12. Untuk Pertama Kali✏️

165 74 2
                                    

Matahari baru saja menyingsi di ufuk Timur. Aku sudah siap untuk berangkat ke sekolah pagi ini, memang sengaja cepat datang untuk menghindari sarapan pagi bersama mama dan bang Iyan.

Konflik kemarin tidak selesai, Ahh bukan tidak di selesaikan, namun tidak akan pernah terselesaikan.

Tungkai ku melangkah menuruni anak tangga dengan sedikit terburu. Sengaja agar tak bertemu dengan orang rumah.

"Cepet amat."

Sialnya niat ku itu tidak terlaksanakan, suara bang Iyan yang terdengar mengintimidasi membuat bulu kuduk ku berdiri.

Aku berbalik, kembali menaiki anak tangga guna menghampirinya yang kini berdiri di depan pintu kamarnya.

"Aku ada pr matematika, jadwalnya masuk pagi... tadi malam ga sempat buat ngerjainnya. Hari ini engga usah jemput aku, aku bisa pulang sendiri. Aku pamit, Bang." Aku menyalaminya dan berlari menjauh dari hadapannya.

"Abang jemput kamu." Teriaknya, yang tidak aku gubris.

***

Udara pagi ini terasa amat dingin dari pada biasanya. Ini pertama kali aku berangkat sepagi ini kesekolah. Langkah kaki ku sudah berhenti di depan gerbang rumah, Nathan yang kini sedang duduk di atas motornya segera turun. Lelaki itu tersenyum hangat ke arah ku, ku balas senyum hangat itu tak kalah hangatnya dari senyumnya di pagi yang dingin ini.

Bak matahari yang kini sudah mengeluarkan cahaya, memberi hangat pada bumi yang dingin. Seperti itulah senyum yang Nathan ukir hari ini.

Ahh aku juga tidak tau kenapa akhir-akhir ini aku sering meminta bantuan kepada lelaki ini. Entah sejak kapan aku menyukai senyumnya. Bagi ku senyumnya adalah hal yang paling indah ku temui saat ini. Senyum itu membawa kehangatan dan tenang di hatiku.

"Sorry, kalau gue minta bantuan lo dan buat lo repot-repot harus bangun pagi." ucap ku sedikit malu. Segan rasanya harus meminta bantuan pada Nathan sepagi ini, terlebih lagi Anathan juga baru menjadi teman ku.

"Engga apa-apa, berangkat sekarang?" Aku mengangguk, Nathan menyerahkan helm yang ia bawa ke arahku. Lantas ku pasang segera helm itu.

Menaiki jok motornya, "Kamu udah sarapan?"

"Nanti sarapan bareng di kantin aja, kamu pasti belum sarapan juga."

Diam-diam aku tersenyum, rasanya ingin menangis saat dia tahu hal kecil seperti itu.

"Ayo jalan kok diam aja." Aku memukul pelan punggung Nathan.

"Kirain kamu belum naik, rasanya kayak ga ada yang di bonceng." Ia terkekeh.

***

Bagi Nathan di repoti oleh gadis yang ia suka adalah hal yang menyenangkan. Ia senang bila Kezia meminta bantuan kepadanya.

Terlebih lagi pagi ini, tidak apa-apa ia harus bangun pagi sekali asalkan jok belakangnya di isi oleh gadis yang mengisi hatinyaㅡNathan menyukai Kezia. Nathan telah jatuh cinta pada gadis itu, pada gadis yang selalu bernada ketus ke arahnya.

Tadi malam Kezia meminta tolong untuk di antarkan sekolah pagi sekali, Kezia ingin menghindar dari orang rumah. Gadis itu sedikit bercerita kepadanya.

Hujan Dan Pelangi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang