4 : Waktu.

34 15 2
                                    

Cakra dan Alea kini tengah berkencan di sebuah taman dan menikmati suasana yang tenang. "Kamu kapan konsul lagi ke rumah sakit?" tanya Cakra. Alea terdiam dan berpikir, ia lalu membuka ponselnya dan melihat ke arah kalender. "Harusnya besok si, tapi gak tau juga" cetus Alea. Kini Alea bertanya pada Cakra, "Kondisi kamu gimana sekarang?". Cakra menengadahkan kepalanya ke arah langit, ia menghembuskan nafasnya dengan berat. "Masih sama, gak ada perkembangan. Aku masih sering kesusahan buat nafas," timpal Cakra.

Alea kemudian mengusap tangan Cakra dengan lembut, seolah-olah itu menjadi sebuah isyarat bahwa semuanya akan baik-baik saja. "Kamu gak sendiri, ada aku disini. Aku bakal temenin kamu sampe kamu bener-bener sembuh," tukasnya. Cakra lalu mengusap kepala Alea dengan penuh perhatian, ia merasa betapa beruntungnya dia karena dapat memiliki sosok gadis hebat disisinya.

Cakra berkata, "Kamu ini ya... Pandai sekali membuat ku bahagia" Alea terkekeh mendengarnya, meskipun terkesan menggelikan namun hal itu membuatnya bahagia. Alea kemudian bangkit dari kursi taman dikarenakan ia haus, ia menolak untuk ditemani oleh Cakra karena ia tidak mau merepotkannya. "Minumannya disamain aja nih?" tanya Alea. Cakra hanya mengangguk.

Alea lalu pergi menuju vending machine yang sedikit lebih jauh dari tempat dimana Cakra berada. Setibanya di hadapan vending machine tersebut, Alea memasukkan uang sebesar sepuluh ribu rupiah dan menekan tombol minuman teh. Setelah vending machine itu mengeluarkan dua botol teh, Alea pun segera mengambilnya dan pergi menghampiri Cakra.

"Ini gapapa kan ya kalo Cakra minum?" gumamnya sembari memperhatikan dua botol yang ia pegang dengan kedua tangannya. Terlihat di depan sana Cakra tengah menunggunya, Alea yang baru saja akan melangkahkan kakinya menuju Cakra terhenti begitu saja. Jantung dia kini terasa sangat sakit, kedua botol teh yang ia pegang jatuh begitu saja dan membuat Alea berlutut karena kesakitan.

Play : Rizky Febian - Hingga Tua Bersama.

Cakra yang menoleh ke arah kiri dan mendapati Alea yang tengah berlutut merasa panik. Sebelum ia meraih tubuh Alea, gadis itu pingsan begitu saja. Tanpa berpikir dua kali, Cakra kemudian menggendong tubuh Alea dan berlari menuju rumah sakit terdekat. Ia bahkan tak peduli dengan nafasnya yang kini terengah-engah dan bahkan paru-paru nya yang terasa sakit. Pikirannya kini dipenuhi dengan Alea, apapun ia akan lakukan demi gadis yang ia cintai.

Setibanya di rumah sakit, Alea segera dibawa menuju ruang ICU. Sementara itu, disisi lain tubuh Cakra terasa lemas. Ia merasakan pengap, ia kini mulai kesulitan untuk bernafas. Seorang Dokter yang sadar akan kondisi Cakra kemudian menyuruh beberapa perawat yang tengah berjaga untuk membawanya ke ruang ICU menggunakan brankar.

Setibanya di ruang ICU, seorang perawat memasangkan sebuah nebulizer agar Cakra dapat bernafas. Cakra melihat ke arah kanannya dan mendapati Alea yang tengah tak sadar diri. Tangan Cakra berusaha untuk meraih Alea, namun dikarenakan ia terlalu lemas, ia pada akhirnya pun pingsan.

***

Setelah tak sadarkan diri selama tiga hari, kini Cakra dipindahkan ke kamar rawat. Tentu saja Alea pun begitu, kamar mereka kinj bahkan bersebelahan. Hal pertama yang ia tanyakan kepada Emma dan Mikey adalah dimana Alea dan Izana, Mikey menjawab bahwa Cakra tak perlu lagi mengkhawatirkan Alea karena gadis itu telah dipindahkan ke ruang rawat inap di sebelah kamarnya. Sementara Emma menjelaskan bahwa Izana tidak datang dikarenakan Izana sedang menginap di rumah temannya.

Sejenak wajah Cakra terlihat kecewa, namun karena ia tidak mau kedua Adiknya menyadari hal tersebut maka ia segera mengatur ekspresinya. Cakra kemudian beranjak dari tempat tidurnya dan berkata bahwa dia ingin menemui Alea. Emma berujar, "Tapi kan.. Kak Cakra belom pulih sepenuhnya" Cakra menoleh ke arah Emma dan tersenyum tipis. Ia kemudian keluar dari kamarnya dan masuk ke dalam ruang kamar rawat Alea.

[✓] Bunga Terakhir ¦¦ Sano Shinichiro.Où les histoires vivent. Découvrez maintenant