34 •Antara Sekarang dan Masa Lalu•

12 3 0
                                    

Matahari mulai tenggelam dan surut di ufuk barat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari mulai tenggelam dan surut di ufuk barat. Cahaya jingganya perlahan menghilang ditelan tingginya gedung-gedung kota. Karin, Leon, dan Alice mulai beres-beres untuk pulang ke rumah mereka masing-masing.

"Rin, lo sama Leon kan searah, keknya kalian pulang duluan aja nggak papa deh. Gue mau nunggu mama gue jemput dulu. Nih, sisa tadi." Alice memberikan sekotak makanan berisi sushi kepada Leon dan Karin, kemudian mengantarkan mereka berdua sampai di depan pintu cafe.

"Nggak papa nih kita pulang duluan?" tanya Karin memastikan.

"Nggak papa. Duluan aja sana." Alice mendorong kedua orang itu untuk mulai berjalan pulang. Setelah itu ia melambaikan tangan ke arah mereka berdua.

Karin masih menatap Alice yang berdiri tegak di depan pintu sembari berjalan mundur ke belakang. Tapi kemudian Leon menariknya dan memutar badannya dengan paksa. "Kalau jalan itu diliat jalannya. Jangan malah jalan mundur."

"Keknya mereka emang cocok deh buat berdua," ujar Alice dari kejauhan, menatap punggung Leon dan Karin yang terlihat serasi. Detik berikutnya ia masuk ke dalam cafe dan menunggu Indah untuk menjemputnya.

Di jalan, Karin dan Leon saling diam, belum menemukan topik bagus untuk diperbincangkan bersama. Keheningan kini masuk ke dalam diri mereka masing-masing.

Tiba-tiba kejadian di auditorium tadi terlintas di pikiran Karin. Ia ingin menanyakan dan mendapatkan jawaban sebenarnya dari lelaki disampingnya. Tapi, pikiran lainnya berkata tidak. Ia berharap Leon benar-benar tidak tahu apa-apa tentang rahasia yang ia miliki.

Suara dering ponsel tiba-tiba membuyarkan keheningan diantara mereka. Sontak, Leon segera mengambil ponsel di dalam sakunya kala ia merasa ponsel nya lah yang berbunyi.

"Halo, Ma."

Karin menghentikan langkahnya bersamaan dengan Leon. Ia menatap Leon yang tengah berbincang dengan Mamanya.

"Oke, Ma." Leon menutup panggilan. Detik berikutnya ia menatap Karin yang tengah berdiri tegak disampingnya. "Gini, Rin. Gue disuruh buat ke suatu tempat dulu sama Mama gue. Dan tempatnya beda arah sama rumah kita. Jadi—" Kalimat Leon terpotong, ragu untuk melanjutkannya.

"Gue tahu kok. Gue nggak papa pulang sendiri. Lagian keknya itu penting. Nggak papa, santai aja kali." Karin menepuk punggung Leon, mencoba membuat santai laki-laki itu.

"Beneran nggak papa?"

"Iya. Udah sana!" Karin memutar balikkan badan Leon dengan paksa lalu mendorongnya dengan keras sampai jarak mereka kini terpaut sekitar 2 meter.

"Ya udah. Hati-hati! Gue duluan!" Leon melambaikan tangannya ke arah Karin, kemudian mulai berlari menuju tempat yang dimaksud mamanya.

Sepeninggalan Leon, Karin menghela nafas berat. Sebelum ia melanjutkan perjalanannya, ia mengeratkan tas punggungnya terlebih dahulu, barulah setelah itu ia kembali berjalan di trotoar. Bersamaan dengan itu, lampu-lampu jalanan satu persatu menyala, menerangi gelapnya malam yang baru saja datang.

Secret 1 : The Secret Talent (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang