23

872 173 7
                                    

Gugup, gelisah, cemas, entah kata apalagi yang dapat menggambarkan perasaan Suhyeok sekarang. Nyalinya nyaris menciut.

Menjemput Namra di apartemennya adalah hal ternekat yang pernah ia lakukan. Dulu Namra pernah bercerita kalau ibunya selalu menilai orang dari prestasi dan keluarganya. Dan tidak ada yang bisa Suhyeok banggakan dari keduanya.

 Dan tidak ada yang bisa Suhyeok banggakan dari keduanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sistem keamanan apartemen Namra sangatlah ketat. Sesuai aturan bertamu, Suhyeok harus melapor pada satpam lalu satpam menyampaikan pada penghuni untuk disetujui atau tidak. Untungnya diperbolehkan karena jelas itu Namra. Setelah itu Suhyeok diberikan kartu akses untuk naik lift yang hanya bisa menuju lantai di mana Namra tinggal.

Begitu sampai di depan pintu apartemen Namra, Suhyeok cuma berdiri mematung. Untuk sekedar menekan bel pintu, ia terus ragu-ragu. Butuh hitungan menit sampai Suhyeok benar-benar melakukannya.

Tak perlu menunggu lama pintu terbuka oleh seorang wanita yang Suhyeok yakini adalah ibunya Namra.

"Siapa?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Siapa?"

Belum juga Suhyeok menjawab, Namra lebih dulu keluar. Melewati ibunya dan memegang tangan Suhyeok yang serasa membeku. 

"Pacar," jawabnya.

Lalu sengaja menyeret Suhyeok pergi secepat mungkin sebelum ibunya bertanya lebih banyak lagi.

"Pergi dulu Ma, pulangnya nggak sampai malam."

Terburu-buru langkah Namra agar ibunya tidak punya kesempatan untuk bicara. Sementara Suhyeok masih sempat berpamitan canggung.

"Permisi, tante," ucapnya terbata.

Rasanya campur aduk, ada yang menggelitik ketika Namra menyebutnya pacar. Terlebih penampilan Namra yang berbeda.

Menurut Suhyeok, Namra yang membawanya menuju lift untuk turun terlihat cantik sekali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Menurut Suhyeok, Namra yang membawanya menuju lift untuk turun terlihat cantik sekali.

"Lihat jantung gue rasanya mau meledak."

Sengaja Suhyeok taruh tangan Namra di dadanya. Namra harus tahu yang ia rasakan.

Tapi Namra justru tertawa.

"Nggak apa-apa," katanya menenangkan.

"Kenapa nekat?" heran Suhyeok.

Ia memang khawatir, tapi ia yakin Namra telah memperhitungkan semuanya. Terlihat dari Namra yang tampak santai.

"Mama nggak akan marah."

"Yakin?"

"Nggak."

Lagi-lagi Namra tertawa setelah jawabannya membuat Suhyeok merengut.

"Dulu, nyokap gue punya cinta pertama waktu SMA. Anak basket, anggota geng motor, suka berantem, rasanya familiar kan?"

Tentu itu mengingatkannya akan Suhyeok.

"Tapi gue bukan anggota geng motor."

Masih sempat Suhyeok protes. Tapi ia juga penasaran bagaimana Namra bisa tahu.

"Tau dari mana?" tanyanya.

"Nggak sengaja baca diarynya waktu SMA."

Waktu pertama tahu, Namra hampir tidak percaya. Ternyata ibunya punya sisi lain dibalik sikapnya yang keras.

"Dan lo tau? Yang kita lakukan sekarang pernah nyokap gue lakukan sama pacarnya dulu. Semua tertulis di buku hariannya. Gue nyontek."

Ini yang menurut Namra lucu. Terbayang wajah kaget neneknya dulu mungkin sama persis dengan wajah ibunya sekarang.

"Pacar gue kenapa pinter banget," puji Suhyeok.

Rupanya Namra memang punya strategi untuk menaklukkan hati ibunya.

"Sekarang kita mau ke mana?" tanyanya.

Namun Namra justru menggeleng, ia belum memikirkannya.

"Nggak mungkin ikut Woojin karaoke, mereka nggak jadi pergi karena Daesu nggak mau kalau Woojin nggak ngajak kakaknya."

Itu yang Suhyeok tahu dari status galau Daesu tadi pagi.

"Jalan aja dulu," pinta Namra. Karena ia tahu Suhyeok memang membawa motornya.

"Oh ini motor yang dulu digembok guru BK," sindirnya.

"Oh ini motor yang dulu digembok guru BK," sindirnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Kenapa diingat terus," protes Suhyeok.

Saat ia memakaikan helm pada Namra, saat Namra naik motornya, saat angin menerpa mereka, rasanya nyaman.

Dan ini juga pengalaman pertama Namra membonceng motor. Ternyata seru juga.

"Pernah boncengin siapa aja pakai motor ini?" tanyanya. Setengah berteriak karena ternyata motor Suhyeok berisik sekali.

"Gwinam."

Jawaban yang tidak Namra harapkan.

"Ih nyebelin."

Mau bagaimana lagi, Suhyeok dan Gwinam memang pernah berteman dekat dulu.

Setelah lelah berputar-putar tanpa tujuan, mereka akhirnya berhenti di restoran ayam goreng Cheongsan.

Setelah lelah berputar-putar tanpa tujuan, mereka akhirnya berhenti di restoran ayam goreng Cheongsan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kenapa kalian harus pacaran di sini?" protes Cheongsan.

"Kita adalah pelanggan," jelas Suhyeok. Masa mereka dilarang datang.

Cheongsan memilih untuk tak menggubrisnya. Karena ia memang sedang kesal sendiri setelah ditinggal Onjo pergi dengan Isak.

BodyguardWhere stories live. Discover now