11. Her Name is Greisy [11]

9.5K 3K 625
                                    

Vote dulu.

Komen dulu. Heheu

***

Halard melihat Hydra yang berlari ke arah mereka, seolah siap untuk berkelahi kapan saja.

Jika itu di masa lalu, Halard benar-benar tidak peduli. Tapi kali ini ...,

"Greisy, tenang dul-" belum sempat Halard menyelesaikan kalimatnya, Hydra sudah memukul wajahnya lebih dulu.

Noah masih dendam karena hidungnya patah, jadi dia menendang perut Hydra sampai terdorong mundur. "Cari mati!"

Hydra tidak peduli. Dia bangkit dan meninju Noah, Noah menepis tangannya, Hydra menendang tulang keringnya lalu memukul wajah Noah dengan tangan kirinya. 

Alva menjambak rambut Hydra dan mendorongnya menjauh.

Namun Hydra sudah gila. Dia terus jatuh dan menyerang membabi buta. Dia melompat dan menendang wajah Alva.

Bahkan mereka yang awalnya tidak mau melawan pada akhirnya harus turun tangan untuk menghentikan amukannya. 

"Greisy, tenang!" Halard melihat di belakang Greisy Noah sudah melayangkan tinju ke arah kepalanya. Dia maju mendorong Noah mundur lalu dirinya sendiri mendapat pukulan yang lain dari Hydra sampai ke samping.

Perkelahian itu mengejutkan semua orang.

Tidak ada yang menyangka sosok Greisy yang di masa lalu dikenal sebagai pemalu kini begitu beringas seperti kesurupan.

Jimmy masih diam. Melihat teman-temannya mulai kewalahan, dia maju dua langkah, menahan kepalan tinju Hydra dengan telapak tangannya, dia memutar tangan Hydra sampai terdengar suara retakan.

Hydra menggertakkan giginya menahan kesakitan. 

Orang-orang berteriak ketakutan.

Seolah belum selesai menghukumnya, Jimmy meraup wajah babak belur Hydra dengan tangan lainnya, mencengkeramnya sebelum akhirnya membenturkannya ke dinding.

Sangat kejam.

Tatapan Jimmy masih lurus.

Halard terkejut, dia melihat tangan kanan Hydra yang terkulai, matanya melebar, "Jim, jangan kelewatan!"

Jimmy mengira akhirnya Hydra akan tenang, tapi dia benar-benar terlalu meremehkannya. Hydra membuka mulutnya, lalu dia menggigit tangan Jimmy sekuat tenaga. Lubang-lubang kecil di daging itu mengalirkan darah. 

Alis Jimmy sedikit mengerut, dia melihat darahnya yang berceceran, jatuh ke lantai. Sisanya berlumuran di wajah Hydra di depannya. Hydra memelototinya buas, dia hampir menendang tapi lebih dulu Jimmy menginjak satu kakinya.

"Ayo tendang, lihat ... apa kaki lo juga mau sama lumpuhnya?" Jimmy memperingatkan sambil tersenyum.

Senyumannya sangat gila dan menakutkan.

Yara yang sejak tadi menonton berusaha ingin terlibat, mendorong siapa pun yang mencoba mendekati Hydra. Tapi tangannya bahkan tidak bisa menyentuh apa-apa. Dia menangis ketakutan.

"Minta maaf! Hydra, ayo minta maaf. Lo mungkin bisa ngalahin cowok, tapi semua orang yang ada di depan lo itu protagonis. Lo nggak akan bisa ngalahin mereka!"

Yara tidak pernah menyangka hanya karena uang 300 ribu, dia akan melihat Hydra dihancurkan sampai separah ini. Dia sesenggukkan, dia ingin memberikan bantuan. Tapi dia saat ini benar-benar tidak berguna. Dia tidak bisa melakukan apa-apa.

Hydra juga tahu batasnya. Perlahan dia melepaskan gigitannya. Namun pupil kuningnya masih melotot galak.

Alva terpincang mendekat, mengumpat, "Sial! Cewek ini bener-bener sinting."

She Is(n't) The Villain ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang