Chapter 66 ♗

552 76 9
                                    

Danial mengawali harinya dengan membersihkan dan merapihkan diri. Dia menyisir rambut lalu mengambil salah satu setelan yang dimilikinya di bilik pakaian. Dia akan sarapan di ruang makan, lalu mencari Hadden.

Suasana keluarganya sudah membaik. Tidak lagi ada yang murung dengan ketiadaan kakak sulungnya di rumah. Danial tidak tahu apa yang sudah dilakukan sang kakak tapi dia mensyukurinya. Kafin sedang punya sesuatu yang harus dia urus jadi dia memberitahu Danial tidak perlu ada pertandingan latihan hari ini. Seperti biasa, dia akan menempatkan dirinya di dekat Hadden bersama Mallory. Sejak pekan lalu dan selanjutnya, Danial akan mendapatkan pelajarannya di ruang kerja Hadden.

Danial berencana dia akan mengikuti pendinginan para ksatria nanti sore. Dia tetap harus memiliki jadwal olahraganya.

Begitu dia selesai sarapan dia pergi ke tempat Hadden akan sedang berada. Melewati taman Dina dia mendapati kuarter itu kosong mengartikan Dina besar kemungkinan masih ada di kamarnya atau sedang berencana untuk bermain di ruang baca bersama Lika.

Begitu dia menginjakkan kakinya di dalam ruangan yang sedari awal dia tuju, dia dikejutkan oleh keberadaan kedua orang yang dia tidak sama sekali sangka.

"Senang bertemu denganmu lagi Danial."

Pangeran Wistar Nardeen, berada di dalam menduduki sofa. Dan di sampingnya kakaknya ikut ada di sana. Sefigur ksatria istana pun turut berdiri di sisi sang anggota keluarga kerajaan.

"Yang Mulia Pangeran." Danial merendahkan kepalanya. Dalam ketidakmengertian dia melihat ke arah Valias berharap sang kakak akan memberikannya keterangan.

Valias tidak keberatan memberikannya. "Kami akan menyampaikan sesuatu."

Danial berpindah melihat ke arah Hadden. Yang duduk di sisi lain kedua tamunya. Hadden memandangnya dan dengan pelan membuka mulutnya berucap. "Ayo kita dengarkan."

Dengan disertai rasa kikuk yang mampu dia kendalikan dia menempatkan diri di samping Hadden.

Dengan sosok yang ditunggu sudah berada di ruangan yang sama dengan mereka, Valias pun mulai menyampaikan tujuannya. "Yang Mulia Frey menyadari restriksi yang dimilikinya dalam menjadi raja untuk Hayden. Dia sedang ingin memperkuat pengaruh istana dan juga menyebarkan berita tentang istana akan mulai membuat gerakan pensidakan pada setiap area di Hayden."

"Restriksi apa yang dia punya?" tanya Hadden.

"Kakakku saat ini memiliki banyak isu yang harus diselesaikan. Tapi dia tidak punya representatif yang bisa dia utus," Wistar menjawabnya.

Hadden mengatur tempo suaranya. "Apa isunya?"

Valias sudah hendak menjawab tapi sebuah tangan datang meraih sisi lengannya pelan. Wistar menahannya, senyumnya terukir untuk dia tujukan pada Hadden. "Barangkali Tuan Count Bardev sudah mempunyai pengamatannya sendiri? Apa yang ada di dalam kerajaan ini."

Hadden mengendalikan keawasannya. Perkataannya adalah hasil dari perhitungan jauhnya. "Aku tau beberapa. Dan seharusnya itu menjadi bagian dari kewenangan istana dalam mengurusnya. Tapi istana belum menggunakan wewenang itu. Pangeran ingin memberitahu kami itu disebabkan oleh Calon Raja tidak memiliki tenaga manusianya?"

"Disayangkan tapi itu benar. Istana dari awal mula pendiriannya tidak lah memiliki satuan pergerakannya sendiri," Wistar menjawab dengan senyuman. Yang tidak seperti biasanya, tampak karismatik juga mencerminkan sosok seorang pangeran muda sebuah kerajaan besar sungguhan. "Setiap wilayah di Hayden merupakan wilayah otoritas keluarga kebangsawanan yang menaunginya. Begitu pula kewenangan untuk mengurus isu yang berada di lingkungan kekuasaannya. Istana menyerahkan peran besar itu pada kepala bangsawan hingga istana menarik diri dan melepas tangan dari pengendalian wilayah kerajaan di bawahnya."

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang