69. MENCARI

117 2 0
                                    


69
ENAM SEMBILAN
(MENCARI)

Seorang harinya.

"Lo nolak ikut gue ke Australia karena cowok itu kan Dewi. Liat aja, gue akan buat tu cowok benci sama Lo." Ucap seorang pria.

Pria itu tak lain adalah Natan. Ia saat ini berada di dalam mobil, tepat di depan pagar rumah Aldi. Ia berniat untuk memberikan foto panasnya dengan Dewi agar pria itu semakin membenci Dewi. Hal itu Natan lakukan Karan ia sudah sangat kesal dengan sikap Dewi yang terus menolak ajakannya untuk ikut dengannya ke Australia dan melupakan Aldi.

Natan keluar dari mobil sambil membawa kotak berwarna hitam, tak lupa ia menggunakan jaket hitam, masker serta topi untuk menutupi identitasnya. Setelah sampai di gerbang rumah Aldi, Natan menekan bel, lalu tak lama Bik Mia keluar dengan terburu-buru.

"Ya, cari siapa ya mas ?" Ucap Bik Mia.

"Saya mau mengantar paket buk. Untuk Pak Aldi Kusumo." Ucap Natan.

"Oh, ya." Ucap Bik Mia sambil menerimanya paketnya. Setelah itu Natan pergi begitu saja.

Sikap  Natan itu membuat Bik Mia agak curiga. Namun ia tak begitu memikirkannya, karena ada banyak pekerjaan yang belum ia selesaikan. Jadi ia mengatakan kecurigaannya.

Bik Mia masuk lewat pintu samping. Pintu itu langsung menuju ke dapur, dan saat bik.mia sampai. Elisa ada di sana. Wanita itu sedang minum, dan saat ia menyadari kehadiran Bik Mia, Elisa melihat ke arahnya dan segera menghabiskan air minum di gelasnya.

"Apa itu Bik ?" Ucap Elisa setelah ia menghabiskan air minumnya.

"Oh, nyonya. Ini, ada orang mengantar paket buat tuan." Ucap Bik Mia.

"Yaudah, sini biar aku aja yang kasih buk." Ucap Elisa.

"Iya nyonya."

Elisa segera mengambil bok berukuran sedang itu. Setelah itu ia segera menemui suaminya yang saat itu berada di ruang kerja.

Elisa melihat pintu ruang kerja suaminya terbuka. Ia bisa melihat pria itu sedang sibuk bekerja dengan laptopnya. Elisa pun segera mengetuk pintu ruangan suaminya, dan saat pria itu melihat ke arahnya sambil tersenyum, barulah Elisa masuk.

"Mas, ini ada paket buat kamu." Ucap Elisa yang langsung meletakkan box berukuran sedang berwarna hitam itu di meja kerja suaminya.

"Ini apa ya sayang ?" Ucap Aldi sambil melirik bok hitam itu.

Panggilan baru Aldi itu membuat jantung Elisa berdebar. Ia senang. Pria itu mulai memanggilnya sayang setelah malam panas mereka 2 hari yang lalu. Ini suatu ke makian besar dalam hubungan mereka. 

"Gak tahu. Mungkin dari kantor." Ucap Elisa sambil menaikkan kedua bahunya.

Setelah itu Elisa hendak pergi, namun Aldi menahan tangannya.

"Eh… kamu mau kemana ?" Tanya Aldi.

Aldi berdiri. Ia memeluk Elisa dan mulai meraba paha mulus istrinya itu.

"Ih, mas udah lah." Ucap Elisa kesal bercampur malu.

"Mas kan gak ngapa-ngapain. Kenapa kamu kesal gitu." Ucap Aldi dengan wajahnya yang sok polos.

"Aku tahu kalau mas gini pasti lagi kepengen kan." Ucap Elisa kesal.

Ya, Elisa memang sedikit kesal dengan suaminya. Pasalnya selama dua hari ini ia kesulitan berjalan dan tidur akibat harus melayani suaminya. Padahal resepsi pernikahan mereka tinggal 3 hari lagi, tapi ia kesulitan berjalan karena ulah suaminya.

"Gak kok. Mas lagi pengen manja-manjaan sama kamu aja. Sayang."  Ucap Aldi manja lalu memendamkan wajahnya ke leher Elisa.

