2. Daun Jeruk

24 10 13
                                    

Tak ada yang menyukai Sita, seorang perempuan muda yang hanya tinggal berdua dengan sang suami di kompleks perumahan itu. Padahal Sita ramah, senang menolong dan pandai bergaul. Sementara Dimas, suami Sita, meskipun agak pendiam juga tak kalah ramah dengan istrinya.

Alasan kenapa Sita tidak disukai adalah karena ia satu-satunya perempuan pintar dan masih bekerja. Sementara para tetangganya adalah ibu-ibu rumah tangga julid yang hobi bergibah. Mereka tidak suka bila setiap mereka ingin membicarakan seseorang, Sita memilih mundur. Mereka tidak suka diabaikan. Alhasil, Sita pun menjadi bahan gibah ibu-ibu kompleks di kala ia dan suaminya sudah berangkat ke SMA Negeri 21 untuk mengajar.

Namun sejak pandemi merebak, Sita dan Dimas lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah dan hanya mengajar online. Dan untuk mengisi waktu senggang yang semakin tak terbatas, pasangan itu memilih bercocok tanam di halaman rumah mereka yang sempit. Halaman yang dulunya hanya dihias satu jenis bunga lili, kini bertambah dengan adanya pohon cabai rawit, jeruk purut dan tomat.

Kini setelah dua tahun pandemi tak kunjung berakhir, pohon-pohon yang ditanam Sita dan suaminya sudah bertambah tinggi dan menunjukkan buahnya. Daun-daunnya bahkan menyelinap hingga ke luar pagar. Kini setiap ia membutuhkan bahan-bahan masakan itu, ia tak perlu lagi membelinya dari tukang sayur.

Pagi itu, seusai mengajar online, Sita bersiap memasak ayam goreng bawang putih daun jeruk kesukaan Dimas. Melalui pintu depan, ia keluar menuju halaman. Namun langkahnya terhenti sejenak melihat sesosok wanita di balik dedaunan pohon jeruknya. Wanita itu tampak mondar-mandir seperti sedang mencari sesuatu.

Sita meneruskan langkahnya hingga akhirnya ia bisa mengenali sosok itu. Bu Nelly, tetangga depan rumah yang paling julid dan selalu melengos bila disapa.

"Ada apa, Bu Nelly? Ada yang hilang?" Sita menyapa ramah.

"Eh, Bu Sita .... Kirain gak ada orang," sahut Bu Nelly dengan raut terkejut. "Saya cuma lihat-lihat aja."

"Oh." Tanpa memperhatikan tetangganya lagi, Sita segera memetik dua lembar daun jeruk.

"Mau masak ya, Bu Sita?"

Tak pernah Sita duga Bu Nelly akan bicara lagi. Sungguh sesuatu yang sangat jarang didengarnya. Namun ia membalas juga. "Iya, Bu. Mau bikin ayam goreng bawang putih daun jeruk kesukaan suami."

"Oh."

"Mari, Bu Ne ...." Sita nyaris berbalik sebelum ....

"Enak ya, punya pohon jeruk sendiri. Gak usah beli. Kadang-kadang udah pesen sama tukang sayur suka lupa dibawain," adu Bu Nelly dengan mulut yang dimonyong-monyongkan.

Sita tersenyum tipis. Ia menangkap kode-kode adanya permintaan bantuan dari sang tetangga. "Ibu mau daun jeruk?" tawarnya to the point.

"Yaa ... kalau Bu Sita gak keberatan sih ...." Bu Nelly kini memeleyotkan bibirnya.

"Ambil aja, Bu," suruh Sita.

Seketika netra Bu Nelly berubah cemerlang. "Bener, nih?"

"Iya."

"Wah, makasih ya, Bu Sita." Serta merta si tetangga super julid itu memetik dua lembar daun yang cukup besar dari pohon jeruk Sita.

"Kok cuma dua? Ambil aja yang banyak sekalian, Bu, untuk disimpan," suruh Sita lagi.

"Serius?" Makin berbinarlah manik Bu Nelly. Namun tanpa menunggu anggukan Sita, ia langsung mematahkan ranting demi ranting dengan gerakan cepat tanpa rasa segan. Dan ia baru berhenti kala ranting-ranting itu tak tertampung lagi dalam dua genggaman tangan.

"Udah cukup, Bu?" tanya Sita.

Bu Nelly meringis. "Iya, udah cukup, Bu. Makasih, ya." Sambil mendekap ranting-ranting itu, ia berbalik dan melenggang pergi.

Di tempatnya, Sita hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala.***

--------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

A.D
Bandung, 17 Februari 2022

ScrapbookWhere stories live. Discover now