"Ketegangan antara dua kerajaan besar semakin memanas, dan kita berada tepat di tengah tengah nya." Ujar pejabat Li, Sang Hakim turut mendengarkan dengan seksama seluruh perkataan pria yang berada di hadapan nya.

Secangkir teh nampak di hadapan Hakim Lao, kucuran air berwarna coklat mengalir pelan dari mulut poci kecil di hadapan mereka, Pejabat Li kembali meletak kan poci dalam genggaman nya di atas bara api yang menyala di dekat mereka.

Dalam minggu ini, kedua kali nya ke dua sahabat kental ini kembali bertemu, membahas seluruh masalah yang di hadapi kerajaan, dari problematik hukum, tata negara, hingga masalah yang amat rumit mereka bicarakan hingga fajar tiba.

Kedua nya nampak berbincang serius dalam sebuah ruangan di salah satu rumah besar yang terletak di ujung jalan utama yang mengarah ke istana terlarang, ke dua nya kerap kali berkumpul dengan sesama pejabat, namun kali ini, sebuah pertemuan rahasia yang mereka lakukan untuk merencanakan suatu hal gila yang belum pernah di lakukan manusia lain.

"Pembawa pesan dari kerajaan Qi sudah tiba beberapa hari yang lalu." Ujar sang Hakim, ke dua mata pria tersebut mencoba melihat suasana taman yang berada di hadapan mereka, beberapa cahaya yang berasal dari puluhan lilin nampak menerangi tempat tersebut, malam yang sunyi mereka lewati dengan membicarakan satu rencana.

"Pejabat Li yang menerima beliau kan?" Pria di hadapan sang hakim mengangguk kan kepala dan mulai menyeruput teh hangat yang berada di hadapan nya, kehangatan mulai menjalar ke seluruh tubuh ketika cairan coklat tersebut bergerak pelan melewati kerongkongan nya.

"Dan kemarin, Pembawa pesan dari kerajaan Shen tiba di sini." Masih teringat jelas dalam ingatan nya ketika beberapa tamu yang berasal dari selatan menemui nya untuk membicarakan beberapa hal penting mengenai eskalasi yang tengah berlangsung

"Mereka menawarkan untuk bergabung." Penawaran yang sedikit memaksa dengan ancaman halus di terima oleh nya ketika Pejabat Li menerima sang tamu utusan kerajaan Qi.

"Kita tidak bisa mempercayai ke dua nya, Kakak Li." Ujar sang Hakim kembali berkata, kedua tangan nya menggenggam erat gelas kecil berisikan cairan hangat, udara dingin mulai berhembus melalui celah kisi kisi jendela besar yang berada di hadapan mereka.

"Dan, para pejabat pemerintah sudah mulai memutuskan kepada siapa mereka akan berpihak." Pria di hadapan Hakim agung kembali berkata, desas desus tentang ke berpihakan beberapa Bangsawan dan pejabat istana mulai terlihat dengan jelas, beberapa bangsawan bahkan sudah berani mengumumkan kepada siapa mereka akan berpaling jika suatu ketika perang besar antara dua kerajaan terjadi.

"Selatan atau Utara?" Pejabat Li hanya menggelengakan kepala menjawab pertanyaan dari pria yang duduk di hadapan nya, fikiran nya kembali berkecamuk jika memikirkan masalah yang tengah dihadapi oleh nya.

"Dari sekian banyak pejabat, suara mereka terbagi dua, sebagian memilih untuk bergabung dengan Shen, dan sebagian lain...," Pemberontakan yang di lakukan oleh beberapa kelompok masyarakat mulai meluas seiring ketegangan yang terus berlanjut di dalam istana.

"Memilih bergabung dengan Qi." Beberapa bangsawan yang dahulu sangat setia pada kerajaan mulai membangkang, dengan dukungan kekuatan besar di belakang mereka, para pejabat yang telah memutuskan pada siapa mereka akan berpihak mulai melayangkan ancaman pada pihak istana.

