4. Serigala part 2

60 9 0
                                    

Tidak hanya Chu Ning, tetapi juga para menteri dan bangsawan di Kota Chang'an, yang sekarang mencoba mencari tahu, mereka bertanya tentang karakter Pangeran Qin secara pribadi.

Segera, mereka berdua telah mencapai paviliun. Chu Ning melangkah ke tangga dan bersandar di pagar untuk melihat ikan yang berenang di kolam, sementara Zhao Yanzhou secara sadar berhenti di luar paviliun dan menjelaskan apa yang telah ia temukan dalam dua hari terakhir.

Chu Ning mendengarkannya dengan tenang, terdiam sejenak, dan mempertimbangkan dalam diam, Ia mengajukan beberapa pertanyaan sebelum mengirim Zhao Yanzhou pergi untuk kembali beristirahat, sementara ia tetap di tepi kolam, melihat matahari merah yang miring ke barat di kejauhan, sambil mengatur pikirannya tentang apa yang baru saja ia dengar.

Xiao Kezhi dari Qin adalah putra bungsu Kaisar Gaozong. Ibu kandungnya adalah seorang pelayan perempuan biasa bernama Wei di istana. Wanita itu tiba-tiba disukai oleh kaisar karena mabuk, wanita itu cukup beruntung untuk melahirkan seorang putra dan diberi gelar sebagai seorang Lady.

Status Lady Wei rendah, tidak dicintai oleh Gaozong, dan memiliki sifat yang sangat lembut. Ia juga tidak pernah berdebat atau berkelahi dan toleran dalam berbagai hal.

Dengan melakukan itu, ia nyaris tidak berhasil mengukir tempat untuk dirinya sendiri di istana. Mungkin ia telah melihat kekejaman dan keserakahan Permaisuri saat itu dan ingin menjaga putranya dari bahaya. Sebelum Lady Wei meninggal, ia memohon kepada kaisar untuk mengirim putranya yang berusia sebelas tahun ke perbatasan.

Kaisar mempertimbangkan bahwa Lady Wei sedang sekarat, jadi ia mengabulkan permintaannya dan mengangkat putra bungsunya Xiao Kezhi sebagai Pangeran Qin dan mengirimnya ke Ganzhou.

Ganzhou terletak di perbatasan barat laut Daliang. Daerah itu sangat berangin dan berpasir, lingkungannya sangat dingin, dan sering diserang oleh pasukan asing. Pangeran yang berumur sebelas tahun terpaksa meninggalkan ibunya yang sekarat dan pergi ke tempat seperti itu sendirian.

Dikatakan bahwa ketika Pengeran muda berangkat ke Ganzhou, pembangunan kediamannya di Ganzhou bahkan belum dimulai.

Semua orang berpikir Lady Wei terlalu kejam kepada anaknya.

Chu Ning memikirkannya dengan hati-hati dan percaya bahwa Lady Wei memiliki pandangan jauh ke depan.

Dengan tinggal di Ganzhou Selama empat belas tahun, Pangeran Qin tidak hanya lolos dari penganiayaan Permaisuri saat itu terhadap pangeran-pangeran putra Kaisar Gaozong, tetapi ia juga mampu mengumpulkan kekuatan secara rahasia dan mendapatkan prestise di militer.

Ada beberapa perang di Liang Besar dalam beberapa dekade terakhir, sehingga Istana Kerajaan menekankan ketrampilan sastra dan kurang dalam urusan militer. Sama halnya dengan Janda Permaisuri dan Xiao Yu, karena keduanya dikelilingi oleh menteri yang adalah sarjana, para prajurit Kerajaan tetap tidak aktif sepanjang tahun.

Untuk seseorang seperti Xiao Kezhi, yang tidak tergantung pada siapapun, tinggal di Ganzhou adalah cara terbaik untuk menyelamatkan hidupnya.

Dalam sepuluh tahun terakhir, ia selalu melakukan urusan militer dengan adil, dan selalu hidup bersama para prajurit.

Setiap kali ada serangan oleh orang asing, ia secara pribadi mengusir akan memimpin prajurit untuk mengusir mereka dan menyelamatkan banyak rakyat miskin. Semua orang di Ganzhou sangat mengaguminya.

Ia mampu bertahan selama bertahun-tahun sambil menaklukkan hati rakyat dan pada saat yang sama mendapatkan rasa hormat dari rakyat. Ia benar-benar pria dengan kemampuan hebat. Yang lebih mengesankan adalah ia peduli pada rakyat jelata, ini adalah sesuatu yang tidak dimiliki oleh Janda Permaisuri maupun Xiao Yu.

Chu Ning tenggelam dalam pikirannya, Cui He memanggilnya dan ia terkesiap keluar dari pemikirannya.

"Apa yang sedang terjadi?" Chu Ning menoleh untuk melihat, tetapi melihat Cui He menatap tangga paviliun, tampak ketakutan oleh sesuatu, Seluruh tubuhnya gemetar.

