4th : Again

312 71 3
                                    

Pemuda berseragam sekolah dengan badge nama Evano Junghwan Sahasika itu menendang kerikil yang dijumpainya di sepanjang jalan.

Jangan tanya kenapa di jam pulang sekolah, ia tidak duduk manis saja di dalam mobil ber-AC yang bergerak menuju rumah. Karena sifat keras kepala membuatnya meninggalkan saudaranya yang mungkin saat ini kebingungan dan memilih berjalan kaki, di jalan yang bahkan belum familiar baginya.

"Jangan ambil uang kita om"
"Berisik bocah! Ini setoran karna kalian berani lewat daerah ini"
"Tapi om itu uang hasil kami ngamen seharian, jangan diambil om, tolong"
"Hahaha"

Junghwan menghentikan langkah saat rungunya mendengar suara anak kecil dan orang dewasa.
Netranya menangkap dua anak kecil yang menangis sambil memohon dihadapan tiga orang preman yang tertawa dengan segenggam uang ditangan.

Ia ingin melanjutkan langkah dan bersikap tidak peduli, namun bayangan ibunya yang sangat menyayangi anak kecil terlintas di benaknya.

Ck. Berdecak dan memejamkan mata sejenak sebelum melangkah cepat menuju ke arah satu preman yang terlihat ingin mendorong anak kecil yang masih mencoba berontak.

Brugh

Satu bogeman ia layangkan ke daerah ulu hati membuat preman itu terhuyung ke belakang sedangkan dua orang lainnya terkejut.
Berbalik untuk melihat seorang pemuda berseragam SMA dengan tatapan matanya yang tajam.

Keduanya sempat gemetar hanya dengan tatapan itu, namun demi melihat rekannya meringis kesakitan, tentu mereka merasa tidak terima dan mencoba menyerang Junghwan.

Junghwan yang telah siaga sejak tadi tentu bisa menangkis semua serangan yang mereka berikan. Jangan remehkan kekuatan dan skill beladirinya yang ia asah sejak kecil. Juga lantaran emosi terpendam yang kini bagai bisa tersalurkan.

Hanya dalam waktu kurang dari tiga menit ia bisa melumpuhkan semua lawannya, membuat mereka terkapar kesakitan. Melangkah mendekati orang pertama yang ia pukul, dan merebut kembali uang yang berada dalam genggaman.

Mendekati anak kecil yang masih tertunduk, Junghwan menyodorkan tangannya, "Ini uangnya, lain kali hati-hati"

"Terimakasih banyak kak. Kalau kakak tidak menolong kami, pasti kami akan pulang tanpa uang lagi"

Junghwan kali ini sedikit menarik sudut bibirnya, "Sama-sama"

Tangannya bergerak mengusak rambut mereka pelan lalu hendak berdiri sebelum salah satu anak berteriak, "Kak awas!!"

Tak sempat menghindar, Junghwan bisa merasakan hantaman benda keras di bahu kirinya "Shh, kalian pergi sekarang! Jangan lewat daerah ini lagi dan hati-hati"

Merasa ketakutan kedua anak kecil itu berlari menjauh. Junghwan segera membalikkan badan, menatap ketiga preman tadi yang kini sudah berdiri tegak dengan balok kayu di tangan masing-masing.

Sebenarnya tidak, karena beberapa detik kemudian Junghwan bisa melihat sekitar lima orang berbadan besar, rekan si preman yang menghampiri mereka.

"Hah, let's play"

Junghwan segera berlari menerjang kedelapan orang yang kini mengepungnya. Melayangkan pukulan dan tendangan sekuat tenaga meski beberapa kali wajah tampannya ikut menjadi sasaran.

Akan mudah bagi Junghwan untuk mengalahkan mereka semua jika tanpa senjata. Namun saat salah satu balok kayu kembali mengantam area perutnya, ia kehilangan pijakan dan jatuh bedebum di jalan. Meringis kesakitan sebelum kedua netranya memejam.

 Meringis kesakitan sebelum kedua netranya memejam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ESEDENSIESWhere stories live. Discover now