3. Pangeran Qin part 2

60 10 0
                                    

Para penjaga yang mengelilingi Istana Timur sepanjang malam tidak berniat pergi. Dalam perjalanan ke Istana Taiji, setidaknya ada puluhan penjaga mengawasi mereka setiap langkah, itu sangat menindas.

Xiao Yu duduk di dalam gerbong dengan mata tertutup dan bibirnya terkatup, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, seolah-olah memusatkan pikiran dan menahan emosinya.

Kereta berhenti di luar gerbang istana, saat ia turun dari kereta, ia menghapus ekspresi suramnya dan memasang sikap sopan dan anggun seperti biasanya, diwarnai dengan pucat karena kelelahan dan sedikit kesedihan karena kehilangan ayahnya.

Upacara pemakaman mendiang Kaisar diadakan di Aula Taiji yang berada di tengah Istana Taiji. Selagi Chu Ning dan Xiao Yu mendekati aula, sebagian besar kerabat dan pejabat penting istana telah tiba.

Mereka semua berdiri dalam antrean dan saling berbisik diantara mereka sendiri. Ketika mereka melihat Chu Ning dan Xiao Yu, tatapan mereka dipenuhi rasa ingin tahu, ejekan, atau rasa kasihan.

Chu Ning berdiri tegak dan fokus melihat ke depan selagi ia mengikuti Xiao Yu untuk berdiri di depan semua kerabat kaisar dan pejabat.

Setelah mengambil posisi mereka, Chu Ning melihat lebih dari sepuluh pengawal kekaisaran dengan lapis baja lengkap mengawal seorang pemuda yang berjalan cepat dari gerbang Zhuming.

Pria itu tampaknya berusia sekitar dua puluh lima atau dua puluh enam. Dia tinggi dengan bahu lebar. Posturnya lurus, dan aura menindas yang tidak dapat diabaikan di sekelilingnya.

Pemuda ini adalah Xiao Kezhi, Pangeran Qin, dan pewaris tahta.

Chu Ning tidak dapat melihat wajahnya karena jarak. Ia mengamati wajahnya ketika pria itu secara bertahap mendekat.

Chu Ning tahu ia harus mewaspadainya setelah melihatnya sekilas di Istana Taiji kemarin. Saat ia menatapnya sekarang, ia menemukan bahwa pria itu itu berbeda dari Xiao Yu dan mendiang kaisar Gaozong.

Perbedaan ini tidak mengacu pada penampilan mereka. Sebagai keturunan dari keluarga Xiao, Pengeran Qin secara alami mewarisi penampilan yang tinggi dan tampan dengan fitur wajah yang mirip dengan mendiang Kaisar.

Namun, mendiang kaisar dan Xiao Yu memiliki sikap yang lebih lembut dan anggun, terlepas dari bagaimana hati mereka sebenarnya, mereka selalu terlihat ramah dan mudah untuk didekati.

Di sisi lain Pangeran Qin memiliki sifat yang sama sekali berbeda. Saat ia membela Ganzhou yang terpencil dengan tentara sepanjang tahun, warna kulitnya menjadi lebih gelap dari para pangeran dan bangsawan di ibukota. Meskipun ia memiliki fitur wajah yang mirip, ia mengeluarkan aura memerintah yang tidak bisa diabaikan, membuatnya tampak tegas dan penuh keagungan.

Ia tampaknya dilahirkan untuk berada di atas semua orang dan mendominasi segalanya.

Namun, ia dibiarkan menghadapi badai pasir di Ganzhou selama empat belas tahun.

Chu Ning masih bertanya-tanya apakah kebenaran benar-benar seperti yang di spekulasikan Xiao Yu, bahwa Pangeran Qin hanyalah boneka lain yang dibawa Janda Permaisuri untuk menaklukkan dirinya?

Chu Ning memiliki keraguan besar di hatinya.

Selagi ia masih tercengang, tatapannya tiba-tiba bertemu dengan garis pandang yang tidak bisa diabaikan.

