Bagian kesembilan : Bianglala

1.1K 174 64
                                    

Cia hari ini mau pergi belanja bulanan dengan sang bunda, ayah tidak bisa mengantarkan karena setelah makan siang tadi beliau berangkat kembali ke kantornya. Mas Darren juga belum pulang sekolah.

Tok.. Tok.. Tok..

"Adek udah siap belum, sayang?"

Saat mendengar suara sang bunda, Cia buru-buru keluar kamar.

"Udah bunda, hehe"

"Cantiknya anak bunda, berangkat sekarang ya? Takutnya nanti makin kesorean"

"Iya bun, ayo"

Kedua wanita berbeda usia itu segera turun kelantai dasar. Bunda sudah sedari tadi memanasi mobil, sekarang tinggal pakai saja.

"Jangan lupa sabuk pengamannya, sayang"

"Sudah bunda, let's go kita belanja"

"Goooo"

Didalam mobil mereka habiskan waktu dengan mendengarkan musik. Sesekali bernyanyi. Bundanya asik juga.

Mereka saat ini berhenti di lampu merah, dari arah luar jendela ketika Cia dan bunda sedang asik mengobrol, berdiri anak laki-laki yang Cia ketahui pengamen jalanan.

Cia menoleh pada sang bunda yang mendapat anggukan dari wanita dewasa itu.

"Adek ambil aja dari dompet bunda"

"Berapa bun?"

"Terserah adek. Ambil aja"

Cia mengambil selembar uang lima puluh ribuan dari dompet sang bunda, lalu menurunkan kaca mobil itu.

"Kak, ini enggak kebanyakan?"

"Enggak kak, itu buat kakak ya"

"Terima kasih banyak ya kak"

"Sama-sama"

Setelah anak laki-laki itu pergi, Cia baru menutup kaca mobilnya. Lampu sudah berubah hijau.

"Anak bunda baik banget, makasih ya sayang"

Tangan kirinya mengelus sebentar puncak kepala putrinya.

"Bunda juga baik. Terima kasih bunda"

"Sama-sama sayang"

30 menit perjalanan yang sesekali mereka selingi dengan obrolan, akhirnya sampai juga. Setelah memarkirkan mobilnya, bunda dan Cia segera masuk kedalaman pusat perbelanjaan.

"Bunda kita mau cari apa dulu nih?"

"Bahan dapur dulu yuk. Bagian sana"

Trolli yang tadinya kosong sekarang sudah terisi penuh dengan bahan-bahan dapur yang bunda beli. Bukan hanya itu, peralatan mandipun juga.

"Cia butuh apa? Mumpung kita masih disini nih"

"Cia butuh snack, bun. Hehe"

"Lucu banget sih dek, ayo kesana"

Kalo seperti ini mereka tidak terlihat seperti ibu dan anak. Malah terlihat seperti kakak dan adik. Bunda belum terlihat seperti ibu-ibu anak dua. Bahkan anak-anaknya sudah besar-besar.

Setelah mengambil apa yang diinginkan gadis itu, sepasang ibu dan anak itu segera menuju kasir untuk menotal semuanya belanjaannya.

Anterannya tidak panjang amat, tapi yang membuat lama orang-orang didepannya ini belanjanya sama banyaknya dengan sang bunda.

Gadis itu merasa bosan, mengitarkan pandangan siapa tau ada hal lucu yang bisa menghiburnya. Cia membulatkan matanya ketika melihat Jeno, kakak SMP yang gadis itu temui usai olimpiade beberapa hari lalu.

True Love (GS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang