✿good night my girl✿

568 64 8
                                    


Annyeong yeorobun, maaf seminggu gak update bukan di sengaja tapi kemarin aku lagi sakit. Kena cupit guys🥺🤧 jadi aku gak main HP fokus pengobatan dulu.

Terus waktu sudah sembuh malah trauma ku kembali. Aku tiba-tiba kepikiran sama musibah yang sudah berlalu, sekitar 2 tahun yang lalu. Jadi otakku gak bisa di ajak kerja sama, karena gak mau nulisnya acak acakan apa lagi ini chapture terakhir jadi aku tunda sampai trauma ku tuh hilang. Gak hilang total sih, tapi setidaknya gak separah kemarin. Kalian pernah gak?

Jadi aku mau minta maaf🥺

Oke selamat membaca😙





















Suara tongkat dan lantai beradu nyaring di koridor rumah sakit, senyum dari remaja yang memakai tongkat itu terlihat jelas bertanda ia sedang berbahagia sekarang.

Di tangan remaja itu ada piagam dan bunga yang ia baru beli untuk gadisnya. Hari ini adalah hari di mana ia akan mengungkapkan perasaan di hari kemenangannya.

Ya, Haechan akhirnya bisa mewujudkan mimpinya memenangkan audisi itu dan akan berkarir menjadi penyanyi solo. Suatu kebahagiaan yang tidak bisa ia katakan dengan kata kata.

Rasa gugup menyelimutinya, kira kira bagaimana reaksi Giselle ketika ia mengungkapkan perasaanya nanti? Haechan kembali tersenyum, ia tidak bisa membayangkan.

Langkah Haechan memelan ketika melihat banyak perawat lalu lalang di depan ruangan Giselle, ruangannya dulu.

"Permisi, ini ada apa ya? " Tanya Haechan pelan kepada seorang perawat wanita yang nampaknya sedang kebingungan.

"Ah, anda keluarga dari Aeri?" Tanya perawat itu kepada Haechan membuat Haechan mengeritkan dahinya.

Perawat itu mengerti, bukan Haechan keluarga pasiennya. Ia menghela nafas.

"Kita sudah beberapa kali mencoba menghubungi keluarga Aeri tapi tidak ada satupun jawaban"

Perawat wanita lain mengangguk "Aku tidak mengerti dengan keluarga gadis itu, bahkan yang membawanya ke rumah sakit adalah asisten rumah tangga dan aku tidak pernah melihat keluarganya menjengguknya. Kasihan sekali"

"Ya, pegawai administrasi juga pernah bilang mereka hanya sering di kirimi uang atas namanya, tapi tidak pernah ada orang yang datang langsung membayar administrasi gadis itu. Dia seperti tidak di urus keluarganya padahal ia sakit keras"

Haechan tidak mengerti, setega itukah keluarga Giselle? Bahkan untuk membayar administrasi saja mereka tidak pernah datang langsung atau menanyai keadaan anaknya, mereka gila, Haechan tidak habis pikir.

"Maaf, kenapa kalian mencari keluarga Aeri? Ada sesuatu yang terjadi? " Tanya Haechan kepada dua perawat itu.

"Aeri baru saja di nyatakan meninggal dunia setelah kritis selama beberapa jam"











Kaki Haechan melangkah berlahan memasuki ruangan yang ia rasa lebih dingin dan gelap dari hari terakhir ia kunjungi.

Haechan sedari tadi menunduk menahan air mata yang ingin keluar dari kelopak matanya, ketika langkah kakinya sampai pada brankar seorang gadis ia mendongak.

Di atas brankar tergeletak tubuh yang telah kaku dan dingin, tubuh itu di tutupi kain putih polos dan hanya wajah yang terlihat.

Infus dan alat alat lain masih terlihat di dekat brangkarnya,  menandakan alat alat itu bekas di gunakan dan baru saja di lepas.

Haechan menatap wajah polos itu, bibirnya pucat dan matanya tertutup dan sayangnya mata cantik itu akan tertutup untuk selama lamanya.

Rasanya dunia Haechan seakan runtuh begitu saja, harapan yang ia bangun dengan indah lenyap tak tersisa. Ia kira hari ini akan menjadi hari terindah baginya, namun nyatanya Tuhan berkehendak lain.

MEET TO PARTWhere stories live. Discover now