[[B]ㅡ04]

32 19 0
                                    

ㅡHappy Readingㅡ

Annyeonghaseyo, Hwang Mina imnida." 

Kyaa! Imut sekali!”

“Oh wow, kulitnya sangat putih. Aku jadi insecure!”

“Dia bukankah perempuan yang pingsan kemarin? Aku kira dia gelandangan.”

“Kenapa heboh sekali? Dia bahkan tidak cantik pft.”

“Manis!”

Plak!

Satu hantaman penghapus papan tulis pada meja itu langsung mendiamkan seisi kelas yang heboh akan kepindahan Cadenza. Jungwoo Ssaem, Sang Guru Matematika itu tersenyum manis saat murid-murid langsung terdiam. 

“Pintar! Oke Mina kau bisa duduk di samping Eunha. Una~” panggil Jungwoo sangat lembut. 

Siswi bernama Eunha itu langsung mengangkat tangan dan Cadenza segera melangkahkan kaki menuju meja Eunha dan dirinya itu. 

Eunha tersenyum lalu mengulurkan tangan. "Jung Eunha." 

"Cadenㅡah Hwang Mina," balas Cadenza menjabat tangan Eunha. Ia hampir keceplosan karena tak terbiasa dengan nama barunya itu. 

"Kau sangat manis!" gemas Eunha seraya menatap Cadenza kagum. 

"Hai, aku Kim Junkyu," ucap lelaki kecil itu seraya langsung menarik tangan Cadenza untuk menjabat tangannya, Junkyu berpikir Cadenza sangat lambat untuk membalas jabatannya, jadi dirinya berinsiatif untuk menarik tangan Cadenza lebih dulu.

Tidak usah khawatir. Setelah acara makan malam dengan hawa tak mengenakkan malam tadi, semua keperluan Cadenza untuk bersekolah telah di siapkan oleh satpam keluarga Lee. Karena sejak siang hari saat Minju memohon untuk menyekolahkan Cadenza, Javiera langsung memberikan black card nya pada satpam rumah untuk membelikan seluruh keperluan Cadenza. Sementara Jeno langsung menghubungi rekan kerjanya yang berkerja sebagai Kepala dan Wakil Kepala Sekolah di Neo Culture School, Kim Junmyeon dan Moon Taeil. 

Bel istirahat berbunyi, menandakan bahwa untuk satu jam kedepan anak-anak bisa mengisi perut dan menenangkan otak mereka. Seluruh siswa-siswi dengan segera menghambur keluar.

Cadenza hanya diam menatap murid-murid lain yang berlari keluar kelas, ia sejujurnya ingin pergi ke kantin juga tetapi ia tak mengetahui letak kantin sekolah. Eunha dan Junkyu di perintahkan oleh Pak Jungwoo untuk membantu mengantarkan tugas kelas Cadenza ke mejanya. Sejujurnya ada satu orang yang juga belum beranjak, ah lebih tepatnya tiga orang. Tetapi Cadenza tak berani meminta bantuan pada adik Minju itu, auranya sangat negatif membuat Cadenza harus terus waspada berada di dekatnya.

Hening. 

Mereka larut dalam pikiran mereka masing-masing, lalu pemuda Lee itu segera beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar diikuti oleh ketiga temannya. 

"Jisung-ssi! Tunggu," ucap Cadenza dengan penuh keberanian. 

Jisung memberhentikan langkahnya tepat di ambang pintu kelas. "Eric, tunjukkan kantinnya," perintah Jisung lalu kembali berjalan keluar tanpa menoleh kearah Cadenza sekalipun. 

Eric dengan senang hati menghampiri Cadenza dan langsung menarik tangan Cadenza tanpa aba-aba, hitung-hitung modus. "Hai aku Eric. Kau bisa memanggilku sayang jika di perlukan," ucapnya seraya mengedipkan sebelah matanya dan menggenggam tangan mungil Cadenza dengan erat. 

Sementara sang empu mencoba melepaskan tangannya dengan paksa. "Kau menjijikkan, lepaskan aku!" 

"Baiklah-baiklah maaf, aku hanya bercanda. Akan aku tunjukkan kantin dan denah-denah sekolah ini. Kau harus mengingatnya ya manis, karena Jisung tak akan pernah akan membantumu," ucap Eric dengan nada selembut mungkin, sedangkan Cadenza memasang wajah ingin muntah yang langsung di hadiahi usapan lembut pada kepalanya oleh Eric. 

BELIEVE || PARK JISUNGWhere stories live. Discover now