16th : Please Stay

286 56 5
                                    

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin menyelamatkan nyawa pasien. Jadi mohon anda tunggu diluar"

Suara dokter itu menjadi suara terakhir yang Junghwan dengar seiring tertutupnya pintu ruangan dimana kini Junkyu terbaring, berjuang antara hidup dan mati.

Junghwan menatap kosong pintu di depannya, air mata tak juga berhenti mengalir dari kedua mata beriris cokelatnya.

Tangannya mencengkeram dada dimana jantungnya kini seolah diremas kuat. Hatinya terasa sangat sesak hingga membuat lidahnya kelu.

Junghwan melangkah gontai ke sisi lorong yang tak terdapat kursi tunggu disana. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya sebelum terayun ke depan, meninju tembok yang ada didepannya.

"Argh!!"

"Junkyu lo harus bertahan! Lo gak boleh pergi Kyu!"

Kedua netra Junghwan semakin meredup dengan binar putus asa disana. Kepalan tangan kanannya tak juga berhenti memukuli tembok meskipun kini buku-buku jarinya mulai memerah.

Junghwan mengabaikan rasa sakit ataupun ngilu pada tangannya. Ia hanya terus mengayunkan tangannya untuk menyalurkan emosi dibarengi teriakannya yang begitu frustasi dan menyakitkan untuk didengar.

"Lo harus bangun Kyu! Arghh Sialan!!!-

- harusnya gue gak percaya mama lo! Harusnya gue gak pergi ninggalin lo sendiri Kyu! Harusnya gue tetep ada disamping lo! Harusnya gue gak terlambat dateng! Harusnya gue gak biarin semua ini terjadi sama lo Kyu!!"

Pukulan Junghwan pada tembok berhenti meninggalkan jejak darah yang kini juga menetes ke lantai dari tangan Junghwan yang masih setia terkepal. Netranya terpejam erat dengan air mata yang tak hentinya mengalir.

"Gue emang bodoh Kyu!!! Tapi gue mohon bertahan. Gue gak bakal bisa maafin diri gue sendiri kalau lo gak bangun Junkyu!"

Kedua tangan Junghwan bergerak menjambak rambutnya sendiri, "Sialan!!!!!"

Tangannya baru hendak kembali memukul tembok di depannya, namun sebuah tangan terlebih dahulu menahannya.

Netra Junghwan bergulir pada pemilik tangan itu, ia menatap Haruto yang wajahnya memerah dengan tatapan matanya yang begitu lemah.

Haruto menghempaskan tangan Junghwan yang ditahannya dengan kasar. Wajahnya semakin memerah melihat tatapan Junghwan.

Ia hanya meninggalkan Junghwan sebentar untuk memberi kabar pada kedua orang tua dan sahabat-sahabat Junkyu. Namun begitu ia kembali, yang ia dapat hanya tindakan bodoh yang dilakukan Junghwan.

"Berhenti bersikap bodoh Junghwan!!!"

Haruto mencengkeram kedua bahu Junghwan kuat, mencoba menyadarkan pemuda itu dari tindakan bodoh yang dilakukannya.

"Apa dengan itu Junkyu bisa langsung bangun Hwan?! Enggak!! Apa yang lo lakuin gak akan berdampak apa-apa!"

"Justru lo bakal lebih nyakitin dia Hwan!! Junkyu lagi berjuang dengan nyawanya di dalem sana, dan lo justru nyakitin diri sendiri. Aren't you that stupid?!"

Junghwan hanya diam mendengarkan kemarahan Haruto tak ingin menjawab karena apa yang pemuda itu ucapkan memang benar. Dia terlalu hancur melihat pemuda yang begitu ingin ia jaga harus terbaring lemah dan harus memperjuangkan hidupnya.

"Lo harus kuat Hwan! Lo harus kuat buat Junkyu! Lo harus terus ada disampingnya, lo harus terus berdoa agar Junkyu bisa bertahan!

Haruto menatap lurus mata Junghwan, menatap netra cokelat itu dengan tajam.

"Junghwan yang gue kenal gak lemah gini. Lo harus bisa nahan emosi lo di situasi kayak gini. Lo harus bangkit Junghwan! Lo harus bangkit buat Junkyu!"

Haruto melepaskan cengkramannya di bahu Junghwan. Membiarkan pemuda itu jatuh merosot, terduduk dengan kedua lutut tertekuk.

ESEDENSIESWhere stories live. Discover now