40. PEDULI

85 3 1
                                    

40
EMPAT PULUH
(PEDULI !)
***

Elisa baru saja selesai sholat Zuhur. Tidak lupa ia berdoa pada Allah supaya mama Citra diberi kesehatan, mendoakan orang tuanya, adik-adiknya, dan meminta luluhkan hati suaminya agar dapat mencintainya.

Tidak lama setelahnya, Elisa menelepon Tasya. Hendak menanyakan kabarnya, dan sedikit curhat tentang keadaan rumah tangganya. Elisa hanya menjadikan Tasya satu-satunya teman curhatnya, pasalnya wanita itu bukan tipe orang yang akan menusuknya dari belakang. Elisa percaya dengan hal itu, selain itu Elisa dan Tasya memiliki selera yang jauh berbeda. Dan tentunya, Elisa tahu Aldi bukan tipe pria idaman Tasya.

"Aku… agak takut sama Aldi." Ucap Elisa.

"Ada masalah apa lagi ha ?" Ucap Tasya dengan nada kesal.

"Aku merasa… gak bisa deh jadi istri Aldi !" Ucap Elisa dengan nada suara sangat kecil, namun Tasya masih bisa mendengarnya.

Tasya yang mendengar hal itu, sangat marah, dia dengan kasar memaki Elisa. Bermaksud menyadarkan sahabatnya itu dari pikiran bodohnya.

"Lah, gila lu ya. Lo itu udah jadi istri orang kali, siap gak siap, lu harus siap ! Umur Lo juga udah 25 tahun, bukan 5 atau 16 tahun. Umur Lo udah siap, dan kata belum siap itu, cuman ada di otak Lo dan perasaan Lo doang. Lo harus menguatkan hati, dan hapus pikiran buruk itu dari otak lo. Jangan Lo anggap pernikahan ini man-main Elisa !!! Selain itu... Ini keputusan Lo yang ngambil, dan kenapa baru sekarang Lo bilang belum siap. Lo udah gak bisa mundur, Lo harus mempertahankan pernikahan ini ! Lagi pula, apa yang Lo takutin dari Aldi sampai-sampai bilang gak bisa jadi istrinya ?" Ucap Tasya.

Elisa mendesah kasal, lalu ia dengan ragu berkata "Aku... takut digituin... sama Aldi."

"Begituan maksud Lo di **** ?" Tanya Tasya memastikan.

"Hem… ya." Jawab Elisa malu.

Ya, Elisa memang takut jika Aldi suatu hari melakukan hal itu padanya. Elisa tahu ini kewajibannya sebagai istri, namun trauma akibat masa lalu membuatnya sangat takut. Waktu SMA dulu, Elisa hampir di perkosa mantan kekasihnya. Elisa bahkan masih ingat jelas bagaimana rupa batang berwarna coklat berukuran sedang mikir mantan kekasihnya itu. Tapi untungnya sebelum benda aneh itu masuk ke tubuhnya, Roni datang menolongnya tepat waktu. Dan semenjak itu, perasaan cinta mulai tumbuh, belum lagi sikap Roni yang cuek dan dingin membuat Elisa semakin terpacu untuk mendapatkan cinta pujaan hatinya.

"Gak perlu ditakuti kali. Awalnya memang agak perih, tapi lama-lama enak kok. Percaya sama gue ! Dan… mungkin setelah malam pertama Lo bakal ketagihan merasakannya !" Ucap Tasya yang malah membuat Elisa curiga.

"Tasya, kok kamu tahu banyak sih soal ginian. Apa jangan-jangan…"

"Ape ! Lo kata gue gak perawan ? Ya, gue emang gak perawan nape lu ! " Ucapan itu membungkam Elisa.

Tasya memang selalu berpenampilan seksi, dan kerap menggonta ganti pacar. Namun hal yang tak terduga bagi Elisa adalah, bagaimana bisa sahabatnya itu mengakui perbuatannya dengan mudah ! Marah ? Tidak, Elisa hanya terkejut saja.

Sementara Teysa sendiri, iya tak begitu peduli bagaimana orang memandangnya, yang jelas ia selalu tampil apa adanya. Bukan seperti seseorang yang berpura-pura baik, nyatanya busuk. Lagi pula, Tasya yakin sahabat sejatinya akan menerima ia apa adanya dirinya.

"Daripada itu, Lo gak tertantang gitu buat naklukin suami Lo." Ucap Tasya yang membuat Elisa bingung.

"Ha… maksudnya ?"

"Lo ingat kan Roni ?"

"Lah, apa hubungannya Roni sama suami ku ?!" Protes Elisa kesal. Ia tak suka Roni di sama-samakan dengan Aldi, karena sejatinya mereka dua orang yang jauh berbeda.

