23 •Ulangan Susulan•

19 6 0
                                    

Malam itu bintang bertebaran di angkasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu bintang bertebaran di angkasa. Langit malam yang menghitam sangat indah jika dihiasi dengan gemerlapnya cahaya bintang dengan bulan. Membayangkannya saja sudah cukup membuat hati tenang.

Karin membuka jendela kamarnya. Sesekali menghirup udara malam dari luar kamarnya. Atensinya kini tertuju pada bintang di atas sana.

Dulu kala saat ayah dan ibunya masih ada, ia sering diajari tentang rasi bintang. Walaupun pada saat itu usia Karin masih bisa dibilang cukup muda. Bahkan sejak saat itu, ia menjadi sering melihat bintang ketika malam. Menunjuk-nunjuk bintang di atas sana dan menerka rasi bintang apa yang terbentuk. Sungguh, kenangan itu tidak akan menghilang begitu saja dari hatinya.

Pernah sekali Karin kecil merengek kesal karna tidak ada satu bintang pun di langit. Karna pada waktu itu mendung sedang memenuhi atmosfer dan diperkirakan akan terjadi hujan badai. Ayah dan ibunya menenangkan gadis kecil mereka itu sembari bilang kalau bintang akan segera kembali setelah hibernasinya yang sedikit lama.

Mengingat itu, membuat Karin hanya bisa tersenyum sembari menahan air matanya agar tidak terjatuh. Kalau dipikir-pikir, setiap kali ingat orang tuanya ia selalu meneteskan air mata atau bahkan menangis tersedu-sedu. Padahal secara harfiah kita tidak boleh menangisi mereka yang sudah meninggal. Mungkin saja ingatan dan kenangan itu masih saja melekat di otaknya. Apalagi karna kemampuan hebatnya itu, Karin malah semakin mudah mengingat semua kejadian di masa lalu, termasuk kejadian kelam dimana orang tuanya meninggal.

"Karin! Ayo Turun! Kita makan malam dulu ...." Mendengar Sarah memanggilnya, Karin seketika tersadar dari lamunannya. Detik berikutnya gadis itu berjalan keluar dari kamar dan menuruni tangga untuk menuju ke ruang makan.

Makan malam bersama dengan Adira dan Sarah sudah menjadi kebiasaan yang melekat setelah orang tua Karin meninggal dunia. Bahkan disaat Sarah masih sakit dan hanya bisa sedikit demi sedikit menggerakkan tubuhnya, perempuan itu masih bersikukuh untuk menyiapkan makan malam. Beruntung kini neneknya sudah sehat bugar seperti dulu kala sehingga ia tidak perlu khawatir kepada neneknya.

"Adira ... Sebelum makan berdoa dulu, Nak," seru Sarah ketika melihat Adira ingin melahap ayam goreng ditangannya. Wajah cucunya itu terlihat menggemaskan ketika ia kesal dan merengek ingin cepat makan.

Sedetik kemudian keluarga kecil itu memulai makan malamnya. Meskipun dengan menu dan juga suasana yang sederhana, namun itu dapat memberikan kesan yang bagus diantara mereka semua.

"Karin, bagaimana sekolahmu tadi?" tanya Sarah, memecah keheningan diantara mereka semua. Ditatapnya kedua cucunya yang tengah asik melahap makanan karna kelaparan, sesekali setia menunggu jawaban dari Karin.

"Biasa aja kok, Nek. Ada serunya, ada juga nggak nya."

"Kok gitu?"

Karin menelan makanannya terlebih dahulu, kemudian meminum seteguk air putih untuk melancarkan pencernaan. Sedetik kemudian ia mulai bercerita kepada neneknya. "Nggak serunya itu ketika Karin harus menahan sakit dari lambung Karin ketika jalan, ketika makan, dan lain-lain. Bahkan ini aja masih agak nyeri."

Secret 1 : The Secret Talent (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang