[[B]ㅡ13]

26 13 0
                                    

ㅡHappy Readingㅡ

“HAHA KAU TIDAK AKAN BISA MENANGKAPKU TIKUS JELEK!” teriak perempuan bermarga Denza itu sambil berlari dengan ember es di tangannya.

YA! DENZA-YA!” teriak Jisung yang tak ingin kalah.

Pagi ini, mereka memutuskan untuk berenang sebagai olahraga mengawali hari yang tenang ini. Udara di Kota Seoul memang terbilang cukup dingin, tetapi kedua makhluk berbeda ukuran itu tetap ingin melakukan olahraga air tersebut.

Sejujurnya Jisung telah menolak berkali-kali ajakan Cadenza, tetapi melihat perempuan itu berjalan sendiri ke kolam dengan wajah yang tertekuk membuat Jisung merasa bersalah dan mau tak mau ikut menyebur ke dalam kolam renang yang berada di halaman belakang rumahnya.

Terlahir sebagai jiwa yang menyebalkan dan penuh akan ide jahil, Cadenza dengan sengajanya mengambil beberapa balok es yang telah ia rendam dengan air dingin, lalu dirinya mengguyur Jisung dengan air tersebut saat si lelaki Lee tengah melihat ponselnya. Bagaimana nasib ponsel tersebut? Baik-baik saja.

Tentu saja sang empu langsung berjengit kaget dan seketika menggigil. Dirinya langsung keluar dari kolam untuk berlari mengejar Cadenza.

Halaman belakang rumah kediaman Lee terbilang cukup luas untuk berlari, tidak ada space berlindung atau menipu lawan yang membuat Cadenza sedikit kewalahan berlari. Kaki panjang milik Jisung memudahkan dirinya berlari mengejar perempuan gembul yang malah terlihat seperti beruang saat sedang berlari.

Tiga puluh centimeter lagi tangan Jisung menyentuh kerah baju Cadenza, tetapi perempuan itu tanpa sadar menerbangkan dirinya sehingga membuat Jisung langsung berhenti berlari dan mematung kaget.

Apa sebelumnya aku sudah mengatakannya kepada kalian? Jisung sebelumnya masih tidak terlalu percaya dengan perkataan Cadenza kemarin perihal dirinya adalah cucu dari Odin. Hei ayolah, semua orang pasti tahu baik Thor maupun Loki belum menikah dan tidak memiliki adik. But yeah, kenyataannya memang seperti itu. Alam semesta beserta isinya tak perlu mengetahui akan hal itu, toh mereka tidak akan peduli dan tidak akan berdampak apapun bagi Asgard.

Cadenza yang masih tertawapun ikut berhenti saat mengetahui dirinya sudah tidak menapakkan kaki di tanah dan raut Jisung membuatnya tersadar akan ulah semena-menanya. “Em, kau harus mulai terbiasa dengan ini...” cicit Cadenza lalu kembali turun ke tanah.

Melihat tidak ada respon dari Jisung membuat perempuan bersuara khas lumba-lumba itu menatapnya dengan tatapan bingung. “Seharusnya aku tak membiarkan identitasku terbongkar. Ck, Cadenza bodoh, apa yang kau pikirkan kemarin, huh?!” gumam Cadenza kesal.

“Kau...” jeda Jisung pada kalimatnya yang membuat Cadenza menatap cemas ke arah Jisung. Takut jika pemuda itu akan menjauhinya.

“Apa kau bisa merubah buah apel itu menjadi anak ayam?” tanyanya yang membuat Cadenza menjadi cengo.

Anak ayam? Bahkan Cadenza tidak pernah melihat wujud anak ayam sekalipun seumur hidupnya. “Aku bukan penyihirㅡ”

“Tapi, kau tadi bisa terbang?!” ujar Jisung yang terdengar bersemangat dan memaksa.

Cadenza menghembuskan nafas. Dia memang tidak memiliki bakat sihir, perlu diingatkan jika dia adalah keturunan Dewa petir. “Aku tidak bisa merubahnya Ji. Tapi aku bisa membuatnyaㅡ”

Jder!

“ㅡgosong seperti itu,” ujar Cadenza seraya tersenyum.

Cadenza menembak buah apel yang berada di dalam keranjang yang terletak di atas gazebo pinggir kolam dengan kekuatan petirnya. Membuat Jisung terlonjak kaget karena aliran petir yang melesat tepat di samping tubuhnya dan menyambar buah apel yang berada di dalam keranjang.

BELIEVE || PARK JISUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang