4 : Pendekatan atau penyesalan?

12 5 5
                                    

Tidak ada hal yang menarik kecuali dirimu.

Aku seakan dicuri oleh tatapanmu.

Mengunci diriku dalam ruang paling pribadimu.

Setiap hari aku seolah mencari-cari alasan dibalik telepon genggamku, menghubunginya perihal pelajaran, padahal diri ini tak terima dengan waktu yang memisahkan

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Setiap hari aku seolah mencari-cari alasan dibalik telepon genggamku, menghubunginya perihal pelajaran, padahal diri ini tak terima dengan waktu yang memisahkan.

Jam 12.30 WIB sekolah berakhir, aku terkadang mengutuk waktu yang berlalu dengan cepat, bukan untuk menambah pelajaran tapi karena menyesali pertemuan, pertemuan dengan dirinya yang begitu terasa singkat.

Seperti biasa aku berjalan menuju ke rumah, dan dengan hati-hati memperhatikannya menaiki angkutan umum yang terlihat usang, angkutan umum berwarna hijau dengan pengemudinya yang tak lelah meneriakkan arah tujuan.

Selama berjalan dari sekolah ke rumah yang kira-kira jaraknya sekitar 15 menit perjalanan, terkadang aku berkhayal dapat berjalan berdampingan dengannya sembari membicarakan hal-hal yang kian meresahkan, membicarakan tentang kehancuran dunia, membicarakan tentang kurikulum sekolah, membicarakan kesukaan, dan aku juga berkhayal dapat membicarakan perasaan.

Segitu sampainya di rumah, aku biarkan diri ini menyamankan badan di kasur, melepas lelah dan penat setelah hampir 5 jam di sekolah. Tanpa melepas pakaian putih biru aku berbaring dan mengambil ponselku untuk mengecek pesan di kotak masuk, mengharapkan seseorang menghubungiku telah sampai di rumah dengan selamat.

Tidak ada pesan masuk, lantas aku taruh ponselku kembali ke bawah bantal, lalu tak lama mamaku pulang setelah berjuang di luar untuk memenuhi kebutuhanku dan dengan bebas suaranya yang begitu nyaring mengejutkan diriku yang perlahan ingin terlelap.

"Ya Allah, kalau sudah pulang itu dilepas dulu bajunya, besok kan mau di pakai lagi, kenapa bandel banget sih dibilangin."

Aku langsung berbenah diri, mengganti seragamku yang telah lusuh dan bau akibat keringat dengan pakaian rumahku yang tak bagus-bagus amat, setelah itu berniat melanjutkan aktivitasku yang sempat tertunda. Belum kepala menempel di bantal, mamaku sudah berteriak lagi menyuruhku untuk bersih-bersih rumah, ya begitulah kehidupan anak perempuan jika di rumah, tak jauh dari sapu, piring, baju dan lain sebagainya. Sebagai anak perempuan pertama, jelas aku pasti melakukannya, selain bukti bakti kepada orang tua, hal ini juga akan membuatku belajar jika nanti jauh dari orang tua.

Setelah merapikan yang harus dirapikan, aku bergegas ke kamar, berniat merebahkan diri sejenak, menikmati siang dengan melepas penat. Belum juga aku terlelap ponselku berdering dan cukup mengagetkanku karena posisinya tepat di samping telingaku.

Ternyata ada satu pesan masuk, ah nada pesan saja suaranya nyaring sekali, begitulah ponsel jadulku dengan segala keunikannya.

"Na, jadi kerja kelompok enggak?"

Wijaya KusumaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora