6. Kang Haters

26 7 20
                                    

Sejak wabah K-Pop menjangkiti Indonesia, Rindu, adik perempuan Damar yang masih SMA ternyata ikut terseret gelombang itu. Dan seingat Damar, Rindu tak pernah mengidolakan seseorang atau boygroup sampai 'segila' ini.

Dulu, tak banyak pernak-pernik khas cewek yang menghiasi kamar Rindu. Kini di sudut tempat tidurnya, bukan cuma ada boneka beruang seukuran tubuhnya, tapi juga boneka yang jauh lebih kecil ukurannya berwarna putih dan--menurut Rindu--berbentuk hewan alpaka. Adiknya itu bahkan memberinya nama RJ. Lalu lemari bukunya juga sudah beralih fungsi menjadi tempat memajang berbagai album, foto-foto, majalah, serta figur idolanya dalam bentuk boneka-boneka kecil. Beberapa poster bergambar cowok-cowok berwajah oriental itu juga tampak menutupi sebagian dinding kamarnya.

Bukan cuma itu, sikap dan kebiasaan Rindu pun berubah. Sekarang ia menolak makan mi produksi lokal. Ia maunya makan ramen impor. Itu pun cara makannya harus pakai sumpit, bukan garpu. Saluran TV yang selalu disetelnya kini bukan saluran berlogo bola oranye lagi, melainkan saluran yang sering memutar drama-drama Korea. Gaya bicaranya pun berubah. Kata-kata berbahasa asing itu kini lebih sering menyapa pendengaran Damar. Dan Damar tak pernah lagi dipanggil 'kakak', melainkan 'oppa'.

Damar yang hanya tinggal berdua bersama adiknya di rumah kontrakan itu terpaksa mendengar Rindu mengabsen nama oppa-oppa Korea setiap harinya. Semua demi tak membuatnya merasa diabaikan setelah gadis itu memutuskan untuk pindah sekolah, mengikuti si kakak sulung yang mendapatkan pekerjaan di ibu kota, meninggalkan orang tua mereka di kampung. Namun setelah mendengar alasan Rindu menyukai oppa-oppa itu--karena lagu-lagu mereka kebanyakan bertema mental awareness dan self motivation serta kepribadian mereka yang humble--Damar mengerti.

Untungnya ada Mini, sahabat sefrekuensi Rindu yang juga menyukai idola yang sama. Bila keduanya sudah berkumpul, Damar tak boleh berharap akan bertemu adiknya sepanjang hari, karena mereka lebih senang menghabiskan berjam-jam di kamar untuk menggibah sang idola. Damar pun tak boleh berharap bisa makan malam dengan Rindu di ruangan dan meja yang sama.

Satu-satunya yang membenci kebiasaan baru Rindu cuma Fahmi, sang pacar. Pemuda itu rupanya tak tertular wabah K-Pop hingga pembicaraan tentang oppa-oppa itu menjadi yang paling menyebalkan baginya.

Dan ketika petang itu Rindu pulang dengan wajah memberengut, Damar pun tahu, adiknya baru berantem lagi perkara K-Pop dengan pacarnya.

"Berantem lagi?" tanya Damar ketika adiknya memasuki ruang makan sambil menghempaskan tas di meja.

"Hmm," sahut Rindu seraya berlalu ke arah kulkas. Dari dalamnya ia mengeluarkan sekaleng Coca Cola lalu membawanya ke meja makan, duduk di sana.

"BTS lagi?"

"Apa lagi?"

Tak berhenti mencuci piring, Damar terkekeh.

"Masa, Oppa, Fahmi bilang si Tae Tae cengeng cuma gara-gara dipukul kipas sama JK. Waktu aku bilang itu cuma akting, dia gak percaya," beber gadis itu berapi-api tanpa diminta.

"Dia juga bilang, BTS gak bisa apa-apa. Udah mukanya plastik, suaranya pas-pasan pula. Dia gak tau aja, mereka tuh bener-bener mulai dari nol, dari perusahaan kecil. Sekarang prestasi mereka udah segini." Kedua lengan Rindu bergerak membentuk lingkaran penuh.

"Gitu-gitu juga mereka tuh aset negara. Gak kayak dia, hidup masih numpang orang tua. Makan juga masih pakai duit emaknya.

"Emang, apa salahnya, sih, punya idola mereka? Aku 'kan juga gak pernah protes kalau dia lebih suka main game daripada nelepon aku."

Setelah mengelap tangannya, Damar berbalik dan bergabung bersama adiknya di meja makan. "Namanya juga haters, Dek. Sebagus apa pun prestasi idolamu, mereka pasti akan selalu nyari kekurangannya. Terus, kita bisa apa? Kita gak mungkin membungkam mulut mereka satu-satu. Satu diam, yang lainnya akan muncul. Jadi, biarin aja. Nanti mereka juga capek sendiri."***

--------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

A.D
Bandung, 9 Maret 2022

ScrapbookWhere stories live. Discover now