Hujan Ke_25

132K 12.2K 725
                                    

Aku nggak akan bosen-bosen minta tolong buat spam komen

Bantu Karang - Launa nyari penerbit dengan spam komen yang banyak

Bisa yuk 1000 komen per part

Happy reading

*
*
*
*
*

Jangan menghilang
berdirilah di tempat dimana aku bisa melihatmu
karna kamu tak akan mengerti
bagaimana rasanya aku
yang selalu menyeka lembab hujan di sudut gelap mataku

Jangan menghilangberdirilah di tempat dimana aku bisa melihatmukarna kamu tak akan mengertibagaimana rasanya akuyang selalu menyeka lembab hujan di sudut gelap mataku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

* * * * *

Mendapat serangan mendadak, membuat Andira terdiam mematung. Birai merah tipisnya hanya bisa mengelu pasrah. Wanita cantik itu diam terpaku. Ucapan sang buah hati seolah-olah menghujam kesanubarinya.

Brak...

Biru melempar gunting yang ia dapat dari dalam tas selempang yang menggantung di sisi kiri tubuh, tepat kehadapan Andira.

"Itu gunting Ma. AMBIL...!!! Bunuh Mas Karang sekarang!!!"

Karang melotot tajam ke arah Biru yang masih memapahnya dengan kuat. Ia seakan tak percaya jika Biru, Adik yang ia kenal mempunyai tata krama baik dan sopan, tega mengatakan sesuatu yang bisa menyakiti hati orang tua mereka.

"Jangan bunuh dia secara perlahan. Itu menyakitkan. Dia bukan robot. Tubuhnya nggak terbuat dari besi yang nggak bisa merasakan sakit. Dia manusia. Yang bisa merasakan sakit. Sama seperti kita."

"Biru stop!" Seru Karang dengan suara parau.

"Memang benar Om Pradikta yang mukul Mas Karang. Tapi apa Mama sadar? Cara mama memperlakukan Mas Karang, jauh lebih menyakitkan dari pukulan Om Pradikta."

"Sampai kapan Ma? Sampai kapan, Mama hanya menganggap dia seperti sampah? Sampai kapan Mama menganggap Mas Karang hanya aib buat hidup Mama? SAMPAI KAPAN...?!!"

"BIRU. STOP...!!!"

Dengan cepat Biru menoleh ke wajah Saudaranya, "Lo juga diam. Gue belum selesai...!!!"

"Tapi nggak gini Ru."

"TERUS GIMANA? LO NERIMA AJA, DI PERLAKUIN KEK GINI..? HAH...?! DASAR BODOH...!!!"

Brughh...

Karang terjatuh. Ia memaksa melepaskan diri dari pegangan Biru. Tubuhnya jatuh kelantai karena terlalu sakit  untuk  menahan bobot tubuhnya dengan seimbang.

"Mas Karang." Mbok Jum segera menghampiri tubuh Karang yang terkulai lemas.

Demikian pula dengan Andira yang berdiri tak jauh dari mereka. Tubuhnya wanita itu reflek bergerak, seolah-olah ingin menangkap tubuh putranya yang terkulai lemah dengan banyak luka di sekujur tubuh.

Aku Tak Membenci Hujan [ TERBIT ]Where stories live. Discover now