Alternative Ending : Abadi.

55 12 4
                                    

Play : Banda Neira - Sampai Jadi Debu.

Sebulan telah berlalu sejak Cakra melamarku pada saat kami berdua tengah bertukar janji untuk saling sembuh bersama. Meskipun kondisi kami berdua semakin hari semakin memburuk, namun kami tetap memaksa kepada keluarga kami untuk tetap menikah. Tak apa meskipun kami hanya menikah di rumah sakit pun.

Dibantu oleh Tante Delima dan yang lain, aku kini bisa bebas menggunakan dress putih pernikahan ku. Tak hanya itu, berkat MUA yang pandai meriasku kini aku tak lagi terlihat pucat seperti biasanya. Setelah selesai persiapan, brankar ku kini didorong masuk menuju kamar inap Cakra.

Sejujurnya sekarang aku terpukau melihat penampilan Cakra yang terlihat berbeda. Dengan tuxedo hitam putihnya serta sedikit sentuhan pewarna bibir, ia terlihat seperti orang sehat dan normal. Ayahku meraih tanganku dan mempersatukannya dengan tangan Cakra. Seorang pendeta yang kini berada di hadapan kami pun seger memulai upacara pernikahan kami berdua.

"Saya mengambil engkau menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."

"Saya mengambil engkau menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."

Setelah saling bertukar janji, pendeta tersebut menyuruh kami saling bertukar memasangkan cincin dijari manis kami. Cakra meraih tanganku dan memasangkan sebuah cincin yang terlihat cantik, begitupun dengan aku yang memasangkan cincin dijari manisnya. Semua orang yang berada di dalam ruangan terlihat tersenyum haru.

Tempat tidur kami pun disatukan oleh perawat, hal ini membuat jarak diantara kami terkikis. Pendeta tadi menyuruh Cakra untuk menciumku, hal itu tentu saja membuatku gugup. Cakra pun memegang pipi kanan ku dan menarik wajahku tepat di hadapan dia, refleks ku pejamkan kedua mata ku dan menikmati ciuman hangat dari suami ku ini. Rasa bahagia kini menyelimuti seluruh tubuh ku, bahkan rasa sakit dijantung ku pun seolah-olah menghilang begitu saja.

"Yeay pasutri baru!"

"Selamat ye, Bang."

"Jagain istri lo baik-baik,"

"Cucu Kakek udah nikah sekarang, gak kerasa."

Kami melepas ciuman kami dan tertawa bahagia. Kedua orang tua ku, Tante Delima dan juga Om Febi hadir di acara pernikahan ku. Meskipun kami tidak bisa menikah di gedung-gedung mewah atau yang lain, aku tetap bersyukur karena aku dapat saling bertukar janji dengan pria yang ku cintai. Semua orang yang hadir disini terlihat bahagia, terkadang mereka membicarakan hubungan kami yang terlihat manis.

***

Kini malam pun telah tiba, kami berdua masih mengenakan baju pernikahan kamj sejak tadi. "Cakra... Aku masih gak percaya kalo sekarang kita udah menikah, rasanya aneh ya?" lirihku. Ia menjawab, "Tentu, karena kamu belum beradaptasi. Lama kelamaan juga kamu bakalan terbiasa,".

"Jika suatu saat kita terlahir kembali, bolehkah aku meminta untuk menjadi pendamping hidup kamu?" tanya ku. Cakra tersenyum dan mengecup singkat dahiku. "Tentu saja boleh, dan bila suatu hari itu terjadi, aku berharap kita berdua diciptakan sebagai manusia yang sehat dan normal" timpalnya.

Mendengar hal tersebut membuatku meneteskan air mata bahagia ku. Cakra yang sepertinya menyadari aku meneteskan air mata segera menarik tubuhku ke dalam pelukannya. Aku berkata lirih, "Kayaknya aku bakal pergi duluan deh, gak tau kenapa aku berhalusinasi ada dua makhluk di hadapanku sekarang". Cakra semakin menguatkan pelukannya kepadaku.

"Ternyata kita sama ya, Lea. Pandangan aku mulai kabur, aku gak bisa liat apa-apa lagi" timpal Cakra. Ah sepertinya aku dan Cakra akan pergi bersama menuju surga. Perlahan kesadaran ku mulai meredup. Hingga pada akhirnya aku terbangun dari raga ku dan menatap Cakra yang baru saja keluar dari raganya.

Suami ku kini menghampiri ku dan memeluk tubuhku. "Pada akhirnya ternyata kita bakalan pergi bersama. Tulang rusuk yang selama ini aku cari ternyata ada dikamu, dan bakalan tetep pulang ke rumah yang seharusnya" bisiknya. Ku lepaskan pelukan ku dan tersenyum manis. Aku pun mengulurkan tanganku ke arahnya, "Ayo kita terbang, tempat kita bukan disini lagi," ajakku.
Cakra pun menerima uluran tangan ku dan ikut terbang bersama ku menembus jendela.

***

Setelah keluarga Baskara serta keluarga Askara mengetahui bahwa Cakra dan Alea telah meninggal dunia, mereka pun segera mempersiapkan segala hal. "Makamnya katanya mau disatuin aja? Biar Mikey sama Bang Iz yang gali kuburannya deh," ucap Mikey. "Eh, Om gak diajak? Om Febi juga mau gali kuburan mereka" timpal Febi.

Sementara itu, jenazah Cakra dan Alea dalam kondisi yang sama seperti semalam. Bahkan Alea kembali diberi make up di wajahnya. "Ternyata cinta sehidup semati itu beneran ada ya, Draken. Cemburu deh aku sama mereka," lirih Emma. Draken lalu mengusap kepala Emma dan tersenyum, "Semoga aja ya kita di masa depan kayak mereka, pergi ke surga berdua" ucap Draken.

Tak lama kemudian, peti mati Cakra dan Alea telah tiba di taman pemakaman umum. Setelah selesai menggali kubur, kedua peti mati itu diturunkan perlahan-lahan hingga menyentuh tanah. Semua orang sibuk menyanyikan lagu rohani untuk Cakra dan Alea. Mikey, Izana, dan Febi pun mulai menguburkan peti mati mereka berdua.

"Selamat jalan Alea dan Cakra!"

"Dadah Kakak-kakaknya Emma!"

"Rest in love kalian berdua!"

Impian Alea untuk menikah dengan Cakra dan memilih dimakamkan bersebelahan dengan Cakra terlaksanakan dengan baik. Begitupun dengan Cakra, ia ingin sekali menikah dengan Alea dan menghabiskan waktu terakhirnya bersama-sama. Kali ini tak ada lagi perpisahan diantara mereka berdua, bahkan maut pun berpihak pada mereka agar meninggal bersama.

Dari atas awan sana, Alea dan Cakra tersenyum melihat keluarga mereka berdua akur. Kini mereka dapat pergi dengan tenang menuju surga.

The End.

───────────────────────────────

hai! aku cuman mau ngasih tau kalo aku mau rehat bentar setelah nyelesaiin ff ini.
ada yg suka demon slayer? nanti pas aku balik ke akun ini, aku ada rencana bikin ff giyu tomioka. anw thankyou yang udah baca, see u di karyaku selanjutnya!

🎉 Kamu telah selesai membaca [✓] Bunga Terakhir ¦¦ Sano Shinichiro. 🎉
[✓] Bunga Terakhir ¦¦ Sano Shinichiro.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang