3. Her Name is Greisy [3]

11.8K 3.2K 496
                                    


Hydra mengangkat satu alisnya.

Ada apa?

Kenapa begitu Hydra menyebutkan namanya, air mata Yara justru mengalir berjatuhan semakin banyak?

Apa dia saking terkejutnya karena akhirnya bisa tahu nama musuh -fans- yang paling sering mengutuknya di internet?

"Jahat." Yara menyeka air mata di wajahnya, semakin sesenggukkan. "Siapa pun yang ngasih lo nama itu, dia orang yang super jahat."

Hydra tertegun.

Dia sendiri tahu kalau namanya mengerikan. Lagi pula, nama itu diberikan oleh makhluk kotor dan monster. Pelacur paling menjijikkan yang sampai mati bahkan tidak bisa mengurangi rasa kebenciannya.

Hydra menyesalkan karena dia tidak bisa membunuh orang itu dengan tangannya sendiri.

"Itu ... orang yang lahirin gue." Hydra mengangguk, dia tidak pernah menyebut sosok 'itu' sebagai ibu. Terlalu menjijikkan dan tidak pantas.

Mendengar pengakuan Hydra, Yara menangis lebih keras. Membuat telinga Hydra sakit karena curiga ... tidak lama lagi dia akan budeg.

Bagaimana ini?

Apa yang harus Yara katakan?

Hydra adalah hewan mitologi, ular jahat berkepala sembilan.

Sementara Lilith dalam mitologi juga, memiliki arti setan perempuan.

Ibu sekeji apa yang sampai hati memberi darah dagingnya sendiri nama seburuk itu?

"Jahat!" Yara mengepalkan kedua tangannya. "Terlalu jahat."

Hydra tidak tahu harus merespons apa? Dia berpikir ... namanya memang mengerikan, tapi biasanya semua orang yang tahu hanya akan mengejeknya dan mengasingkannya. Tidak pernah ada orang yang menangisinya seperti ini.

Hydra selalu tahu Yara itu sangat cengeng. 

"Sebenernya ... lo nggak perlu nangisin." Hydra membujuknya, "Nama ini cukup keren kok." setidaknya buat mereka yang tidak tahu artinya.

Tapi Yara masih tidak berhenti menangis. 

Jika para pembaca Yara tahu kalau di balik setiap novel kejinya ada penulis yang cengeng dan lembut hati semacam ini, perbedaan kontras seperti langit dan bumi ini tidak akan mereka percaya.

Hydra menghela napas dan memarahinya, "Berhenti nangis. Apa lo pikir ini waktu yang tepat bagi lo buat nangis? Ini masih baru permulaan. Kalo kita nggak bisa ngerubah plot novel ini, baru lo bisa nangis."

Yara setuju. Dia mengangguk, namun masih menjawab di sela-sela tangisnya, "Gue ... gue nggak bisa berhenti. Tiap udah nangis, gue nggak bisa berhenti."

Hydra tidak bisa berkata-kata. 

Yara bilang, sebelumnya dia sudah berhasil menyelesaikan plot novel Love is Beautiful dan mencapai happy ending. Bagaimana cara dia bisa bertahan dalam novel sekejam itu dengan peran antagonisnya?

Hydra curiga kalau sepanjang novel dimulai sampai selesai, Yara hanya akan menangis.

Membuat para protagonis pada akhirnya tidak tega untuk lebih membulinya.

"Lo ...," Hydra menutup mulutnya saat dia mendengar langkah kaki mendekat. Dia menatap dua orang cowok yang tiba-tiba saja berhenti di depannya.

Mata Hydra memicing tajam. Dia merogoh saku roknya, mencari sesuatu yang bisa dia gunakan, menemukan ikat rambut, jadi Hydra menguncur rambutnya tinggi. Poninya yang menjuntai dia pinggirkan agar bisa melihat orang-orang itu dengan jelas.

She Is(n't) The Villain ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang