16. Pain Again

420 22 0
                                    

Sebuah nampan berisi dua strip pil berwarna putih dan segelas air mineral berada ditangan Arya. Pria itu memasuki kamar Arsenio dan mendapati anaknya tengah berbaring ditempat tidurnya. Malam ini Aksalio belum juga pulang, dengan berat hati Arya harus mengalah untuk merawat Arsenio terlebih setelah kejadian tadi pagi yang membuat anak itu akhirnya ijin masuk kuliah.

Arya membawanya kerumah sakit terdekat setelah Arsenio kejang, lalu dokter menyuruhnya untuk istirahat dirumah dan memberikan beberapa resep obat. Pria itu berjalan mendekat ke tepi ranjang putranya. Tanpa menunggu perintah, Arsenio menelan pil tersebut dan menenggak air mineral dalam gelas hingga airnya nyaris tak tersisa kemudian meletakkan gelas kosong itu diatas nakas samping tempat tidurnya, lalu Arsenio bersiap merebahkan tubuhnya diatas kasur.

"Makasih Papa, Nio minta maaf udah nyusahain Papa hari ini." Kata Arsenio sambil merapikan selimut untuk membungkus tubuhnya dari udara dingin.

"Makanya cepet sehat biar nggak nyusahin Papa. Hari ini kamu udah bikin Papa bolos kerja, kalau proyek Papa jadi kacau gara-gara ngurusin kamu, jangan berharap Papa bakal sudi ngomong lagi sama kamu." Ancam Arya dengan nada penuh kekesalan sambil membereskan nampan dan gelas Arsenio yang lantas membuat perasaan Arsenio semakin merasa bersalah atas kejadian tersebut.

"Nio janji nggak bakal ngerepotin Papa lagi." Hanya kalimat itu yang mampu keluar dari mulut Arsenio, ia benar-benar takut membuat Papanya marah.

"Yaudah Papa turun dulu." Arya berpamitan keluar dari kamar Arsenio, yang kemudian hanya direspon oleh sebuah anggukan dari Arsenio sebagai jawaban.

Setengah menit setelah kepergian Papanya, Arsenio mencoba memejamkan matanya namun sangat susah sekali terlelap, ia memutuskan mengambil ponsel dan melihat perkiraan cuaca malam ini.

Tidak ada hujan, tidak ada mendung, hanya malam cerah yang berawan. Itu artinya Arsenio dapat melihat bintang malam ini, tanpa berfikir panjang ia beranjak dari ranjangnya kemudian menyibak tirai kamarnya yang berwarna biru muda, lalu membuka jendela kamarnya. Ia merasakan udara malam bertiup lembut yang membuat anak rambutnya sedikit berantakan mengikuti arah angin tersebut kemudian ia sedikit mendongakkan kepalanya untuk melihat hamparan bintang dilangit bermandikan cahaya purnama yang meneduhkan pandangannya.

Sangat cantik sekali batinnya, ada rasa hangat dan tenang yang menyeruak dihatinya setiap kali netranya menatap ribuan bintang di langit, tidak peduli sesakit apa segala sesuatu yang ia pikul, ketika melihat hamparan langit luas yang dipenuhi bintang luka itu bisa reda sejenak dengan sendirinya. Bintang baginya adalah penawar luka setelah Kayra. Arsenio menghabiskan waktu sekitar dua puluh menit hanya untuk memandang bintang sendirian.

Angin mulai behembus cukup kencang, malam semakin larut, udara yang semakin dingin mulai menusuk permukaan kulit Arsenio, mendadak tubuh Arsenio menggigil, nafasnya tercekat, tangannyapun mulai gemetar. Dia tidak bisa berlama-lama lagi membuka jendelanya, udara malam yang dingin dapat mengakibatkan penyakitnya kambuh. Belum sempat tangan Arsenio terangkat untuk menutup jendela kamarnya, tiba-tiba ia merasakan nyeri yang luar biasa menghantam dadanya, Arsenio mengatur nafasnya yang mulai tidak beraturan.

"Uhukk!" Ia terbatuk dengan nafas yang terengah-engah, cairan amis dan pekat berupa darah keluar dari hidungnya. Pemuda itu kembali ke kamarnya lalu mengacak-acak isi almari untuk mencari tabung oksigen portable. Kepanikannya membuat tabung tersebut terjatuh dan masuk kedalam kolong tempat tidur. Sendi-sendi di kakinya tidak lagi kuat menompang tubuhnya, lalu ia merosot terduduk diatas lantai.

"P-Papa — , " rintihnya.

Samar-sama Arya mendengar suara rintihan Arsenio dari arah kamar anaknya yang terus memanggil namanya. Ia pun segera berlari memasuki kamar Arsenio, darah yang terus keluar dari hidung Arsenio dan sisanya bersimpah diatas lantai adalah hal pertama yang ia lihat. Diselimuti rasa khawatir, Arya membopong tubuh Arsenio lalu menaruh tubuh anak tersebut diatas kasur dengan hati-hati.

Rule The FateWhere stories live. Discover now