"Nyonya, ini....itu... serigala ..."

Chu Ning belum bereaksi, hanya berbalik tanpa sadar dan bertemu sepasang mata kuning-coklat, berkilau dingin dibawah cahaya matahari terbenam.

Dengan bulu abu-abu, gigi tajam, anggota badan yang kuat, dan tubuh besar, itu memang adalah serigala.

Saat tatapan mereka bertemu, serigala itu perlahan mendekat dengan langkah diam, memperlihatkan taringnya dan lidahnya yang berwarna semerah darah.

Chu Ning ketakutan dan menggigil. Bahkan tidak terlintas dibenaknya untuk bertanya-tanya mengapa ada binatang buas di Istana Taiji.

Ia meraih Cui He di samping, dan berkata dengan gemetar: "Jangan bergerak, jangan lihat."

Keduanya membeku dan tidak berani bergerak, apalagi melihat binatang buas itu lagi, tetapi Serigala itu masih mendekat perlahan.

Pada saat ini, kebetulan ada tiga atau lima pelayan istana lewat sambil membawa tumpukan pakaian. Salah satu dari mereka berteriak ketika melihat situasi di paviliun.

Teriakan itu memecah keheningan di paviliun, dan serigala dengan cepat berbalik, bergegas ke arah suara itu, dan menerkam pekerja itu.

Dalam sepersekian detik, pakaian berserakan di mana-mana, dan beberapa pelayan istana yang berjalan di dekatnya sangat ketakutan sehingga mereka bergegas bersembunyi. Suara keributan itu tampaknya semakin menggairahkan serigala.

Serigala itu membuka mulutnya lebar-lebar dan siap untuk menggigit pelayan yang malang itu, ketika itu juga bunyi peluit panjang tiba-tiba terdengar tidak jauh.

"Weimo, kembalilah." Xiao Kezhi, Pangeran Qin, berdiri memanggil serigala abu-abu itu.

Serigala abu-abu itu tiba-tiba sangat patuh, dan segera melepaskan pekerja istana, dan berlari Ke Xiao Kezhi. Kedua penjaga yang mengikutinya segera melambaikan kelinci hidup di tangan mereka dan membawanya pergi.

Beberapa gadis istana yang ketakutan setengah dipandu dan setengahnya lagi dibawa ke tempat lain untuk menenangkan diri. Pakaian yang berserakan di tanah juga dengan cepat diambil, tetapi Xiao Kezhi masih berdiri di tempat, melihat ke samping ke arah paviliun.

Chu Ning menatapnya dengan terpana dan kemudian kembali ke akal sehatnya. Ia menemukan bahwa punggungnya basah oleh keringat dingin, kakinya lemah dan ia hanya bisa berpegangan pada pagar untuk menopangnya.

Xiao Kezhi berhenti sejenak, sebelum mendekat dengan wajah tanpa ekspresi dan bertanya,

"Apakah itu membuatmu takut?"

Nada suaranya rendah dan agak kasar, seolah berada di angin berpasir dan Chu Ning tidak tahu apakah suaranya mengejek atau khawatir.

Chu Ning menepuk dadanya agar sedikit tenang, dengan enggan ia menggelengkan kepalanya, memanggil "Paman Keenam" dan akan memberikan hormat.

Tapi ketakutan itu belum sepenuhnya surut. Kakinya lemah dan ia akan jatuh, tetapi sikunya tiba-tiba terangkat, ditopang dengan kuat oleh telapak tangan yang besar.

Setelah kekuatan yang kuat membantunya menstabilkan sosoknya, tangan itu tidak segera menjauh, tetapi tetap berada di sikunya yang ramping.

Panas dari telapak tangan pria itu perlahan-lahan merembes melalui kain dan perlahan menyebar ke kulit Chu Ning, menyebabkan ia sedikit menggigil.

Baru kemudian Chu Ning menyadari hanya ada jarak selangkah diantara mereka. Chu Ning mendongkak sedikit dan melihat matanya, yang berkilau seperti serigala dari beberapa saat yang lalu dan ia mengamatinya diam-diam.

Chu Ning mengggigil lagi dan menahan keinginan untuk membebaskan diri. Ia memalingkan wajahnya perlahan untuk menghindari tatapan pria itu, tetapi Chu Ning malah secara kebetulan mengungkapkan profil sisi wajah cantiknya kepadanya.

Saat itu langit menjadi gelap dan suasananya tenang, secara bertahap membentuk suasana yang aneh.

Mata Cui He melebar dan ia bingung harus berbuat apa.

Sementara Chu Ning dan Xiao Kezhi saling memandang, tiba-tiba ada suara langkah kaki datang didekatnya, diikuti oleh suara dingin Xiao Yu: "Ning, ini sudah larut, saatnya untuk kembali."

The Gilded CageWhere stories live. Discover now