Hujan Ke_35

126K 11.2K 715
                                    


YUK SUPPORT 1K FOLLOWER

Sebelum baca jangan lupa vote
dan ramaikan kolom komentar.

Aku lihat pembaca bertambah, tapi
sepi notif
sedih banget..

Paling tidak hargailah para Author dengan memberi tanda bintang 🥰

happy reading

*
*
*
*
*
Terkadang senyum tak hanya cara
Untuk sembunyikan luka
Namun senyum terkadang
Cara untuk bertahan
Dari bahagia yang tersisa.

*****Terkadang senyum tak hanya caraUntuk sembunyikan lukaNamun senyum terkadangCara untuk bertahanDari bahagia yang tersisa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

* * * * *

Launa terisak. Di sebuah sudut ruangan tanpa penerangan, ia memeluk kedua lututnya meringkuk.

Ia menatap ponselnya begitu lekat. Berharap Karang akan segera menghubungi selepas tiga puluh panggilan sudah ia layangkan. Tak terhitung pula pesan yang ia kirimkan, namun Karang tetap tak memberi jawaban.

Rongga di dada terasa penuh sesak oleh rasa khawatir yang tak henti-henti. Jika ia bisa melakukan sesuatu, mungkin hatinya tak akan sesakit ini. Namun apa yang bisa ia lakukan? Mengadu pada Thalia dan yang lain pun terasa mustahil.

Sesekali Syerlo menyambangi si buah hati. Namun wanita itu juga tak punya keberanian sekedar untuk menanyakan tentang tangis putrinya. Ia membiarkan saja Launa menangis, mungkin itu bisa sedikit meringankan beban di hatinya.


* * * * *

"Saya akan membawanya pulang," Seru Abimanyu.

"Tapi..." Seakan ragu untuk melepas Karang pada orang asing, Selina menghentikan Abimanyu untuk mengangkat tubuh putranya.

Abimanyu sepertinya Mengerti dengan sikap Selina. Ia lantas merogoh saku celana dan  mengeluarkan sebuah kartu nama bertulisakan Abimanyu Bagaspati, "Ini kartu nama saya. Dan ini perusahaan orang tua saya. Kalo kamu nggak yakin, kamu bisa melihat profil perusahaan orang tua saya di internet."

"Bukan begitu... Tapi...?"

"Saya tidak akan melakukan apa-apa pada Karang. Saya benar-benar guru yang mengajar di sekolahnya."

"Baiklah kalau begitu. Jangan lupa kabari saya," Lanjut Selina masih dengan perasaan takut.

"Pasti."

Abimanyu pun membopong tubuh Karang menuju mobil. Walau ia agak kesulitan karena berat tubuh Karang, namun ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk menggendong tubuh putranya itu. Kesempatan ini mungkin hanya datang sekali saja.

Aku Tak Membenci Hujan [ TERBIT ]Where stories live. Discover now