Bab 8: Rumah

14 2 0
                                    

Taehyung memarkirkan mobilnya tepat di seberang minimarket tempat dia makan ramen hari itu. Dia menunggu Sooha yang biasanya selalu singgah setiap pulang bekerja.

"Kau selalu makan ramen di sini," monolognya saat perempuan yang ditunggunya terlihat memasuki toko.

"Makanlah makanan yang layak. Nanti kau sakit," sambungnya lagi dengan masih terus melihat ke arah toko.

"Oh? Tidak makan?" tanya Taehyung saat melihat Sooha keluar setelah beberapa saat.

"Ada apa?"

Drrt ... Drrt ....

Getar ponsel di saku celana Taehyung menghentikan kakinya yang bersiap menginjak pedal gas.

"Halo ...."

(...)

"Sooyeon-ah ada apa?"

(...)

"Ya! Ada apa?! Tunggu di sana. Kau sudah mengunci pintu kan? Bersembunyi di kamarmu atau di lemari."

(...)

Taehyung melihat ke jalan mencari keberadaan Sooha yang sudah tidak terlihat lagi.

"Aku matikan dulu. Nanti telepon aku lagi."

Taehyung meletakkan ponselnya di dasbor mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah Sooha.

Matanya menangkap Sooha yang berlari tergesa-gesa menuju rumahnya. Dia lalu dengan buru-buru menghentikan mobil dan turun untuk mengejar gadis itu.

Sooha berbalik saat merasa tangannya ditarik seseorang. "Apa yang kau lakukan?!" pekiknya.

"Tunggu di sini."

"Kau gila?! Lepaskan aku!"

"Jangan berteriak atau dia akan mendengarnya."

Dor ... dor ....

Suara pintu yang digedor terdengar jelas di telinga keduanya yang berdiri di depan pagar.

"Lepaskan!" Sooha berusaha menepis tangan Taehyung hingga tidak sengaja menjatuhkan sebuah pisau dari kantong jaketnya.

Keduanya menunduk melihat benda itu. Sooha yang terlebih dahulu mengembalikan kesadarannya, buru-buru mengambil pisau itu.

"Pergilah. Aku bisa mengurusnya."

"Sooha-ssi ... tidak boleh."

Taehyung menatap lekat manik mata Sooha. Tatapannya penuh kehangatan berharap gadis itu dapat menjernihkan pikirannya.

"Pergilah! Ini bukan urusanmu."

"Berikan itu padaku."

"Aku akan membunuhnya. Aku sudah mengatakannya padamu hari itu."

"Baiklah. Biar aku saja."

"Kau gila! Pergi dari sini."

Taehyung menebas tangan Sooha hingga pisau itu terhempas sejauh beberapa meter dari tempat mereka berdiri.

"Dengar. Kita tidak punya waktu untuk berdebat di sini. Atau, si berengsek itu benar-benar berhasil mendobrak pintu.

"Aku akan mengalihkan perhatiannya. Masuklah dan langsung kunci pintu begitu dia fokus padaku."

Taehyung menarik Sooha masuk dan berteriak dengan lantang, membuat aktivitas pria paruh baya yang berdiri di depan pintu rumah itu terhenti.

"YAA!"

Pria itu berbalik dengan sempoyongan. "Wah! Lihatlah siapa ini? Halo, bidadari pertamaku. Siapa itu? Kau mau memamerkan pacarmu padaku?!"

"Kurasa dia mabuk," bisik Sooha karena lelaki itu berjalan lunglai ke arahnya.

Taehyung menarik Sooha untuk bersembunyi di belakang tubuhnya.

"Ahjussi, apa yang kau lakukan?"

"Siapa kau? Kenapa kau memegang tangan gadisku?!"

"Siapa yang kau sebut gadismu? Dia gadisku!"

"Apa?!"

"Ahjussi!"

"Sooha-ya ke marilah." Lelaki itu mengibaskan tangannya berusaha meraih Sooha.

Taehyung membuat dirinya berpindah tempat dengan lelaki itu, dengan Sooha yang masih setia di belakangnya.

Sekarang posisi sudah berbalik, Sooha berada lebih dekat ke pintu.

"Aish!" Lelaki itu berusaha melemparkan satu tinju pada Taehyung yang berhasil dihindarinya.

"Masuklah!" Taehyung melepaskan Sooha dan mendorongnya pelan untuk masuk ke dalam rumah, dan seperti kata Taehyung tadi dia menguncinya dari dalam.

Dia tidak begitu yakin apakah Taehyung bisa melawan ayah tirinya yang gila itu. Tapi, pikirannya lebih dulu berfokus untuk menemukan adiknya yang tadi menelepon sambil menangis.

"Sooyeon-ah! Sooyeon-ah! Ini Eonnie! Kau di mana?"

"Eonnie?" Sooyeon keluar dari dalam lemari di kamarnya dengan berderai air mata dan tubuh yang penuh keringat.

"Tidak apa-apa. Eonnie di sini." Sooha mendekap tubuh sang adik yang gemetar karena menangis dan ketakutan.

"Aku takut ...."

"Tidak apa-apa. Semuanya baik-baik saja." Dia mengelus punggung Sooyeon pelan demi membuat gadis itu tenang.

"ARGH!!" Suara Taehyung yang berteriak dari luar membuat Sooha spontan melepaskan pelukannya.

"Tunggu di sini sebentar. Ya?"

"Mau ke mana?"

"Si bodoh Taehyung itu ada di luar. Tunggu di sini."

Sooha berlari ke dapur, mencari sesuatu yang dapat dijadikannya senjata. Dan pilihannya jatuh pada penggorengan yang terletak di atas kompor.

Dia membuka pintu rumah pelan-pelan, menodongkan penggorengan itu seperti memegang tongkat baseball.

"Taehyung-ssi!"

Sooha terdiam begitu matanya menatap halaman rumahnya. Kosong. Tidak ada siapa pun di sana.

"Taehyung-ssi!! Taehyung-ssi? Ya! Kim Taehyung!! Jangan bercanda!!"

"Di mana dia?" gumamnya.

Sooha lalu memberanikan diri keluar halaman untuk memastikan keadaannya.

Dan, sama saja. Tidak ada siapa pun. Mobil Taehyung yang terparkir di seberang serta pisau yang tadi ada di jalan juga sudah tidak ada. Tidak tau bagaimana caranya lelaki itu mengusir ayah tirinya, Sooha memutuskan untuk memikirkannya besok. Dia masih harus memenangkan adiknya terlebih dulu.


🍁 Bersambung 🍁


a/n:
Hai! Terima kasih sudah membaca bab ini. Jika kamu berkenan, bisa tinggalkan komentar dan votenya sebagai bentuk apresiasi bagi author. Terima kasih dan  sampai jumpa ♡

✔️ IDOL SERIES: KTH || Tn. TakdirWhere stories live. Discover now