Mata Nathan menelusuri area pantai yang cukup ramai. Ada banyak petugas keamanan mengingat orang-orang penting di area ini. Ia mengenal satu dua orang di antaranya. Ada kenalan dan juga rekan bisnis keluarga Argana.
Selebihnya berisika politikus dan pejabat penting negara Brazil yang Nathan tidak kenal sama sekali. Kakinya melangkah masuk lebih dalam hingga karpet putih bertabur kelopak Mawar putih menyambutnya.
Di antara kerumunan orang ini pasti ada Lynnea karena Letícia sudah mengatakannya. Tapi Nathan belum menemukan keberadaan satupun anggota Adelard. Padahal Nathan sudah dikatakan terlambat.
Benar, dia datang ketika acara sudah berjalan selama satu jam lamanya. Seorang pelayan menghampiri Nathan dengan satu baki berisikan gelas champange. Pelayan itu tersenyum dan menawarkan gelas itu pada Nathan.
"de Ebenezer para você, senhor. (Dari Ebenezer untukmu, Tuan.)" Pelayan itu mengulang pesan yang dikirimkan melaluinya untuk Nathan.
Tangan Nathan mengambil gelas itu. "Ebenezer?" tanya Nathan berbalik.
Pelayan itu mengangguk dan tersenyum lalu menunjukkan di mana si pengirim gelas berada. Seketika Nathan tersadar. Ebenezer, nama tengah Cedric. Cedric Ebenezer Adelard.
Arah pandang Nathan jatuh pada salah satu sudut meja. Ia bisa melihat Cedric, Marsha, dan Caleb di meja itu. Anggota Adelard berada di sana namun tidak dengan Lynnea. Cedric pun tengah menatap balik Nathan dengan tatapan mengejek Nathan. Seakan tau harapan Nathan untuk melihat Lynnea pupus ketika tau tidak ada Lynnea di dekat Cedric.
"obrigada, (terimakasih,)" ujar Nathan dan berlalu dari sang pelayan.
Ia melangkah mendekati meja Cedric. Dari kejauhan Nathan bisa melihat Cedric yang tersenyum simpul padanya dan begitu mencapai meja Cedric, Nathan meletakkan gelas champangenya. Memancing perhatian Marsha, Caleb, Cedric, dan beberapa orang di sekitar itu.
"Hallo, Tuan, Nyonya penerus Adelard," canda Nathan.
Cedric langsung berdiri dan memeluk pria itu. "Ah, aku bisa merasakan kekecewaan saat memeluk tubuh ini," timpal Cedric pada Nathan.
Kode keras yang Cedric lemparkan. Kekecewaan yang ia baca di raut wajah Nathan saat menyadari tidak ada Lynnea di sana. Caleb dan Marsha tersenyum geli mendengarnya.
"Lagipula memangnya Lynnea ada di sini?" bohong Caleb yang mencoba membawanya dalam candaan.
"Aku tau dia tinggal di Rio de Janeiro bersama Jerome sudah setahun ini."
Nada berbicara Nathan sudah cukup mengatakan jika Nathan tau tentang semuanya dan anak-anak Adelard ini tidak bisa lagi mengelak. Bahkan Cedric membuang tatapannya. Berharap Nathan akan menyudahi untuk menyudutkan mereka.
"Ayolah, Cedric. Apa aku bisa menemuinya?" tanya Nathan pada Cedric.
"Apa Lynnea sudah siap untuk bertemu denganmu?"
Pertanyaan Caleb membuat Nathan terdiam. Benar juga. Untuk apa ia berkeras jika Lynnea ternyata belum siap? Bisa-bisa yang terjadi Nathan malah menambah ketakutan Lynnea.
Nathan tidak pernah melupakan bagaimana mata penuh ketakutan milik Lynnea malam itu. Saat ia menceritakan tenyang mimpi Nathan yang membunuh Lynnea serta bayi mereka. Tatapan mata yang takut dan suara yang bergetar serta keringat dingin. Lynnea jelas tidak baik-baik saja.
Sadar akan keraguan dan kekhawatiran Nathan, Marsha menatap Caleb. Tatapan Marsha seperti meminta Caleb untuk tidak bermain-main dengan topik ini. Mereka semua tau jika Lynnea sudah berhasil berdamai dengan ketakutan itu. Jangan sampai Nathan berpikir jika Lynnea masih terus hidup dalam ketakutan akan dirinya.

YOU ARE READING
The Story That Got Changed [COMPLETED]
RomanceMelanjutkan dari cerita sebelumnya, The Story That Got Twisted, di mana Lynnea Adelard memilih lari sembari membawa bayi mungilnya, Jerome Cavero Argana dari sang ayah Nathan Argana. Menceritakan kisah tentang setelah pelarian Lynnea. Kehidupannya b...