Bab 6: Studio Rekaman

18 3 0
                                    

"Oh! Kau akan membersihkannya?" tanya seorang staf laki-laki yang baru saja keluar dari studio rekaman.

Sooha yang berdiri di depan pintu--berniat untuk masuk--mundur beberapa langkah karena terkejut.

"Iya," jawab Sooha sembari menengok ke monitor yang tertempel di dinding samping pintu untuk melihat jadwal studio hari ini.

"Ah, mereka memajukan jadwal rekamannya. Pagi tadi baru dikonfirmasi.  Akan selesai sebentar lagi, tunggu saja di sini," jelas staf itu paham apa yang dipikirkan Sooha. Setelahnya staf itu langsung pergi begitu saja.

"Kenapa mereka suka sekali mengganti jadwal ruangan," monolognya.

Tak berapa lama kemudian, satu per satu staf, produser dan CEO perusahaan keluar dari studio, membuat Sooha spontan menunduk sopan ke arah mereka.

Setelah dipastikannya tidak ada lagi yang keluar, dia bersiap untuk masuk. Namun, langkahnya terhenti untuk melihat sekali lagi monitor jadwal.

Di jadwal, seharusnya BTS rekaman besok, dan jadwal ruangan dimajukan menjadi hari ini. Secara otomatis, yang tadi memakai ruangan ini adalah ke tujuh bintang dunia itu.

"Masih ada makhluk hidup di dalam," batin Sooha. Dia bersiap pergi, berusaha sebisa mungkin menghindari seseorang yang berpotensi merusak harinya yang sudah rusak.

Klek!

Belum sempat kakinya berhasil memutar tubuh, pintu terbuka dari dalam menampilkan Jimin yang terpaku menatapnya.

"Taehyung-ah! Takdirmu ... ada di hadapanku sekarang." Jimin berujar dengan membalikkan badannya ke dalam.

Sooha memejamkan matanya, lelah. Gadis itu menghela napas panjang dan mengembuskannya, sebisa mungkin mengontrol emosinya. Hari-harinya benar-benar melelahkan dan bertemu dengan laki-laki itu tidak membantu sama sekali.

"Hari ini jadwal kau membersihkan studio?" tanya Taehyung yang entah sejak kapan sudah bersandar pada punggung Jimin.

"Iya. Kalian sudah selesai?"

"Sudah. Masuklah."

"Ini benar-benar takdir," Yoongi buka suara sebelum Sooha melangkahkan kakinya masuk.

"Anyeonghaseo," sapanya pada member BTS, lalu langsung menuju ke sudut ruangan untuk mulai membersihkannya.

"Hyung bilang akan ke kamar mandi," bisik Jungkook pada Jimin yang kembali mendudukkan dirinya di sofa.

"Pertunjukan ini lebih menyenangkan."

"Satu, dua, tiga ...," hitung Sooha dalam hati.

"Bagaimana? Kau bilang mau jadi pacarku jika kita bertemu lagi." Suara Taehyung langsung terdengar menusuk, mengganggu gendang telinga Sooha.

"Oohhh ... Kim Taehyung!" sorak para penonton setia kisah mereka.

"Tidak ada yang bilang begitu." Sooha menjawab tanpa menghentikan kegiatannya membersihkan meja di pojok ruangan.

"Kau yang bilang padaku. Kau mau jadi pacarku jika kita bertemu lagi."

"Kalimatku tidak seperti itu."

"Aku tidak peduli, intinya sama. Jadi ... kita sekarang berpacaran."

Sooha berbalik untuk melihat wajah Taehyung yang ternyata berdiri di belakangnya sedari tadi.

"Rumah? Aku sudah pernah membawamu ke sana. Pekerjaan? Aku akan mencarikannya. Apakah tim kita butuh perias baru?" tanyanya sembari membalikkan badan ke arah member BTS.

"Kau bisa menjadi MUA pribadiku. Bagaimana? Ah! Untuk tawaran terakhirmu ... aku tidak masalah jika kau juga tidak masalah. Bagaimana?"

"Apa tawaran terakhirnya?" tanya Namjoon berusaha mengingat-ingat pembicaraan mereka di ruang latihan beberapa waktu yang lalu.

Sooha menatap jengah wajah konyol nan bodoh Taehyung yang menampilkan senyuman cerah. Itu senyum paling manis yang pernah dilihat Sooha seumur hidupnya.

Gadis itu mengulurkan tangan kanannya, mengelus kepala Taehyung perlahan hingga turun ke pipi chubby nan menggemaskan lelaki itu.

Bisa bayangkan bagaimana reaksi penonton?

Dia lalu perlahan mendekat, mengikis jarak di antara keduanya. Dapat Sooha dengar deru napas Taehyung yang tercekat. Laki-laki itu menelan ludah gusar dengan mata yang mengerjap berkali-kali karena terkejut.

Sooha mendekatkan bibirnya pada telinga Taehyung dan membisikkan sesuatu di sana.

"Pergilah! Bgst!" bisiknya dengan suara pelan dan penuh penekanan.

Taehyung menggeram di tempatnya. Harga dirinya benar-benar terluka. Tapi, jujur, di mataku dia terlihat imut, seperti anak kecil yang mainannya diambil paksa oleh kakak yang jail.

Member BTS bersorak riang di belakang tanpa tahu apa yang dikatakan Sooha pada teman mereka.

"Kau mengumpatiku?!" pekik Taehyung kesal. Walaupun kesal, dia tidak bisa benar-benar marah pada gadis itu.

"Oh?" Penonton yang tadinya bersemangat terdiam seketika mendengar pertanyaan Taehyung.

"Iya."

"Kenapa~?" rengeknya. "Kau yang mengajakku berpacaran hari itu. Kau bilang aku harus menjawabnya saat takdir membawa kita bertemu. Kau malah mengusirku sekarang."

"Tuan, bisa tolong jangan ganggu aku?"

"Tidak bisa. Aku akan selalu mengganggumu sampai kau mau menerimanya."

"Aku tidak akan menerimanya."

"Kau yakin?" tanya Taehyung meledek.

Sooha tidak menjawab, dia hanya memandang lekat manik mata Taehyung.

"Kenapa~?" rengek Taehyung lagi. Dia kalah dari perempuan ini, padahal Sooha hanya diam dan menatapnya.

"Kim Taehyung benar-benar," hardik Seokjin dari tempatnya karena merasa Taehyung jadi melemah di depan seorang gadis.

"Tidak tertarik."

"Kau sudah menawariku hari itu, jadi kau tertarik."

"Aku tidak tertarik padamu."

"Lalu apa? Uang?! Kau butuh uang kan? Untuk membayar si berengsek itu. Aku akan memberikannya. Berapa banyak yang dimintanya supaya dia berhenti mengganggumu?"

"Jangan sok peduli! Jangan bersikap seolah-olah paling tau. Kau memuakkan!" ujarnya tiba-tiba terbawa emosi lalu pergi begitu saja.

"Aku akan kembali setelah kalian selesai," ucapnya lagi.

"Aku tidak akan berhenti!! Mari kita lihat siapa yang menyerah pada akhirnya!"

Sooha mendengar kalimat itu dengan jelas, dan dia memutuskan mengabaikannya. Jika saja ...

Jika saja Taehyung datang lebih cepat, jika saja dia datang enam tahun yang lalu, Sooha mungkin akan menerimanya. Saat itu dia benar-benar membutuhkan seseorang sebagai tempat bersandar. Sekarang, hatinya sudah mati rasa, dia sudah lelah.

"Sudahlah Kim Taehyung. Kurasa kau benar-benar membuat hidupnya tambah sulit," komentar Yoongi begitu pintu tertutup.

"Berengsek mana yang kalian bicarakan?" tanya Hoseok penasaran.


🍁 Bersambung 🍁


a/n:
Hai! Terima kasih sudah membaca bab ini. Jika kamu berkenan, bisa tinggalkan komentar dan votenya sebagai bentuk apresiasi bagi author. Terima kasih dan sampai jumpa ♡

✔️ IDOL SERIES: KTH || Tn. TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang