Hakim dan Istana Terlarang
Serigala Selatan - Kiwami Escalations.

Telapak dan Tinju mulai bergerak, aliran Qi kembali berhembus, menggapai sekuntum teratai di tengah danau, diantara riak dan percikan air yang mulai bergerak, dua pasang langkah kaki menapak di permukaan, sesekali rambut hitam bergerak pelan menyapu seraut wajah, satu senyuman menanti serangan di bawah bayangan pedang Naga.

Tahta istana milik penguasa, singgasana darah dalam genggaman, harta berharga tersimpan rapi dalam ruangan, delapan penjuru melepaskan ikatan.

Sejenak menatap langit yang mulai merona, gema senja berdesir diatara dedaunan, kayu kering yang menjadi bara diantara kehangatan api unggun, bergerak pelan menggugurkan daun teratai.

Hembuskan nafas terakhir, lembali menatap angkasa, senyuman dewata menatap daratan, sepasang restu dari dua senjata berikan hormat sesaat sebelum sang serigala mulai berdiri dan kembali berlari.

"Jadi, akulah Hakim termuda yang di tunjuk Kerajaan, menggantikan posisi ayah...," Pejabat Liu hanya terdiam mendengarkan seluruh perkataan sang Hakim, kekesalan pada saudara angkat nya terlihat jelas di wajah nya, bagaimana mungkin seorang Hakim agung kerajaan berani mempertaruhkan jabatan nya hanya untuk membebaskan dua pria yang baru saja di kenal oleh nya dari dalam penjara.

"Dan, Hakim agung kerajaan mencoba untuk membebaskan tahanan istana? Secara tidak langsung, kau merencakan sebuah pengkhianatan pada negara dan istana...," emosi sang pendekar mulai meluap, sejenak dirinya menatap ke ujung ruangan dan kembali menegak arak dalam genggaman nya.

"Hanya pengkhianatan pada Kaisar Palsu, Tuan Sembilan Benua, ingat itu...," ujar Hakim Lao sembari berlalu dari tempat duduk nya, secangkir teh hangat yang baru saja matang nampak tersaji di hadapan mereka.

"Tujuan awal kita hanya satu, mengembalikan tahta pada pemilik sah nya." Kembali Hakim Lao berkata, pandangan mata nya menatap tajam ke arah berkas yang terbuka di atas meja panjang ruangan tersebut, gambaran denah ruangan rahasia istana terlarang nampak jelas terpampang di hadapan nya.

"Long Taizi."

"Dan, apa yang harus kami lakukan setelah long taizi bebas dari tahanan?" Seteguk arak kembali ditelan oleh sang pendekar, hangatnya cairan bening kembali menuruni tenggorokan, rasa hangat yang di timbulkan kembali terasa saat cairan tersebut bergerak pelan menuruni keronhkongan sang pendekar.

"Berkuda ke selatan, kalian akan menemui seorang sahabat...," Ujar hakim Lao, pandangan mata nya menatap tajam ke arah peta yang berada di hadapan nya, satu ruangan di balik singgasana kembali menjadi perhatian nya.

"Selatan, tempat ketegangan tengah terjadi, Qin mulai menyatukan kekuatan di daerah selatan...," ujar Hakim Lao, seraut senyuman nampak di wajah hakim termuda istana tersebut, Sembilan Benua hanya terdiam, kedua matanya kembali melihat angkasa dari balik jendela besar yang berada di hadapan nya.

"Jadi setelah kami mempertaruhkan leher kami, kita harus berkuda tepat ke arah jantung dari pasukan kerajaan Qin? Hebat." Seorang pemuda yang berada di ujung ruangan mulai berkata.

"Kita dihadapkan dua pilihan, Tuan Sembilan Benua, di pancung oleh kerajaan Luo atau bergerak ke selatan?" Sesaat Hakim lao menatap ke arah sang pemuda yang berada tidak jauh dari tempatnya dan kembali melihat ke arah sembilan benua.

"Dan jika semua rencanamu gagal, aku akan membeberkan semuanya, dan membiarkan kalian berdua membusuk dalam penjara." Ujar sembilan benua, guci berisi arak terakhir di hadapan nya nampak terangkat dan bergerak mendekati cangkir kecil yang berada di hadapan nya.

"Ah, Tuan yang terhormat, aku akan mengatakan pada mereka semua, jika seluruh rencana ini adalah ide dari mu." Ujar Hakim Lao, pejabat liu hanya tersenyum mendengarnya.

"Aku hanya akan mendapatkan hukuman karena menjadi kaki tangan mu, Tuan Sembilan Benua." Ujar sang hakim kembali berkata, pandangan mata pria tersebut terlihat bergeser ke arah ruangan ujung istana.

"Diam kau, bocah." Ujar sembilan benua sembari menatap ke arah pemuda yang duduk di ujung ruangan, Dragon wong berusaha menahan tawa nya agar tidak meledak.