"Santai aja kali. Gue gak ada maksud buka lama Lo kok. Tapi… coba Lo pikir deh. Kedua cowok itu nolak Lo mati-matian kan. Tapi apa yang terjadi pada Roni pada akhirnya, dia mengakui perasaannya sama Lo, meskipun kalian tidak bisa bersama. Dan itu terjadi karena Lo gigih mengejar cinta Roni, dengan seribu satu cara. Dan mungkin hal serupa juga akan terjadi pada Aldi."

Mendengar ucapan Tasya, Elisa terdiam sejenak. Ia kembali teringat waktu-waktu ya bersama Roni. Dan momen yang paling mengharukan adalah, saat pria itu mengakui perasaannya selama ini pada Elisa, tapi malah minta Elisa melupakan perasaan itu.

"Sebenarnya, Lo berhasil buat gue jatuh cinta. Tapi, gue gak bisa terima cinta Lo, dan gue harap Lo bisa mengubur dalam-dalam perasaan itu." Ya, itulah yang Roni katakan. Kalimat yang sampai detik ini, masih sangat menyakitkan untuk Elisa.

"Ya sih. Tapikan…" elisa hendak membantah ucapan Taysa, ia berpikir Roni dan Aldi berbeda, dan tak ada yang menjamin jika Aldi dapat ia ditaklukan.

"Tapi apa !? Jangan memotong ucapan gue, kalau gue lagi ngomong ! Aldi itu laki Lo, jadi sepatutnya Lo perjuangin ini ! Cinta kalain halal dan dapat pahala lagi, tapi dosa kalo Lo gak memperjuangkannya!" Ucap Tasya.

"Ya ya, bawel lu !" Ucap Elisa kesal, pasalnya sahabat nya itu terlalu banyak bicara.

"Gue bawel karna gue sayang sama Lo dan peduli  !" Ucap Tasya tegas, dan sangat menyentuh.

"Ya, ya aku tahu! Tapi kelihatannya, suami ku itu gak tertarik sama aku. Buktinya, kemarin saat dia liat aku bugil, dia biasa aja tuh !" Jelas Elisa.

"Goda aja terus, kita lihat sampai mana dia bakal menahan nafsunya. Kalau dia cowok normal, dia pasti akan tergoda juga. Lagipula… jadi cewek murahan di hadapan suami sendiri, itu gak masalah kok. Ya… anggap aja ini salah satu cara memperjuangkan keutuhan rumah tangga."

"Jangan pesimis, gue yakin suami Lo bakal mencintai Lo."

"Terimakasih ya Tasya."

"Iya Elisa. Udah dulu ya, aku ada kerjaan nih."

"Ya, jaga dirimu baik-baik."

"Lo juga !"

Setelah telpon itu mati, Elisa terdiam cukup lama. Ia berpikir jika ucapan Tasya ada benarnya. Ia harus berusa habih keras untuk membuat Aldi menykainya. Dulu ia berhasil menaklukan Roni yang berhati dingin, lalu kenapa ia tidak berjuang demi keutuhan rumah tangganya?

"Kalau di pikir-pikir ia juga ya. Aku harus membuat Aldi jatuh cinta sama aku, dan melupakan bak Dewi. Ya… kalau Aldi gak mau mendekat, maka aku yang harus mendekatinya lebih dulu."

Elisa menatap pintu kaca yang terbuka. Ia melihat Aldi sedang berbaring di sofa sambil memainkan hpnya. Selama beberapa hari ini, Aldi lebih memilih tidur di ruang tamu ke timbang tidur di kamar bersamanya. Pria itu hanya akan ke kamar jika ingin ke kamar mandi, karena hanya ada satu kamar mandi di villa itu.

Selain itu, pria itu selalu mengalihkan pandangannya saat mereka bicara. Itu membuat Elisa kesal dan berpikir aneh tentang Aldi. Salah satu contohnya, Aldi yang masih belum menerimanya sebagai istri sahnya.

Elisa mendesah kasar, lalu ia barngkit. Berjalan mendekati suaminya. Mencoba sebisa mungkin menjalin hubungan dengan suaminya, demi kelangsungan rumah tangga mereka.

"Kamu gak solat Zuhur ?" Tanya Elisa lembut saat sampai di sekat aldi.

Aldi menatap ke arahnya sesaat. Saat ini Elisa menggunakan baju kemeja berwarna putih yang mirip dengan baju kerja pria, dan memakai selama jenis booty shorts. Memamerkan paha putihnya terlihat dengan jelas. Aldi sekilas melihat paha putih itu, namun Aldi dengan cepat kembali menatap layar hp sambil berkata "Gak, lagi sibuk !"

WASIAT AYAHWhere stories live. Discover now