Mendengar hal itu Elisa terdiam. Ia tak menolak sama sekali meskipun tubuhnya lelah. Namun tiba-tiba, Elisa mendengar hpnya berbunyi, ia pun segera melepas pelukan Aldi.

"Eh, ada yang telpon. Bentar ya mas." Ucap Elisa lembut sambil mengelus pipi suaminya.

"Jangan lama-lama ya." Ucap Aldi.

Sebenarnya Aldi agar berat melepas Elisa. Namun ia yakin Elisa akan kembali dengan cepat, lalu kali ini ia tak akan melepaskan suaminya lagi.

Setelah kepergian Elisa, Aldi melihat bok hitam itu. Lalu segera membukanya. Saat bok itu terbuka, Aldi hanya terdiam tanpa ekspresi di wajahnya saat melihat isi dari box itu.

***

Tasya saat ini sedang duduk di kursi bar mini di apartemen miliknya. Ia terlihat kesal saat menelepon seseorang.

"Maaf kakak. Hari ini gue gak bisa datang ke apartemen kakak."  Ucap si penelepon, yang  tak lain adalah Niko.

"Emang Lo ada urusan apa ?" Ucap Tasya.

"Itu… ada pelajaran tambahan di sekolah Kakak." Ucap Niko.

"Heh ? Tumben banget."

"Iya kakak, soalnya kan bentar lagu ujian kenaikan kelas."

"Bisa gak lo bolos hari ini. Kita jalan bareng, setelah kamu deh lo kemana." Ucap Tasya yang terdengar seperti memohon.

Tasya dan Niko memang sudah semakin dekat. Mereka kerap menghabiskan waktu bersama, tidak untuk hal-hal aneh. Mereka hanya duduk, mengobrol, main game, atau pun memasak bersama. Dan itu membuat Tasya nyaman.

Selain itu, sikap dan kepribadian Niko sangat berbeda dengan semua pria yang mendekatinya. Niko mendekatinya bukan karena ada maunya. Ia juga tak tertarik padanya karena kekayaan, kecantikan apalagi dengan tubuhnya. Mereka hanya dengan begitu saja. Mengalir seperti air di sungai. 

"Maaf kakak, gak bisa. Udah dulu ya kakak." Ucap Niko lalu mematikan telponnya.

"Gula, di matiin dong telpon gue !" Ucap Taysa kesal, lalu menatap layar hpnya yang menunjukkan telponnya dengan Niko telah terputus.

"Dulu gue sering mainin perasaan cowok. Sekarang gue ngerasa kena karma deh. Mana gue suka sama anak SMA lagi !" Batin Tasya. Ya, Tasya mulai menyukai Niko.

Di waktu yang sama namun di tempat berbeda, Niko sedang menatap rumah kontrakan yang Katin dan keluarganya tinggal. Niko datang kesana untuk mencari tahu keadaan Karin saat ini.

Sebenarnya Niko enggan melakukan hal itu. Namun ia tak bisa berhenti memikirkan keadaan Karin. Ia merasa cemas dan khawatir karena gadis muda itu menghilang tanpa kabar, padahal biasanya Karin selalu berkeliaran di sekitarnya. Berusaha keras mencari perhatiannya. Hal itu membuat Niko merasa agak aneh saat Karin tidak ada di sekelilingnya. Niko agak sulit menggambarkan perasaannya pada Karin itu seperti apa, tapi yang jelas saat ini ia merasa kehilangan.

"Tu cewek ada di rumah, atau… kabur ya." Batin Niko.

Niko menghembuskan nafas kasar. Lalu ia mulai bertanya pada orang-orang sekitar soal Karin. Kalau mau bertanya pada ibu Karin, Niko agak takut, soalnya ibu Karin sangat pemarah. Jadi untuk menghindari pertengkaran yang tidak diperlukan, Niko memilih bertanya pada warga di sekitar rumah Karin. Berharap mereka tahu keberadaan Karin.

Setelah Niko bertanya pada beberapa orang, mereka malah bilang "tidak melihat Karin selama beberapa hari ini". Mendengar hal itu Niko menjadi semakin khawatir pada Karin.

WASIAT AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang