71. KETULUSAN

107 3 0
                                    


71
TUJUH SATU
(Ketulusan )

Beberapa hari kemudian. Dari parkiran motor, Niko menatap restoran Padang sederhana di depannya. Ia kembali melihat ke layar hpnya untuk memastikan sesuatu.

"Kata kakak, kemungkinan besar Karin ada disini." Gumam Niko.

Kemarin malam, Elisa menepati janjinya untuk membantu mencari Karin. karena ia terlalu sibuk, ia meminta bantuan Rossa, karena anak buah kekasih Rossa sangat ahli dalam mencari informasi. Apapun itu. Namun Elisa tak mengatakan bagaimana ia mendapatkan informasi keberadaan Karin pada Niko, hal itu karena Elisa takut Niko berpikir aneh-aneh soal sahabatnya.

Niko pun masuk kedalam dengan perasaan ragu. Ragu jika Karin bekerja disini, karena tempatnya sangat sederhana. Lagi Pula, ia kerja apa di sana ? Pelayan ? Ya, itu sangat mudah di tepak pasalnya Karin belum tamat SMA, dan ia terbiasa hidup enak selama ini.

Setelah masuk ke restoran itu. Niko melirik ke sekeliling restoran. Mencari keberadaan Karin, namun ia sedikit kecewa saat ia tak menemukan Karin di sana. Namun ia tak menyerah, Niko memutuskan untuk makan di restoran itu sambil menunggu Karin. Ya, ia berharap, gadis itu ada di sana.

Saat Niko duduk, seorang pelayan restoran langsung menanyakan menunya. Setelah memesan, pelayan itu pergi untuk mengambil pesanannya.

Tak lama kemudian, seorang pelayan datang membawa pesanannya sambil berkata "Misi mas, ini pesanannya."

Niko terdiam sejenak. suara pelayan itu terdengar berbeda. Pelayan kali ini berbeda dengan pelayan yang mencatat pesanannya tadi, belum lagi suaranya terdengar tidak asing. Dan saat Niko melihatnya, ia sangat terkejut, karena ternyata pelayan yang mengantar pesanannya itu adalah Karin.

"Ya… maka…"

"Lo." Ucap Karin, kaget saat ia menyadari siapa pria yang duduk di depan meja makan itu.

Alasan Karin tidak menyadari jika.itu Niko, adalah karena penampilan Niko yang berbeda dari biasanya. Hari ini ia menggunakan baju serba hitam. Ditambah topi dan jaket kulit berwarna hitam. Ia terlihat seperti anggota gangster.

Saat Niko ingin bertanya, Karin hendak pergi. Namun Niko dengan cepat menahannya. Menggenggam tangannya dengan kuat, dan tak peduli jika sikapnya menjadi pusat perhatian.

"Eeeh… Lo mau kemana ?" Tanya Niko yang terdengar kesal. Ya, kesal karena sikap Karin selama ini, dan sekarang ia ingin pergi, jelas Niko tak semudah itu melepasnya.

"Gue… gue mau kerja." Ucap Karin.

"Gak. Lo gak boleh pergi sebelum jawab pertanyaan gue !" Ucap Niko tegas.

"Le… lepasin gue !"

"Gak, jelasin dulu ke gue."

"Jelasin apa ?"

"Jelaskan kenapa lo ngilang !"

Obrolan mereka itu membuat restoran gaduh. Seorang pria paruh baya, mendekati Karin lalu berkata "Karin, kenapa kamu malah ngobrol, bukannya kerja."

Pria itu adalah atasannya Karin. Dan saat Karin di tegur, ia terlihat takut, pasalnya ia tak mau kehilangan pekerjaan ini.

"Ma… maaf pak." Ucap Karin.

"Siapa sia ?" Tanya bis karin sambil menatap Niko dengan sinis.

"Dia teman saya kok pak." Ucap Karin.

Niko yang mendengar hal itu merasa kesal. Lalu, dengan meninggikan suaranya, ia berkata "Gak, saya pacarnya pak. Dan saya kesini buat jemput dia, karena dia udah kabur dari rumah, dan gak masuk sekolah !"

WASIAT AYAHWhere stories live. Discover now