6th : Li'll Story²

302 65 2
                                    

"Dari mana saja kamu?". Itu suara pertama yang Junghwan dengar saat menginjakkan kakinya di suatu tempat yang di sebut rumah.

Mengedarkan pandangan, netranya menangkap kehadiran ayahnya yang duduk di sofa, di tengah-tengah pencahayaan ruang tamu yang temaram . Dapat dilihatnya sang ayah yang menatapnya tajam dan ekspresi menahan amarah.

Meski begitu, hanya wajah tanpa ekspresi yang ditampilkannya, juga tak satu pun kata terlontar dari bibirnya.

"Papa tanya dari mana saja kamu Junghwan?!". Tak sadar ucapan yang dilontarkannya terucap dengan suara menyerupai bentakan, yang masih tak mampu membuat si anak gentar.

Menghela nafas berat Junghwan terkekeh kecil sebelum berujar, "Apa peduli anda?!"

Jeffrey menggeram mendengar ucapan dari putranya itu, baru hendak membalas namun ucapan selanjutnya dari bibir sang putra telak membungkamnya.

"Kenapa anda bertanya saya darimana hanya karna terlambat pulang beberapa jam? 10 tahun! -

Netra Junghwan semakin menyorot tajam

- 10 tahun saya bahkan jauh dari tempat yang kalian sebut rumah, dan dengan naifnya masih tetap berharap anda akan datang dan mengajak saya pulang"

"Saya memang bodoh, toh pada akhirnya jangankan kehadiran anda, kabar dari andapun tidak pernah ada. Jadi apa sebenarnya anda masih peduli, ah tidak, apa anda pernah peduli pada saya?"

Jeffrey tergugu, bibirnya masih terkatup rapat bahkan saat Junghwan mulai melangkah melewatinya, "Junghwan, papa-

Suara pelan yang terputus itu membuat Junghwan menghentikan langkah, kepalanya menoleh kebelakang tanpa perlu membalikkan badan.

"Jujur, saya sudah terbiasa tanpa anda, jadi saya mohon bersikaplah seolah-olah saya tidak disini, tidak perlu bersikap peduli"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jujur, saya sudah terbiasa tanpa anda, jadi saya mohon bersikaplah seolah-olah saya tidak disini, tidak perlu bersikap peduli"

Setelah mengatakan itu Junghwan kembali melangkah cepat menaiki tangga. Jeffrey hanya menatap hampa punggung tegap putranya itu, ia bahkan baru menyadari ada beberapa luka lebam yang menghiasi wajah tampan sang putra.

Tepukan ringan dirasakan oleh pria dewasa berusia 40 an yang masih tampak tampan itu. Dilihatnya sang istri, Lisa yang tersenyum berusaha menenangkan.

"Mas harus bersabar, aku yakin lama kelamaan Junghwan akan mengerti dan bisa menerima semuanya"

"Saya juga berharap begitu, saya, hanya merasa bersalah dan tidak tau bagaimana cara menjelaskan semuanya. Saya tidak tau bagaimana cara memperbaiki kesalahan saya, membuat Junghwan tidak lagi kecewa"

 Saya tidak tau bagaimana cara memperbaiki kesalahan saya, membuat Junghwan tidak lagi kecewa"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ESEDENSIESWhere stories live. Discover now