11. Rumah Sakit

685 74 0
                                    

Dari tadi ponsel Arena terus berbunyi membuat tidur sang empu terganggu.

"Apa orang gila ini kagak ada kerjaan laen sampe harus nelpon tengah malem." gumam Arena tersadar dari tidurnya.

Karena tak tahan mendengar suara bising itu akhirnya Arena mengangkat telpon tersebut.

"Hallo?" tanya Arena.

"Apa ini nomor kak Aliva?" tanya seseorang di sebrang sana.

Arena membuka matanya lebar ia sangat mengenali suara itu.

"Iya ini nomo.."

"Kak Aliva tolongin Alva, dia sakit badannya panas sama hidungnya terus mimisan." ucap Linda memotong perkataan Arena.

"Apa? Alva sakit? Tunggu di sana jangan kemana-mana, sekarang kakak bakal kesana! Oh iya Linda bisa kan kompres dulu Alva nya?" ucap Arena ribut tak karuan.

"Bisa kak," jawab Linda.

"Sekarang Linda kompres dulu Alva nya, pastikan dia gak kedinginan bentar lagi kakak kesana, oke?" ucap Arena.

"Iya kak Aliva." jawab Linda menutup sambungan teleponnya.

Arena mengambil Hoodie nya lalu keluar dari kamar, beruntung semua orang sudah pada tidur jadi ia bisa lebih leluasa untuk keluar rumah.

Belum sempat ia sampai di pintu utama, suara langkah kaki seseorang mengejutkannya. Buru-buru ia bersembunyi di balik tembok, takut ketahuan kalau ia keluar malem-malem.

"Ethan? Ngapain dia keluar malem?" gumam Arena bertanya ketika Ethan  keluar mengendap-endap.

Sesampainya di parkiran Arena mencari kendaraan yang bisa ia pake yaitu motor matic. Bisa telat kalau dia pergi menggunakan kendaraan umum.

Namun sekilas Arena tak sengaja melihat mobil Ethan keluar dari gerbang. Memilih tak memperdulikan hal itu Arena kembali fokus pada tujuan awalnya.

"Biasa pake vesmet sekarang pake Nmax, nih motor gede bet anjir." gerutu Arena menggiring motornya menuju gerbang.

***

Arena terus berdoa dalam hati semoga keadaan Alva baik-baik saja. Masa bodoh dengan biaya rumah sakit besok ia akan meminjam lagi kepada Ethan.

"Maafin Linda ya kak, kak Aliva jadi repot begini." ujar Linda menunduk.

Arena membawa Linda kedalam pelukannya ia menepuk-nepuk punggungnya pelan.

"Gak apa-apa kesehatan kalian sudah menjadi tanggung jawab kakak." jawabnya.

"Oh iya Arena udah pulang?" lanjutnya bertanya. Ia sedikit penasaran apa yang terjadi dengan tubuhnya yang mendadak hilang.

Linda menggeleng. "Belum kak,"

"Belum?" tanya Arena memastikan. Sedangkan Linda mengangguk sebagai jawaban.

"Kayaknya gue harus nyari tahu keberadaan tubuh gue." batin Arena.

Tak lama setelahnya Bu Arni selaku pemilik kosan datang menghampiri mereka.

PRIKWhere stories live. Discover now