Ternyata di beberapa titik, Xiao Kezhi sudah berjalan ke Aula Taiji, ia berdiri lebih dekat ke aula daripada Chu Ning dan Xiao Yu.

Tidak ada yang aneh tentang itu. Bagaimana pun, ia adalah kaisar baru yang akan naik takhta. Bahkan jika tidak, ia juga saudara keenam Kaisar dan paman keenam pangeran. Dalam hal senioritas, ia berada di atas Chu Ning dan Xiao Yu.

Hanya saja saat ini, semua orang di belakangnya membungkuk untuk tunduk pada Xiao Kezhi. Bahkan Xiao Yu, yang sangat marah hingga memuntahkan darah di Istana Timur tadi malam, memberi hormat padanya seperti melihat para tetua. Hanya Xiao Kezhi sendiri yang tetap berdiri ditempatnya dengan punggung tegak.

Sepasang mata tajam itu menatap lurus ke arah Chu Ning.

Chu Ning tiba-tiba merasakan hawa dingin di punggungnya dan rambutnya berdiri.

Ia perlahan membungkuk dengan orang banyak lainnya.

Sudah hampir waktunya, tubuh Kaisar yang telah meninggal dibawa ke aula, dan upacara pemakaman dimulai.

Hari ini, akan ada beberapa ritual di Aula Taiji, jadi bantal sudah ditempatkan di luar aula untuk semua orang yang berlutut dan berdoa.

Xiao Kezhi berdiri di garis depan dan membuat semua orang berlutut dan meratap.

Chu Ning berada di tempat yang sama dengan kerabat perempuan. Selagi ia menangis dengan mati rasa, ia mengirim tatapan yang tampaknya tidak disengaja ke profil yang kuat dan luas itu.

Jika ia tidak salah, dalam waktu singkat ketika mata mereka bertemu, mata paman muda itu tampaknya memiliki sedikit rasa kasihan di samping ketidaksabaran untuk upacara yang membosankan dan kesombongan, sepertinya ada sedikit rasa kasihan.

Apakah dia kasihan padaku?

Apakah dia yakin semuanya berjalan sesuai rencana? Putra mahkota telah bekerja keras selama ini dan telah mengumpulkan kekuatan yang tidak dapat diremehkan. Dan dia, seorang pangeran yang tinggal di perbatasan sejak kecil, hampir tidak terlibat dalam perebutan kekuasaan. Bagaimana dia bisa begitu percaya diri?

Chu Ning mengangkat alisnya sedikit dan melirik penjaga di dekat aula, apa yang ia lihat mengejutkan.

Para penjaga di Istana Taiji semuanya telah diganti. Mereka bukan lagi penjaga kekaisaran yang kemarin, tetapi digantikan oleh Tentara Ganzhou.

Di masa lalu, pengawal Kekaisaran berada di bawah kendali Janda Permaisuri, sedangkan Tentara Ganzhou berada di bawah komando Pangeran Qin.

Pangeran Qin entah bagaimana bisa mengalahkan Pengawal Kekaisaran secara diam-diam dalam semalam, ini menunjukkan ia telah bergerak cepat dan tegas.

Tidak heran ia begitu percaya diri. Ternyata seluruh Istana Taiji dan bahkan seluruh Chang'an sudah berada di bawah genggamannya.

Ini jelas bukan sesuatu yang bisa dilakukan dalam semalam, pasti sudah direncanakan jauh-jauh hari secara rahasia, menunggu kesempatan yang tepat.

Janda Permaisuri harus memukuli dirinya sendiri dengan penyesalan di Aula Seratus Berkah. Pria yang dibawanya bukanlah boneka melainkan serigala lapar!

Ini sesuai dengan niat Chu Ning.

Ia khawatir tentang situasi kerajaan dan bagaimana ia terjebak tanpa tempat untuk berpaling. Sekarang, Pangeran Qin tampaknya telah membuka pilihan baru untuknya.

The Gilded CageWhere stories live. Discover now