BAB 02

6 2 0
                                    

Seminggu setelahnya.

Malam itu, ketika aku membeli mie instan di minimarket, sebuah suara wanita memanggilku lalu saat ku cari asalnya ku dapati seorang wanita 20 tahun-an mengenakan sweater coklat muda, rok hitam panjang, dan sneaker serta stockings hitam.

Kemudian dia mendekat dan bertanya apa yang sedang kulakukan. Saat ingin ku jawab, tiba-tiba ia mengundangku makan malam di rumahnya yang langsung ku tolak dengan sopan. Dia kembali mengajakku dengan alasan "balas budi" yang tetap ku tolak, alasannya karena dia orang asing dan aku tak tahu apa yang akan diperbuatnya.

Aku berakhir di rumahnya, bersama dengan adiknya dan sebuah kebetulan dia teman sekelasku, Aria. Sebenarnya kami tidak dekat bahkan dia tak tahu namaku, dia sadar bahwa aku teman sekelasnya karena wajahku.

Nampaknya Aria tak menyukaiku, dia menanyakan kepada kakaknya alasan aku di sini yang padahal aku sendiri pun tak mau. Tetapi respon kakaknya menyuruhnya tuk lebih sopan padaku, karena aku telah menyelamatkannya. Tapi meski begitu dia tetap tak menyukaiku.

Singkatnya, saat aku sudah menghabiskan makananku, tiba-tiba dia memberiku lagi. Aku bertanya kenapa dan dia menjawab.

"Kamu kelihatan kurus, maaf" jawabnya dan kemudian bertanya "Apa kamu makan dengan baik?"

"Tentu"

Dia menatapku dengan serius, dia nampak tak percaya dengan jawabanku dan berkata.

"Jangan bilang kamu makan mie instan tiap hari?" Dia nampak marah.

"Enggaklah!" Jawabku sedikit kesal, "Siapa yang memakan itu tiap hari?"

Setelah menarik nafas beberapa saat, dia tiba-tiba dan tak terduga menyuruhku makan malam bersamanya setiap hari. Aku dan Aria sangat kaget dengan hal tersebut, Aria bahkan sontak menolaknya dengan tegas. Akan tetapi itu tak merubah keputusannya.

Aku pun berdiri dan berkata, " Terima kasih, tapi maaf… Terima kasih atas makannya. Aku akan pulang sekarang. Sekali, teri makasih telah mengundangku. Permisi."

Kemudian, setibanya di kamarku, aku menjatuhkan diriku ke kasur dan berisik pada diriku.

"Kenapa dia begitu baik padaku?"

Saat itu, tanpa kusadari air mataku jatuh. Perlahan aku merasakan sesuatu yang tak dapat ku gambarkan.

Ku tatap langit-langit kamar seperti biasa, dan menutup mataku dengan lengan kananku.

Lalu menangis tuk waktu yang lama–hingga tertidur.

Silent Where stories live. Discover now