"Arak terakhir sebelum bekerja, cukup untuk menghangatkan tubuh melawan udara dingin." Tegukan terakhir cairan beniny kembali di telan oleh nya, sang pendekar mulai bangkit dari tempat duduknya dan melangkah pelan menuju ke arah pintu besar yang mengarah ke taman.

"Dan ingat, kali ini kau hanya seorang diri, jadi tunggulah tanda dari kami...," ujar Hakim lao, pejabat liu masih tidak percaya atas apa yang akan di lakukan oleh saudara angkatnya, malam ini, sang hakim mengumpulkan seluruh pendekar daru delapan penjuru mata angin untuk menerobos pertahanan istana.

"Tugasmu hanya menemani long taizi, dan jangan melakukan apapun yang membuat prajurit istana bergerak mendekati taman teratai." Ujar sang Hakim, kedua mata nya masih menatap tajam ke arah peta istana, mencoba menganalisa seluruh pergerakan yang di rancang oleh nya.

"Dan, sekelompok pendekar terbaik dari delapan penjuru angin, berkumpul di tempat ini." Ujar sang pendekar, sebilah pedang panjang yang berada di atas meja panjang mulai di raih oleh nya.

"Merencakan aksi bunuh diri, dengan cara mendobrak pertahanan istana...," Sembilan Benua menatap ke arah seluruh pria yang berada di ruangan tersebut, Pedang milik nya mulai di sandang di pundak sang pendekar.

"Dan membebaskan tahanan yang paling di takuti oleh Kaisar palsu...," Pejabat liu hanya tersenyum mendengar perkataan dari seorang pria yang berdiri tidak jauh dari nya.

"Penerus Tahta Luo." Ujar sang pendekar sembari melangkah pelan ke arah taman.

"Kita semua orang dungu." Ujar sang pendekar kembali, pria tersebut nampak menggelengkan kepala sembari menatap ke arah Hakim Lao.

"Sekelompok manusia dungu yang mau mendengarkan rencana gila hakim agung kerajaan." Dragon wong hanya melirik ke arah sang pendekar, dalam benak sang pemuda hanya ada satu keinginan, suatu saat diri nya ingin menjajal kemampuan sang pendekar legendaris yang kini tengah berada di hadapan nya.

"Begitulah, dan hanya seekor serigala yang mau melakukan apa saja untuk membuat sebuah perubahan." Kembali Hakim Lao berkata, peta yang berada di hadapan nya mulai terlipat rapi, seluruh rencana mulai di jalankan tidak ada jalan untuk kembali.

"Beberapa ekor serigala, sekumpulan binatang buas dari luar tembok istana...," Seluruh rencana yang sudah di fikirkan matang matang olehnya selama bertahun tahun malam ini harus di jalankan, dalam benak hakim agung hanya terdapat satu harapan.

Malam ini, seluruh pendekar harus berhasil menerobos pertahanan istana dan membebasan pangeran naga, membawa nya ke selatan dan lolos dari kejaran pasukan kerajaan.

"Serigala Selatan."

"Tidak bisakah kita memakai nama panggilan lain? Seperti Elang barat atau ular utara?" Ujar Dragon wong, sang pemuda mulai melangkah ke arah tepi ruangan, pedang panjang milik nya kembali di raih oleh nya.

"Suatu hari nanti, Tuan Wong, kau boleh menggunakan nama nama tersebut jika...," Ujar Hakim Lao sembari tersenyum.

"Kau bersedia mendobrak pertahanan istana, melawan ribuan prajurit kerajaan, membebaskan seekor naga penerus tahta kerajaan, dan mencoba menggulingkan kekuasaan palsu bersama beberapa serigala dari selatan."

"Apa sebenarnya yang sedang kau coba lakukan? Tuan Lao?" Pejabat Liu mulai berkata, masih terdapat keraguan dalam diri pria tersebut untuk menjalankan misi bunuh diri yang sesaat lagi akan mereka lakukan

"Mencoba membuat sejarah, Tuan Yan." Kembali Hakim lao berkata sembari tersenyum ke arah dua pendekar yang mulai melangkahkan kaki ke arah pintu besar di seberang taman.

"Dan, kitab sejarah akan mengingat kita sebagai sekumpulan orang bodoh yang pernah mencoba menerobos pertahanan istana, sekumpulan manusia dungu yang mencoba membebaskan seorang pangeran penerus tahta luo yang di sekap dalam taman istana selama bertahun tahun?"

"Dan membawa pangeran kabur tepat ke jantung pertahanan lawan di selatan."

"Itu maksudku, Tuan Yan." Ujar Hakim lao

"Tinta emas akan mengukir seluruh kisah konyol ini dalam buku sejarah, Tuan lao." Sembilan benuah hanya menghela nafas dan meraih gagang pintu besar di hadapan nya.

"Ke dunguan yang akan jadi legenda."

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : May 06, 2022 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

Serigala SelatanOù les histoires vivent. Découvrez maintenant