangan bukan? Bagaimana dengan Norman?!

Saat aku tengah berpikir, perhatian semua orang tiba-tiba tertuju pada Earlene yang datang dengan beberapa Surat di tangannya. Membuatku bertanya-tanya, mengapa ia datang kemari?

"Yang Mulia, ini surat yang Anda minta dari para pemimpin kerajaan," ujar Earlene.

"Apa ini mengenai kandidat pertunangan?" tanya Ayah sembari mengambil semua surat-surat itu, "Terima kasih Earlene, aku akan membahasnya bersama Cornelia saat pesta usai."Ayah menatapku sebelum akhirnya berpaling dan hilang di dalam kerumunan.

Apa yang mereka bicarakan membuat jantungku berdegup kencang, pusing dan sedikit sakit perut ....

"Saya harap Ectasy dapat menjalin hubungan diplomatik yang lebih baik dengan acara ini, Tuan Putri." Charles mencium tanganku dan menatapku dengan tajam.

Pria itu kini pergi dan hilang di tengah keramaian, mungkin ia menyusul Ayah dan pergi ke aula?

Sangat mengejutkan melihat Ectasy mengirimkan seorang kandidat untuk pertunanganku, bahkan setelah apa yang Chelsea berikan sebagai hadiah ulang tahunku beberapa tahun belakangan.

Selama berjalannya waktu, pesta pun akhirnya berakhir. Aku berjalan di lorong istana bersama Clara, tertawa dan berbincang mengenai apa yang terjadi di pesta. Tentu saja aku tak menceritakan apa yang aku dan Caesar lakukan di balkon sebelumnya, itu akan menjadi masalah besar.

"Sudah selarut ini, mengapa Yang Mulia Kaisar memanggil Anda ke aula?" tanya Clara.

"Ayah berkata, akan membicarakan tentang kandidat pertunangan, aku tak mengerti mengapa ia melakukan hal tersebut mengingat aku dan Norman sudah memiliki hubungan sejak kecil," jawabku.

Yah ... daripada berpikir keras tanpa tahu jawaban yang pasti, sebaiknya aku segera pergi ke aula untuk mengetahui jawaban apa yang menantiku di sana.

Begitu kami tiba di depan pintu aula, pelayan membukakan pintu dan mempersilakan kami masuk. Dari kejauhan aku dapat melihat beberapa pria berjubah berdiri membelakangiku dan menatap Ayah.

Apa ini semacam lelucon atau kejutan? Mengapa mereka memakai jubah?

"Putri Cornelia Celeste Aloycius menghadap Yang Mulia Kaisar Aloycius." Aku dan Clara membungkuk dan memberi hormat.

"Maaf sudah memanggilmu selarut ini, kau pasti sangat kelelahan, Cornelia." Aku terbelalak melihat betapa khawatirnya Ayah pada keadaanku saat ini, dan jujur saja ... itu cukup membuatku senang.

"Ada apa Ayah memanggilku kemari?" tanyaku.

"Kau tahu, sejak awal hubungan pertunanganmu dengan Norman terjalin karena keberadaanmu," jelas Ayah.

"Keberadaanku? Apa yang Ayah maksud adalah keberadaanku yang tidak berarti?" Tanpa berpikir panjang aku segera menyahuti ucapan Ayah.

"Benar, namun sekarang seluruh Aloycius mengetahui dirimu dan mengakui dirimu sebagai Putri dari Kekaisaran ini, maka dari itu sudah saatnya merubah segalanya dari awal," ujar Ayah.

Merubah segalanya dari awal?

"Lalu bagaimana dengan Norman?" tanyaku.

"Duke Osvold sudah berbicara denganku, untuk beberapa waktu ke depan ia akan mengirim putranya pergi ke sekolah militer di luar Aloycius," jawab Ayah dengan tegas.

Kini aku mengingatnya ... Norman akan menjadi salah satu pion terkuat di Aloycius setelah Kakak, Alger dan Ayah. Namun apa mereka benar-benar yang terkuat di Aloycius?

"Aku akan memperkenalkanmu pada beberapa pangeran yang menjadi kandidat di sini, kau tidak perlu cepat-cepat memilih, kau pasti memerlukan banyak waktu," tambah Ayah kemudian.

"Baik, aku mengerti," jawabku pasrah.

"Kandidat pertama adalah Pangeran ke-3 dari Cassiopia, Lothar Hofburg de Cassiopia." Begitu seorang pelayan membacakan nama tersebut, perasaanku menjadi sedikit lebih lega.

Setidaknya aku memiliki seorang teman lama di sini!

Lothar membuka jubahnya dan berbalik, tersenyum dan membungkuk, ia menghampiriku dengan wajah yang teramat sangat senang.

"Aku senang melihatmu berada di sini, Lothar!" seruku.

"Senang melihat Anda juga, Tuan Putri." Begitu mendengar kata-kata formal terdengar melalui mulut pria bermata indah itu, aku terdiam.

"Kandidat kedua adalah Pangeran Mahkota Charles Theresian de Ectasy yang datang dari Kekaisaran Ectasy!" seru pelayan.

Pria selanjutnya yang membuka jubahnya adalah pria yang sebelumnya ku temui, Charles Theresian de Ectasy atau sebut saja dia ksatria haus darah dari Ectasy.

"Senang bertemu dengan Anda lagi, Tuan Putri! Malam ini kita tidak memiliki kesempatan untuk berdansa namun ... aku harap aku akan memiliki kesempatan itu selamanya." Charles menekankan kata terakhir itu tepat di sisiku, membuatku tak bisa berkata-kata dan hanya mematung dengan sedikit gemetar.

"Kandidat selanjutnya adalah ... Arthur-maksud saya Pangeran Felix Theresian de Ectasy," ujar pelayan dengan ragu-ragu.

Aku dan Lothar menatap sosok pria yang akan segera membuka jubahnya, betapa terkejutnya kami begitu melihat bahwa sosok bernama Felix itu benar-benar Arthur. Bagaimana mungkin?

Aku menatap Ayah untuk meminta penjelasan, namun dari wajahnya yang tampak sama terkejutnya dengan kami, tak ada jawaban yang akan kami dapatkan.

Mengapa Arthur kini menjadi salah satu Pangeran Ectasy? Kalau begitu, bukankah itu berarti ia memiliki hubungan dengan Chelsea?

"Suatu kehormatan dapat berada di sini sebagai seorang Pangeran, Tuan Putri," ujar Arthur tegas.

Aku menatap Charles dengan penuh pertanyaan, namun pria itu memperlihatkan senyum penuh rasa bangga pada Arthur.

To be Continued

Reincarnated as an Evil PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang