3 : Perempuanku.

37 14 0
                                    

"Lea! Buka matamu!"

Meskipun pada awalnya Alea merasa ragu, kini ia memberanikan diri untuk membuka kedua matanya. Betapa terkejutnya ia ketika ia melihat pemandangan yang sangat indah lewat paralayang. Ia menoleh sekilas ke arah ku dan tersenyum senang. "Terima kasih, Cakra. Aku suka kejutanmu," ucap Alea. Melihat senyuman dari gadis yang ku sukai ternyata dapat mendatangkan kebahagiaan untukku. Ku bawa ia mengitari pemandangan Puncak dengan menggunakan paralayang. Sejak ia pertama kali membuka kedua matanya, ia tak pernah sebahagia ini.

Setelah berkeliling dengan puas, kami pun segera mendarat dengan tenang. Seorang pria menghampiri ku dan membantu ku untuk melepas perlengkapan keselamatan, begitupun dengan Alea yang kini dibantu oleh seorang wanita. "Abis ini kita mau kemana lagi?" tanya ku. Alea menoleh ke arah ku dan kembali fokus melepaskan perlengkapan keselamatannya. Ia menjawab, "Ada deh, gak jauh dari sini kok".

Sebelum ia mengajakku pergi ke suatu tempat, ia sempat mengucapkan terima kasih kepada orang-orang sekitar yang membantunya. Kami pun berjalan menuju area parkir dan segera menaiki motor ku. "Kita ke Cipanas, ya? Nanti aku kasih tau arahnya," ujar Alea. Apa rencananya untuk mengajakku ke Cipanas? Apakah ada sesuatu yang ingin ia menyiapkan sesuatu?

Lima belas menit kemudian, kini kami berdua telah tiba di sebuah Villa. Suasana di sekitar Villa tersebut nampak sepi, namun meskipun begitu area Villa ini terlihat bersih dan rapih. Alea lalu turun dari motor ku dan menyuruhku parkir di halaman Villa tersebut. Karena rasa penasaran terus menggelitiku, aku pun bertanya kepada Alea.

"Kita ngapain ke Villa? Ini Villa punya siapa?"

"Punya aku hehe, udah ikut aja sini"

Alea menggandeng tangan ku dan membawa ku ke halaman belakang Villa ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alea menggandeng tangan ku dan membawa ku ke halaman belakang Villa ini. Namun, hal pertama yang ku lihat adalah sebuah taman bunga yang bervariasi. "Ini punya kamu?" tanya ku. Gadis itu mengangguk bersemangat. Ia berujar, "Aku sengaja ajak kamu kesini biar kita bisa rehat sejenak dari hiruk pikuk kehidupan kota".

Karena inisiatif diriku sendiri, ku putuskan untuk membantu Alea memetik beberapa tangkai bunga yang terlihat masih segar. "Cakra... Kamu suka bunga gak sih?" tanya Alea seraya memetik bunga mawar. Aku menjawab, "Suka, banyak orang yang nganggep aku aneh karena suka bunga. Padahal bunga itu indah," Aku pun melangkahkan kaki ku menghampiri Alea yang tengah fokus memetik.

Ku selipkan beberapa helai rambut yang menghalangi wajah Alea ke belakang telinga dan kemudian menyelipkan setangkai bunga azalea yang telah ku petik. Aku berkata, "Kamu gini aja cantik, apalagi kalo pake mahkota bunga". Terlihat kini pipinya nampak merah merona, sama seperti bibirnya. Itu membuat ku gemas terhadapnya. Setelah puas menjahilinya, aku pun melanjutkan aktivitas ku untuk memetik beberapa bunga dan menaruhnya ke dalam keranjang.

Lima belas menit telah berlalu, kami berdua memutuskan untuk beristirahat sejenak di dalam Villa milik Alea. "Ini gak ada yang rawat Villa ini?" tanya ku. "Ada pembantu dua sama satu satpam. Cuman mereka semua lagi pada cuti," jawabnya. Alea lalu pergi menuju dapur dan mencari-cari bahan masakan yang bisa ia masak, sementara aku memutuskan untuk menunggunya di ruang tamu.

[✓] Bunga Terakhir ¦¦ Sano Shinichiro.Where stories live. Discover now