"Yang aku takut kan, akan terjadi pertumpahan darah diantara kita...," bahkan beberapa bangsawan sempat bertikai hingga melakukan satu pertempuran yang dapat di redam oleh pasukan istana.

"Kita tidak memiliki pemimpin, Kakak." Ujar Hakim lao, ke khawatiran nya yang selalu menjadi beban dalam benaknya mulai berani untuk di ungkapkan, pejabat li hanya terdiam, mendengarkan seluruh ucapan pria di hadapan nya.

"Tuan Lao, kau menemuiku tadi pagi, untuk membahas sebuah rencana gila...," Hakim lao hanya tersenyum mendengar pertanyaan sahabat nya, pertanyaan seperti inilah yang telah di tunggu oleh nya semenjak sang pejabat melangkah memasuki kediaman nya.

"Apakah itu?" Pejabat Li menatap tajam pria yang duduk di hadapan nyax Hakim lao menghela nafas dan menyeruput sisa teh hangat yang berada dalam gelas.

"Membebaskan Sang Naga dari sarang nya."

"Sepertinya kau mabuk berat, Adik Lao." Ujar pejabat Liu, Hakim lao hanya tersenyum, sebuah kegilaan hanya akan menjadi sebuah kegilaan tanpa adanya satu pergerakan.

"Adik Lao, pernahkah kau, dalam hidupmu, sekali saja, melihat peri atau hantu yang berjalan pelan di malam hari?" Tanya pejabat Liu, Hakim lao yang sangat mengerti sifat saudara angkat nya kembali tersenyum melihat sikap nya.

"Diantara keramaian? Atau ketika kau sedang sendirian?" Sang Hakim kembali menuangkan teh ke dalam cangkir yang hampir tandas, sementara pria di hadapan nya menatap ke arah nya dengan pandangan serius.

"Hanya ada perasaan, rasa takut dari sebuah prasangka...," sang Hakim meraih gelas kosong di hadapan Pejabat liu dan mulai menuangkan teh hangat untuk nya.

"Dalam taman istana hanya ada beberapa ekor binatang dan tanaman rambat, dan....," ujar pejabat liu, Sang Hakim hanya tertawa kecil mendengar perkataan pria di hadapan nya.

"Tidak ada yang nama nya Pangeran Naga atau keluarga kerajaan mendiang kaisar yang di sekap atau di tahan selama puluhan tahun di tempat itu." Hakim lao kembali teringat kejadian beberapa bulan kemarin ketika seorang kasim meminta nya untuk menemui seseorang dalam istana terlarang.

"Semua itu hanya isu tanpa dasar. Tuan Lao." Sang pejabat istana kembali berkata, namun di balik seluruh perkataan yang telah di ucapkan oleh nya sedikit rasa penasaran mulai menggelitik benak sang pejabat.

Satu kebenaran akan dapat terungkap jika memiliki bukti yang jelas, begitulah kata kata yang selalu di ucapkan oleh sang Hakim agung kerajaan ketika hendak menilai suatu permasalahan dalam ruangan persidangan, Kini dalam benak sang pejabat mulai terbersit satu keinginan. Keinginan yang berbahaya dan akan mengancam nyawa seluruh keluarga nya jika di lakukan secara serampangan, satu aksi yang kini harus di lakukan oleh nya.

Dalam benak sang pejabat hanya ada satu keinginan, menemukan lokasi taman teratai, taman surgawi di balik tembok tebal istana, taman nirwana tempat sang Kaisar palsu dan para pengkhianat menyekap putra mahkota yang di kabarkan telah meninggal beberapa waktu yang lalu, diri nya harus dapat menemukan tempat peristirahatan sang Naga, penerus sah Kerajaan Luo, pemilik Tahta asli di balik singgasana.

Serigala selatan - Kiwami Escalations.

Serigala SelatanWhere stories live. Discover now