8. Bertemu

866 162 9
                                    

Arena berjalan sempoyongan meskipun hari sudah mulai menggelap akan tetapi ia masih enggan untuk pulang, baginya akan ada banyak drama yang terjadi salah satunya kejadian tadi.

Jujur saja ia cukup malas untuk berdebat masalah sepele seperti itu, meskipun ini bukan masalahnya tetap saja ia yang merasakan pusingnya.

Langkah Arena terhenti kala melihat seorang lelaki tengah duduk di depan minimarket sembari menghisap rokoknya.

"Dia kan cowok yang waktu itu pesan Ayam geprek?" gumam Arena memastikan.

Arena berlari menuju lelaki itu, senyumnya mengembang melihat wajah lelaki itu.

"Apa kakak orang yang waktu pesan ayam gaprek?"

Marcus menoleh ketika mendengar seseorang bertanya kepadanya.

"Gue?" tanyanya menunjuk dirinya.

Arena mengangguk. "Makasih kak udah kasih tips waktu itu berkat kakak aku sama adik aku bisa makan banyak." ucapnya berbinar.

Marcus mencoba berpikir kapan ia memberi sebuah tips kepada gadis di depannya? Seingatnya dulu ia bukan memberikan kepadanya.

"Gue emang pernah kasih tips ke tukang antar pesanan tapi keknya itu bukan lo." ucap Marcus tidak yakin.

Astaga Arena baru menyadari kalau sekarang ia berada di tubuh orang lain.
"Ma-maksud aku, kakak dulu pernah beri tips ke temen aku." ucapnya gelagapan.

"Dia juga ingin bilang terima kasih." lanjutnya berbicara.

"Kenapa gak dia aja yang bilang?" tanya Marcus menaikkan sebelah alisnya.

"Di-dia udah pindah ke kota lain jadi dia berpesan kayak gitu." jawab Arena berharap lelaki itu percaya.

Marcus diam enggan bertanya lagi ataupun menjawab begitu juga dengan Arena ia sama-sama terdiam. Ia melirik lelaki itu, anehnya lelaki itu juga tengah menatapnya.

Arena tertawa kaku. "Aku lagi banyak uang kakak mau aku traktir makanan enak di sekitaran sini?" ujarnya merasa canggung, takut kalau lelaki itu menolaknya.

Bagaimanapun juga Arena harus berterimakasih kepada lelaki itu, karena berkat dialah mereka makan dengan kenyang waktu itu.

"Gue gak terbiasa makan makanan murah di pinggiran kayak gini." jawabnya sombong.

Arena mendelik sebal. "Kalau gitu aku traktir makanan yang mahal aja." tawarnya.

Marcus menoleh memperhatikan gadis itu dari atas sampai bawah, ada rasa sedikit penasaran kenapa gadis itu mirip dengan Ethan, apakah dia adiknya atau hanya kebetulan mirip saja?

Di sinilah mereka sekarang, kedai pecel lele pinggi jalan. Marcus menelisik setiap sudut, bukan ini yang ia maksud. Restoran berbintang lima lah yang ia harapkan.

"Di ajak makan ke tempat seperti ini adalah suatu penghinaan bagi gue."  ucap Marcus menyilangkan tangannya di dada.

"Penghinaan apanya? Pecel lele di sini harganya mahal hampir 35 ribu per porsi, ini tempat paling mahal di sekitar sini." jawab Arena.

"Please jangan nolak kak aku gak tau lagi harus gimana untuk balas kebaikan kakak waktu itu. Kira-kira itulah yang akan di sampaikan Arena kalau dia ada di sini." ucapnya.

Marcus menghela nafas setelahnya ia duduk di kursi kosong. Arena juga duduk di depan lelaki itu sembari menunggu pesanan datang.

"Aku Ar..Aliva kalo nama kakak siapa?" tanya Arena tanpa ekspresi.

"Lo gak tau siapa gue?" pasalnya Marcus sudah terkenal di daerah sini, jadi ia merasa aneh ketika seseorang bertanya siapa namanya.

Arena menggeleng. "Nggak."

PRIKWhere stories live. Discover now