Pejabat Liu dan Kasim Yam.
Serigala selatan - Kiwami Escalations.

"Teratai Pudar! Baju tengkorak! Ikat kepala baja! Celana bekas! Dan masih banyak komplotan yang bermunculan akhir akhir ini!" Ujar seorang kepala pasukan, beberapa prajurit hanya dapat menunduk kan kepala mereka ketika menyadari bahwa salah satu petinggi pasukan khusus mendatangi pos jaga mereka.

"Ma-maaf kan kami, Tuan, tetapi...," Salah satu prajurit yang berdiri di barisan paling depan memberanikan diri untuk berkata, Kepala Pasukan nampak menatap tajam ke arah sang prajurit yang semakin menunduk kan kepala.

"Ada yang ingin kau sampaikan? Prajurit?" Tanya Kepala Pasukan, sang prajurit kembali menunduk kan wajah dan mengambil satu langkah mundur.

"Aku tahu! Aku mengerti perasaan kalian, kalian butuh bantuan pasukan, kini hanya tinggal kita yang tersisa untuk mengamankan kota raja." Seluruh pasukan hanya dapat terdiam menunduk kan wajah di hadapan Kepala pasukan yang tengah meluapkan emosi nya.

"Minim nya jumlah anggota pasukan keamanan bukan alasan kalian melalaikan tugas." Kembali teringat kejadian semalam ketika beberapa pria bertopeng memasuki wilayah istana terlarang dan menerobos masuk ke salah satu kediaman pejabat istana.

"Jika saja kalian tidak meninggalkan tanggung jawab, kejadian semalam tidak harus terjadi." Seru sang Kepala pasukan, suasana di depan tempat penjagaan mulai nampak ramai oleh masyarakat yang mulai berjalan hilir mudik.

"Beberapa pria bertopeng memasuki kediaman pejabat Wen dan kalian tahu, apa yang di katakan ketua padaku?" Ekspresi kemarahan masih terlihat jelas di wajah sang kepala keamanan ketika mengingat kejadian tadi pagi, sewaktu salah seorang pejabat tinggi menegur nya.

"Maaf, Tuan, tetapi menurut kabar yang di dapat, mereka bukan mengincar pejabat wen...," mata sang kepala keamanan nampak melihat ke arah salah satu prajurit yang berbaris di bagian paling belakang, sang prajurit muda mulai melangkah menuju ke arah sang Kepala pasukan keamanan.

"Mereka mengincar Kasim Yam."

*****

"Pejabat sepintar dirimu seharusnya tidak termakan isu isu tersebut... " ujar Kasim Yam, seorang pria paruh baya mengenakan pakaian kerajaan nampak duduk di sebuah kursi besar tepat di belakang meja panjang yang berisikan puluhan berkas dan perkamen milik istana.

Orang kepercayaan permaisuri tersebut menatap ke arah pejabat liu sembari tersenyum, dia mengetahui jika sang pejabat yang tengah berdiri di hadapan nya sedang di penuhi oleh keraguan, kebingungan berkecamuk dalam benak nya, sesekali mata nya menatap ke arah jendela besar di seberang tempat nya berdiri, sesekali kedua mata nya menatap lantai.

"Tetapi, Tuan Yam...," pejabat Liu kembali bertanya, Kasim Liu adalah salah satu orang kepercayaan permaisuri, pengaruhnya dalam istana sangat besar, hampir menyamai para pengambil keputusan.

"Sudah berapa tahun kau bekerja dalam istana? Sudah berapa ratus kali kau bolak balik menemui Kaisar?" Tanya sang Kasim pada pria yang berdiri di hadapan nya, pejabat liu hanya terdiam mendengar pertanyaan tersebut, dia tidak menyangka jika sang Kasim yang berada di hadapan nya akan bereaksi seperti sekarang.

Pria paruh baya di hadapan pejabat liu nampak tidak menyukai apa yang disampaikan oleh nya, Sang Kasim sudah menganggap sang pejabat bagai anak nya sendiri, seluruh yang di kerjakan oleh sang pejabat tidak luput dari bimbingan nya.

"Ratusan kali kau sudah melewati gerbang depan istana, melangkah melewati lorong panjang dalam istana untuk menuju ke arah singgasana....," Sang Kasim berdiri dari tempat duduk nya dan melangkah pelan ke arah lemari yang berisikan ratusan arsip kerajaan, lengan nya mengambil salah satu gulungan yang berada di tingkap ke dua lemari tersebut.

"Untuk menemui kaisar." Pria paruh baya di depan lemari tempat penyimpanan arsip membuka gulungan kertas di tangan nya, satu gambaran besar yang menampilkan satu citra lokasi istana terlarang mulai nampak di hadapan mereka.

"Dan, apa yang kau lihat?" Kasim Yam tersenyum ke arah sang pejabat sembari mencoba menunjuk kan seluruh gambaran lokasi istana terlarang yang kini terpampang jelas di hadapan mereka.

"Tidak ada."

"Tidak ada apapun dalam Taman Teratai, Tuan Liu...," Sang Kasim menggulung kembali hamparan kertas yang menampilkan citra istana terlarang, beberapa bangunan besar nampak jelas tergambar di atas kertas yang mulai terlipat.

"Jadi, hentikan seluruh khayalan mu dan cobalah konsentrasi kan seluruh fikiran mu untuk memikirkan masalah ini." Sang Kasim yang menjabat sebagai penasihat pribadi sang permaisuri kembali meletak kan gulungan kertas di salah satu tingkap lemari arsip kerajaan, pejabat liu hanya terdiam, dalam benaknya kembali berkecamuk seluruh fikiran, apa yang kini harus dia percayai? Seorang sahabat seperti Hakim Lao? Atau seseorang yang telah menganggap nya sebagai anak kandung nya?

"Sebentar lagi, hanya dalam hitungan Jari, Luo akan terlibat pertempuran...," Sang Penasihat kembali melangkah ke arah tempat duduk nya dan kembali meneruskan pekerjaan nya, Beberapa berkas istana kembali di raih oleh sang pria paruh baya, kedua mata nya dengan teliti memeriksa seluruh isi dari beberapa surat penting milik kerajaan.

"Kita terjebak pertempuran antara dua kerajaan, dan kita terjebak di tengah nya." Sang Kasim hanya menggelengkan kepala, menyadari posisi mereka yang kini tengah terjepit diantara dua ketegangan yang tengah melanda dua kekuatan besar yang menghimpit Luo.

"Kerajaan butuh ide luar biasa dari seorang Liu kang fu, bukan Khayalan tentang Long Taizi dan keluarga nya yang berada dalam taman teratai." Ujar Sang penasihat kembali berkata, Pejabat Liu hanya mendengarkan apa yang di katakan oleh sang penasihat namun, saat ini, satu keyakinan dalam hati nya mulai tumbuh, dia mulai mempercayai perkataan sahabatnya.

Dan pada saat itu, aku mulai mengetahui bahwa Kasim Yam berbohong, seluruh Luo tidak pernah memanggil sang pangeran dengan sebutan Long Taizi.

Aku mulai mempercayai Saudara Lao dan sembilan benua, kini aku yakin, satu satu nya cara untuk dapat mengembalikan keadaan Luo seperti semula hanya dengan membebaskan penerus tahta Naga, Long Taizi.

Liu kang Fung - Filsuf istana
Serigala Selatan - Kiwami Escalations.

Serigala SelatanWhere stories live. Discover now