[5] Inside Your Heart [5]

3.5K 855 172
                                    

"Hydra ... Hydra, lo baik-baik aja?" Yara sangat khawatir. Situasi Anelise mungkin lebih buruk dibanding beberapa MC lain yang pernah Hydra gantikan. Jiwanya sudah rusak terlalu parah. Sedikit banyak, emosi Anelise akan mempengaruhi Hydra.

Tapi Yara tidak mengira kalau akan sampai ke titik ini. Sesekali bahkan saat tidak ada siapa-siapa, Hydra terlihat linglung seolah ... tubuh ini bukan milik Anelise, tapi milik dirinya sendiri.

"Ya." Hydra akhirnya menjawab. Dia berdiri di balkon bangsal, menatap langit malam yang suram. Dia menyentuh dadanya sendiri, berbisik, "ini ... terlalu sakit."

Semakin dia mencoba mengatasinya, semakin dia kesulitan mengendalikan emosi yang pasang surut. Bahkan Greisy tidak sampai ke titik ini. Greisy juga tidak memiliki harapan, dia hanya ingin mati. Tapi setidaknya ... Hydra masih lebih banyak memegang kendali.

Air mata Hydra menetes. Menjatuhi pipinya.

"Gue ... bener-bener kesakitan." 

Memori demi memori Anelise begitu membekas. Melihat bagaimana dia diperlakukan seperti orang asing di rumah orangtua angkatnya, begitu dia pulang ... dia masih tidak disambut dengan bahagia.

Orangtuanya sangan mencintai Grizelle. Mereka membanggakannya di mana-mana, memuji Grizzele sebagai anak yang cantik, lembut, baik, dan luar biasa. Grizelle memiliki banyak kemampuan, dia adalah seorang jenius musik.

Satu kali, saat upacara penyambutan kepulangan Anelise, Anelise diperkenalkan pada semua rekan dan kerabat orangtuanya sebagai putri mereka, tapi mereka tidak menyebut Grizelle sebagai anak yang tertukar. Bisa dibilang ... dia dan Anelise setara.

Rumor menyebar. Disebutkan kalau Anelise adalah anak haram. Atau anak yang dijemput orangtua Grizelle untuk menemani putri mereka yang sakit-sakitan. Ada juga yang mengatakan kalau posisi Anelise sejak awal hanya untuk mengobati hati orangtuanya andai Grizelle tidak berumur panjang.

Satu demi satu rumor itu mengarahkan tombak kebencian pada Anelise. 

Anelise hanya seorang gadis desa yang bahkan tidak mengerti banyak hal. Dia terbiasa bekerja keras dan mencoba berbaur dengan orang-orang. Tapi dia ditolak. Dia diasingkan. Dia diabaikan bahkan menjadi korban perundungan.

Anelise tidak pernah bisa mengeluh. Karena sejak kecil, orangtua angkatnya memperlakukan Anelise dengan keras, tidak membiarkan dia melampiaskan emosi terkecilnya di depan siapa pun.

Hydra memejamkan mata rapat, "Kenapa, ya?" dia terkekeh. "Anelise, lo mau tahu kenapa?"

"Karena dunia sejak awal nggak pernah adil. Keadilan dan kebahagiaan bersifat pilih-pilih. Kebetulan aja, lo bukan orang yang beruntung."

"Lo hidup sial, nikmati aja." Hydra merasa hatinya terpelintir. Dia berpikir ... harus segera menyelesaikan dunia ini lebih awal. Jika terlalu lama, dia akan kehilangan kendali, tidak bisa membedakan dirinya dengan Anelise lagi.

"Kehendak Dunia ... mungkin terlalu marah." Yara berbisik. Dia menggigit bibir bawah, matanya sudah lama basah. "dia balas dendam lagi, kan?"

Melonggarkan pengekangan jiwa Anelise yang seharusnya terkunci. Perasaan Hydra dan Anelise berafiliasi terlalu awal.

Hydra memegangi pagar beton setinggi pinggangnya, tanpa ragu dia naik. Berdiri di sana.

Mereka ada di lantai 5 sekarang. Yara buru-buru mencegah, "Hydra, Hydra. Jangan impulsif. Jangan bunuh diri."

Dia memakai gaun tidur berwarna biru langit. Rambutnya yang panjang berantakan dan tergerai. Tertiup angin.

Pandangan Hydra kosong. Punggung tangannya terluka karena mencabut infusannya sendiri, dia mengerjap lagi dan lagi. Tidak tahu apa yang ada di pikirannya saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

She Is(n't) The Villain ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang